Kejadian 1:1-2:7: Allah Menciptakan Langit dan Bumi serta Isinya

Allah Menciptakan Langit dan Bumi serta Isinya.
Berikut ini tampilan ayat-ayat Firman Tuhan dalam Kitab Kejadian 1:1-2:7 dengan judul perikop Allah Menciptakan Langit dan Bumi serta Isinya.

Kita belajar perikop ini dengan menggunakan tafsiran / catatan Wycliffe. Semua ayat dikutip dalam bentuk tulisan italic warna biru, sedangkan tafsiran / komentar dalam tulisan biasa.

Ayat Akitab dikutip dari software e-Sword, sedangkan komentarinya dari situs Alkitab.sabda.org dan gambarnya dari apps Alkitab Multiversi SABDA yang ada di ponsel admin. Yuk kita belajar.

Allah Menciptakan Langit dan Bumi serta Isinya Genesis 1:1 - Genesis 2:7


Gen 1:1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.

Pada Mulanya (bereshith). Penulis menuntun pembaca kembali ke saat sebelum ada waktu, memasuki wilayah tak terselami dari kekekalan, sekalipun tidak ada kata yang bisa dipakainya untuk mengemukakan keadaan sebelum ada waktu.

Penulis tidak memberikan tanggal tertentu dari mulanya ini. Kisahnya menjangkau balik ke masa sebelum peristiwa-peristiwa ada tanggalnya.

Allah menciptakan. Kepastian agung dari penyataan didasarkan pada satu penegasan kuat ini. Allah melakukan semuanya. Tidak ada pernyataan yang bisa lebih menakjubkan daripada pernyataan ini.

Elohim adalah kata yang umum untuk "Allah" dalam bahasa Ibrani, Aram dan Arab. Sebetulnya ini bentuk jamak, tetapi dipakai dengan kata kerja bentuk tunggal.

Mungkin bentuk jamak tersebut paling baik dijelaskan sebagai menunjukkan "hebatnya keperkasaan" atau martabat luar biasa dan kemuliaan tak terbatas.

Di dalam Yang Esa ini terpadu segala kuasa kekekalan dan ketidakterbatasan.

Mencipta (bara) adalah kata kerja yang hanya dipakai untuk Allah. Manusia tidak mungkin mencapai kuasa-kuasa yang terkandung dalam istilah ini, sebab kata ini menggambarkan mukjizat sempurna.

Dengan kuasa tertinggi untuk menciptakan yang Allah miliki, sesuatu yang sama sekali baru dijadikan.

Langit dan bumi. Di sini penulis memfokuskan perhatiannya pada seluruh wilayah bumi, di atas, di sekeliling dan di bawah.

Di dalam frasa ini dia mencakup alam semesta yang telah lengkap sebagaimana dikenal (atau akan dikenal) oleh orang Ibrani, dan segala bahan mentah yang diperlukan untuk membuat matahari, planet, bintang, kabut angkasa, galaksi, molekul, atom, elektron dan semua hal, serta makhluk tertentu di muka bumi.

Para ilmuwan menunjukkan, bahwa galaksi kita berisi lebih dari 100 bilyun bintang, dan bahwa matahari kita terletak 150 trilyun mil dari pusat galaksi.

Galaksi kita adalah salah satu kumpulan kecil di antara 19 galaksi, dan galaksi terdekat letaknya 30 juta tahun cahaya jauhnya dari kita (150 juta trilyun mil).

Para ilmuwan yang mengadakan riset, dengan memakai teleskop, telah cukup yakin, bahwa ada lebih daripada satu bilyun galaksi.

Menurut perhitungan mereka, jumlah bintang di semua galaksi ini mendekati 100 quintilyun buah.

Kekuatan cahaya dari salah satu galaksi sama dengan 400 juta matahari.

Jika seorang memandang ciptaan yang maha luas ini dan membandingkan apa yang dilihatnya itu dengan kisah sang penulis yang diilhami ini tentang terciptanya semua itu, pasti hatinya penuh ketakjuban.

Dia mengenali tangan Allah di dalam keindahan dan tatanan dari tata surya dan di dalam kekuatan dari sebuah inti atom.

Entah dia memandang matahari (yang diberi muatan positif), yang mengikat semua planet (yang diberi muatan negatif), atau entah dia mempelajari sebuah nukleus (yang diberi muatan positif) pada inti atom, yang mengikat setiap elektron (yang diberi muatan negatif) di bawah pengaruhnya, dia merasakan hikmat, kuasa dan kemegahan Allah.

Mengingat semua ini, seorang yang saleh tunduk di hadapan Sang Pencipta dalam ketakjuban dan pengabdian tulus, serta meluap dalam penyembahan, pemujaan, ucapan syukur dan pujian yang tidak bisa ditahannya lagi.

Ciptaan agung Tuhan ialah makhluk yang sangat dikasihi itu, yang Ia ciptakan menurut gambar-Nya sendiri.

Gen 1:2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

Bumi belum berbentuk dan kosong (tõhû wãbõhû). Penulis yang diilhami itu dengan cepat mengarahkan perhatiannya ke bumi, sebab kisahnya berhubungan dengan rencana dan pemeliharaan Allah bagi kehidupan manusia di bumi ini.

Dia melukiskan bumi dalam keadaan yang belum selesai. Tersedia banyak sekali bahan bagi setiap karya yang direncanakan Allah, sekalipun dalam keadaan kacau - tandus, kosong dan gelap.

Enam hari penciptaan akan menghasilkan berbagai perubahan yang menakjubkan.

Maksud Allah tentu belum terpenuhi sebelum sentuhan ajaib-Nya mengubah semua kekacauan tersebut.

Bahkan kegelapan (yang di dalam Alkitab sering kali dikaitkan dengan kejahatan) harus dibuat tunduk kepada kehendak-Nya.

Roh Allah melayang-layang (rûah ... merãhepet). Kata-kata ini melukiskan kehadiran Allah yang memberikan energi, menyentuh dan mengusap dunia yang kacau dan belum selesai itu ketika Dia bersiap-siap untuk melengkapi ciptaan-Nya.

Bagaikan seekor induk burung setia melayang-layang di atas sarangnya, Allah bergerak keliling sambil melimpahkan kasih-Nya atas dunia yang baru jadi.

Gen 1:3 Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.

Berfirmanlah Allah, "Jadilah terang." Sang penulis menyajikan sabda penciptaan pertama Allah. Dengan luar biasa tenang penuh kesadaran Allah yang mahakuasa menjadikan terang.

Dia mengucapkan sabda-Nya dan langsung kehendak-Nya jadi (Mzm. 33:6, 9). Terang adalah jawaban Allah terhadap dominasi kegelapan.

Tindakan ini merupakan langkah positif pertama Allah menuju penyelesaian seluruh program penciptaan. Tanpa tindakan ini, tindakan-tindakan lain tentu akan tidak berarti. Rasul Yohanes mengatakan bahwa "Allah adalah terang" (I Yoh. 1:5).

Gen 1:4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.

Allah melihat bahwa ... itu baik. Ketika Sang Khalik memandang hasil karya kehendak-Nya, Ia merasa itu sempurna dan mengagumkan; dan Ia senang.

Pernyataan ini dikemukakan tujuh kali. Setiap tindakan Allah dalam mencipta itu sempurna, lengkap, menyenangkan dan memuaskan. Hendaknya diingat bahwa terang ini sama dengan yang dilihat dan dinikmati manusia saat ini.

Gen 1:5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

Jadilah petang dan jadilah pagi. Di dalam Kitab Kejadian, petang senantiasa mendahului pagi. Penciptaan terang mengakhiri kekuasaan kegelapan dan menghasilkan hari pertama.

Karena ketika itu matahari dan bulan belum diciptakan, tidak tepat untuk berbicara mengenai hari yang panjangnya dua puluh empat jam sebelum penciptaan benda-benda penerang tersebut oleh Sang Khalik.

Yang dimaksudkan di sini adalah harinya Allah, bukan hari biasa yang diukur oleh menit dan jam. Awal setiap tindakan mencipta disebut pagi dan akhir dari tindakan ilahi tersebut dinamakan petang.

Gen 1:6 Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air."

Cakrawala (bentangan) di tengah segala air. Kata Ibrani raqi'a menunjuk kepada sesuatu yang dipukul atau ditekan sehingga melebar menutupi sebuah permukaan yang luas.

Penulis memberikan kesan adanya sebuah bentangan di atas bumi yang menahan persediaan air yang bisa dicurahkan sebagai hujan.

Gen 1:7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.

Gen 1:8 Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.

Gen 1:9 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian.

Sehingga kelihatan yang kering. Sampai tahap di atas, air meliputi segala sesuatu. Namun pada hari ketiga, Tuhan menciptakan daratan dan dunia tanaman.

Dengan kuasa ilahi-Nya Dia membuat daratan muncul dari perairan yang mahaluas dan terbentuklah bumi (bdg. Mzm. 104:7-9; Ayb. 38:8-11).

Dari tanah, sesuai dengan perintah Allah, tumbuh-tumbuhan yang hidup mulai bermunculan dan segera menyelimuti bumi dengan keindahan dan menyediakan makanan bagi makhluk-makhluk hidup.

Gen 1:10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Gen 1:11 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian.

Gen 1:12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Gen 1:13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.

Gen 1:14 Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,


Jadilah benda-benda penerang. Kata Ibrani meõrõt berarti benda-benda penerang. Melalui benda-benda penerang ini bumi menerima cahaya yang diperlukan untuk mempertahankan hidup.

Benda-benda penerang tersebut berfungsi untuk menguasai pagi dan petang (ay. 16), menjadi tanda musim, dan menerangi bumi.

Kisah ini menjelaskan, bahwa Allah membuat benda-benda penerang ini dan kemudian menempatkan benda-benda tersebut pada tempatnya.

Menurut cetak biru Allah, matahari, bulan dan bintang semuanya dijadikan untuk melaksanakan kehendak-Nya yang khusus.

Gen 1:15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi." Dan jadilah demikian.

Gen 1:16 Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.

Gen 1:17 Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,

Gen 1:18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Gen 1:19 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.

Gen 1:20 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala."


Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup. Ayat ini melukiskan munculnya sejumlah besar makhluk bersayap dan ikan secara mendadak.

Makhluk-makhluk tersebut dirancang untuk memberikan peragaan lain lagi dari kuasa Sang Khalik.

Dengan munculnya makhluk-makhluk ini, ada kehidupan di bumi dan juga kegiatan.

Selanjutnya, ada rangkaian makhluk-makhluk hidup lainnya, semuanya diciptakan oleh tangan Allah yang perkasa.

Gen 1:21 Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Binatang-binatang laut yang besar. Secara harfiah, hewan-hewan yang berkeriapan, melata dan merayap di atas bumi, di dalam atau di luar air, seperti ular, ikan dan naga.

Gen 1:22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: "Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak."

Tuhan memberkati semua makhluk ini dan memerintahkan mereka untuk berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah. Perkembangan tindakan penciptaan oleh Allah meningkat menuju penciptaan manusia.

Gen 1:23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.

Gen 1:24 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian.

Gen 1:25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.

Gen 1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."


Baiklah Kita menjadikan manusia. Saat utama dari penciptaan tiba ketika Allah menciptakan manusia.

Narasi menggambarkan Allah sebagai meminta dewan surgawi atau kedua anggota Tritunggal lainnya untuk memusatkan perhatian mereka pada peristiwa ini.

Tetapi, beberapa penafsir menafsirkan bentuk jamak Kita ini sebagai "kemegahan yang jamak" yang menunjukkan martabat dan kebesaran.

Bentuk jamak dari kata yang dipakai untuk Allah. Elohim, dapat dijelaskan dengan cara yang kurang lebih sama. Tuhan ditampilkan sebagai memberikan pertimbangan yang luar biasa terhadap suatu soal yang sangat penting.

Menurut gambar (selem) dan rupa Kita (demût). Sekalipun dua istilah sinonim ini memiliki arti yang berbeda, tampaknya tidak dimaksudkan untuk menyampaikan aspek yang berbeda dari diri Allah.

Jelas bahwa manusia, sebagaimana diciptakan Allah, pada hakikatnya berbeda dengan semua jenis hewan yang sudah diciptakan.

Manusia memiliki kedudukan yang jauh lebih tinggi, sebab Allah menciptakan manusia untuk menjadi tidak fana, dan menjadikan manusia suatu gambar khusus dari keabadian-Nya sendiri.

Manusia adalah makhluk yang dapat dikunjungi serta berhubungan dan bersekutu dengan Khaliknya. Sebaliknya, Tuhan dapat mengharapkan manusia untuk menanggapi-Nya dan bertanggung jawab kepada-Nya.

Manusia diberi kuasa untuk memiliki hak memilih, bahkan hingga ke tingkat tidak menaati Khaliknya.

Manusia harus menjadi wakil dan penatalayan Allah yang bertanggung jawab di bumi, melaksanakan kehendak Allah dan menggenapi maksud Sang Khalik.

Penguasaan dunia diserahkan kepada makhluk ciptaan yang baru ini (bdg. Mzm. 8:5-7). Manusia ditugaskan untuk menaklukkan (kábash, "menginjak") bumi dan mengikuti rencana Allah, yakni memenuhi bumi.

Makhluk mulia ini, dengan kehormatan yang sulit dipercaya dan tanggung jawab yang berat, harus hidup dan bergerak bagaikan raja.

Gen 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Gen 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Gen 1:29 Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.

Gen 1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian.

Gen 1:31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.


Sungguh amat baik (tôb meõd). Ketika Tuhan memperhatikan hasil lengkap dari tindakan penciptaan-Nya, Dia menunjukkan rasa sangat senang dan sangat puas.

Segala sesuatu di alam semesta ini, dari bintang yang paling besar hingga helai rumput yang terkecil, mendatangkan sukacita bagi-Nya.

Semuanya merupakan sebuah paduan yang sangat indah. Di sini kepuasan Sang Khalik dilukiskan dengan bahasa yang padat namun jelas.

Gen 2:1 Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.

Gen 2:2 Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.


Menyelesaikan (kãlâh) ... berhenti (shãbãt) ... menguduskannya (kãdãsh). Setelah Sang Khalik mengungkapkan perkenan-Nya atas segala sesuatu yang telah Ia ciptakan, termasuk manusia, puncak dari ciptaan, Dia menyatakan bahwa karya-Nya sudah selesai.

Untuk saat ini Dia tidak akan melakukan penciptaan lagi. Sekalipun demikian, Dia menguduskan sebuah hari untuk perhentian total.

Kata Ibrani shãbãt dapat diterjemahkan menjadi "berhenti" atau "terputus" atau "tidak melanjutkan." Pada saat perhentian ini, bahkan Allah berhenti dari tindakan-Nya mencipta (bdg. Kel. 20:11; 31:17).

Gen 2:3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

Hari ketujuh dipisahkan untuk dihormati dan dikuduskan sepanjang tahun sebagai pengingat, bahwa Allah telah menetapkan suatu masa istirahat, penyegaran dan perhentian menyeluruh dari semua kegiatan, kerja keras dan pergumulan yang biasanya dilaksanakan.

Gen 2:4 Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, --

Demikianlah riwayat langit dan bumi (tôledôt), Kata Ibraninya berasal dari kata kerja yang artinya memperanakkan atau melahirkan anak.

Pernyataan ini bisa merupakan sebutan untuk Kejadian 1. LXX menerjemahkannya dengan: Inilah Kitab Kejadian.

TUHAN Allah. Untuk pertama kalinya Nama Yahweh, atau Yehovah (bdg. Kel. 6:2, 3) dipakai. Yehovah ialah Allah perjanjian Israel yang berkepribadian, yang pada saat yang bersamaan merupakan Allah atas langit dan bumi.

Nama ini mengandung arti eksistensi abadi Sang Pencipta segala sesuatu yang ada. Kata ini menunjuk kepada kemurahan, kasih karunia, belas kasihan, ketuhanan Allah serta hubungan abadi-Nya dengan orang-orang pilihan-Nya sendiri yang diciptakan menurut gambar-Nya.

Hubungan khusus di antara Yehovah dengan Israel akan dilukiskan dengan lebih tegas pada saat Dia muncul di semak yang menyala di dekat Sinai. Di situ Sang Pencipta kehidupan itu diperkenalkan sebagai Khalik dari Kejadian 1.

Gen 2:5 belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu;

Gen 2:6 tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu--


Ada kabut naik ke atas ... dan membasahi. Untuk mempersiapkan tanah agar melaksanakan tugasnya, Sang Khalik menyediakan embun basah.

Terjemahan yang ada pada umumnya mengacu kepada hujan gerimis atau kabut.

Mungkin kata yang diterjemahkan menjadi kabut (ed) dapat diterjemahkan dengan "sungai" atau "aliran air".

Yang pertama merupakan pilihan yang lebih baik. Bagaimanapun juga, kabut itu adalah cara Allah melaksanakan kehendak-Nya untuk tanah. Ada kesan tindakan berkesinambungan.

Gen 2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

Tuhan Allah membentuk (yãsãr) manusia itu dari debu tanah. Kembali kedua Nama Allah digabungkan untuk mengantisipasi peristiwa yang membuka zaman baru.

Kata yãsãr dipakai untuk melukiskan seorang penjunan yang sedang bekerja, yaitu membentuk bahan di tangannya sesuai dengan kehendaknya (bdg. Yer. 18:3, 4). Kata kerja yang sama dipakai untuk melukiskan pembentukan sebuah umat atau bangsa.

Tubuh manusia dibentuk dari debu tanah sedangkan rohnya berasal langsung dari "napas" Allah. Manusia adalah sungguh-sungguh makhluk dua dunia; baik bumi maupun surga memilikinya.

Perhatikan ketiga buah pernyataan:
  1. Tuhan Allah membentuk (yãsãr) manusia itu dari debu tanah ...
  2. menghembuskan (nãpah) napas hidup ke dalam hidungnya ...
  3. manusia itu menjadi (hãyãh) makhluk yang hidup.

Langkah pertama sangat penting, namun tanah yang basah itu masih jauh dari sempurna sebelum terjadi mukjizat yang kedua.

Allah menyalurkan hidup-Nya sendiri ke dalam gumpalan mati yang sebelumnya sudah Ia ciptakan dan bentuk.

Napas ilahi menyusupi materi tersebut dan mengubahnya menjadi makhluk hidup.

Perpaduan ganjil antara debu dan keilahian menghasilkan makhluk ciptaan yang menakjubkan (bdg. I Kor. 15:47-49), yaitu makhluk yang diciptakan menurut gambar Allah sendiri.

Selaku makhluk hidup, manusia dipersiapkan untuk menunjukkan sifat-sifat dari Pemberi kehidupan.

Bahasa yang dipakai ini tidak menunjukkan bahwa manusia memiliki keserupaan fisik dengan Allah. Sebaliknya manusia diciptakan dengan kekuatan rohani seperti Allah.

Kepada manusia diberikan kemampuan untuk berpikir dan merasakan, berkomunikasi dengan pihak lain, membedakan dan memilah, dan, hingga taraf tertentu, menentukan wataknya sendiri.

GARIS BESAR KEJADIAN
I. Aneka Permulaan Pertama (1:1-11:32)
A. Penciptaan (1:1-2:25)
B. Pencobaan dan Kejatuhan (3:1-24)
C. Dua Bersaudara (4:1-26)
D. Set dan Keturunannya (5:1-32)
E. Dosa dan Air Bah (6:1-8:22)
F. Kehidupan Nuh yang Kemudian dan Keturunannya (9:1-10:32)
G. Menara Babel (11:1-32)

II. Para Leluhur (12:1-50:26)
A. Abraham (12:1-25:18)
B. Ishak (25:10-26:35)
C. Yakub (27:1-36:43)
D. Yusuf (37:1-50:26)

A. Penciptaan (1:1-2:25).


Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Sejak awal Kitab Kejadian, fokus dari sorotan penyataan terarah kepada Yang Mahakuasa. Dia adalah yang Awal, Sang Penyebab, dan Sumber dari segala yang ada. Dia menjadikan segala sesuatu dan semua orang yang akan cocok untuk memenuhi rencana-Nya bagi segala zaman. Semua materi yang diperlukan untuk pelaksanaan rencana ini diciptakan oleh-Nya dengan ajaib.

PENDAHULUAN KEJADIAN

Judul. Kata Kejadian merupakan terjemahan dari istilah Inggris Genesis yang diambil dari bahasa Yunani melalui bahasa Latin.

Di dalam Septuaginta (LXX) kata ini merupakan superskripsi kitab yang pertama dalam Alkitab. Kata ini berarti "asal usul, sumber atau menciptakan."

Kata Ibrani bereshith yang diterjemahkan dengan "pada mulanya" merupakan kata pertama dalam Alkitab bahasa Ibrani. Kata ini sering kali dipakai untuk Kitab Kejadian.

Sifat Dasar. Kejadian merupakan kitab yang mengisahkan aneka permulaan. Kitab ini menyajikan kisah yang megah tentang permulaan segala sesuatu yang dijadikan ada oleh Sang Khalik.

Kitab ini menjawab pertanyaan manusia mengenai asal usul dunia, tanaman, hewan dan umat manusia.

Kitab ini mengisahkan penetapan lembaga keluarga, asal mula dosa, penganugerahan penyataan ilahi, pertumbuhan dan perkembangan bangsa manusia dan awal rencana Allah untuk menyediakan penebusan melalui umat pilihan-Nya.

Kitab ini menyajikan dan mengilustrasikan kebenaran-kebenaran abadi, dan kitab ini memecahkan sejumlah teka-teki, rahasia dan situasi membingungkan dari segi kehendak Allah bagi umat-Nya.

Dengan bahasa yang jernih dan penuh makna, penulisnya mengemukakan berbagai rencana dan maksud Allah yang telah dinyatakan-Nya di samping keajaiban-keajaiban tindakan-Nya terhadap manusia.

Kejadian mengarahkan pembacanya kembali ke saat maha penting dari penciptaan ketika mana Khalik yang MahaKuasa bersabda menjadikan berbagai keajaiban tak tersaingi berupa matahari, bulan, bintang-bintang, planet, galaksi, tanaman dan makhluk-makhluk hidup, serta satu orang yang Ia ciptakan sesuai dengan gambar-Nya.

Di dalam lima puluh pasal ini, penulis yang terilhamkan menyingkapkan drama penciptaan; dia mengisahkan bagaimana dosa merayap muncul dengan pasti dan tanpa ampun untuk mendatangkan kehancuran, kekacauan dan maut; dia menunjukkan buah-buah tragis dari dosa berupa kekalahan menyedihkan orang tua kita yang pertama; dan dia memperlihatkan bagaimana kemudian kejahatan manusia yang bertumpuk menghasilkan kehancuran dan nyaris kepunahan kehidupan umat manusia.

Di dalam awal yang baru, penulis menelusuri pertumbuhan umat yang baru itu dan akhirnya karier yang mempesona dari Abraham, Ishak, Yakub dan anak-anaknya. Kitab ini diakhiri dengan kematian Yusuf di Mesir.

Kejadian 1-11 mengemukakan kisah manusia sejak diciptakan hingga awal kehidupan Abraham.

Kejadian 12-50 mengisahkan rangkaian tindakan Allah terhadap umat pilihan-Nya - Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf serta keturunan mereka.

Di sepanjang narasi ini perhatian utama penulis ialah untuk mengemukakan maksud Yehovah menciptakan dan menuntun umat pilihan tersebut.

Bukan hanya Kejadian, tetapi seluruh Alkitab menunjukkan, bahwa melalui umat pilihan ini Tuhan berusaha menyatakan sifat dan jalan-jalan-Nya kepada dunia, menanamkan kehendak kudus-Nya di bumi, dan menyebarkan Kabar Baik tentang penebusan kepada seluruh umat manusia.

Bangsa-bangsa dan perseorangan disebutkan dan dikisahkan di dalam kitab ini hanya sejauh mereka itu sesuai dengan rencana dan maksud agung Tuhan.

Bangsa Sumer, Het, Babel dan Asyur, disebutkan manakala sejarah mereka menyentuh sekilas kehidupan bangsa pilihan itu, tampil sejenak untuk menunjukkan maksud Allah bagi dunia.

Pada setiap tahap, Roh berusaha menjadikan penyataan Allah jelas bagi manusia dari segala zaman. Di dalam drama yang bergerak dengan cepat ini, tersingkaplah rencana Allah.

Kepenulisan. Adalah tepat untuk menyatakan, bahwa Musa adalah penulis yang bertanggung jawab dari kitab ini.

Kitab ini merupakan kitab pertama dari Pentateukh, yang oleh Alkitab maupun tradisi dikaitkan dengan Musa.

Sulit untuk menemukan seorang tokoh di sepanjang sejarah Israel yang lebih memenuhi syarat untuk menulis sejarah ini.

Terlatih dalam "segala hikmat orang Mesir" (Kis. 7:22), Musa oleh Tuhan dipersiapkan untuk memahami berbagai catatan, tulisan dan kisah lisan yang ada ketika itu.

Sebagai seorang nabi yang kepadanya diberikan kehormatan luar biasa untuk dapat bersekutu selama beberapa jam dengan Allah di Sinai, Musa cukup dibekali untuk mencatat bagi semua orang gambaran Tuhan tentang kegiatan-Nya sepanjang zaman.

Mana ada tokoh lain di sepanjang segala abad yang memiliki kuasa dan iman semacam dirinya, serta menikmati hubungan yang demikian intim dengan Yehovah?

Pada zaman modern, penemuan catatan-catatan kuno seperti Surat-surat dari Amarna, sastra Ugarit (atau Ras Shamra) dan lempengan-lempengan tanah liat dari Mesopotamia (Mari dan Nuzu) telah memungkinkan para sarjana menyusun ulang latar belakang sejarah dan budaya dari kisah Alkitab dan menemukan bagaimana bentuk kehidupan di Mesir, Palestina dan Mesopotamia sepanjang masa Alkitab.

Sangat mungkin banyak peninggalan lisan dan tertulis, yang menjangkau balik jauh ke masa kuno, tersedia bagi sarjana Ibrani terkemuka tersebut, yang pendidikannya di Mesir dan pendidikan lanjutnya di wilayah gunung Sinai telah menjadikan dirinya memahami berbagai gerakan dunia yang penting.

Menurut tradisi Yahudi, ketika ahli Taurat yang terkemuka, Ezra, kembali ke Yerusalem dari Babel dengan membawa sejumlah naskah Perjanjian Lama berbahasa Ibrani, dia mulai bekerja dengan sangat giat untuk memelihara, menyalin dan menyunting naskah-naskah kuno yang ada padanya itu.

Kitab Kejadian dan Ilmu Pengetahuan. Jika seseorang berharap untuk menemukan di dalam Kitab Kejadian kisah ilmiah tentang bagaimana dunia dijadikan dengan segala pertanyaan mengenai kehidupan primitif terjawab dalam bahasan teknis keilmuan yang dikenal guru besar atau peneliti ilmiah, dia akan kecewa.

Kitab Kejadian bukan merupakan usaha untuk menggumuli atau menjawab masalah-masalah teknis ilmiah.

Kitab ini membicarakan soal-soal yang jauh melampaui bidang ilmu. Penulis berusaha untuk memperkenalkan kita dengan Allah abadi serta menunjukkan makna kudus dari diri, maksud dan sikap Allah terhadap makhluk-makhluk ciptaan-Nya sementara Ia melaksanakan kehendak-Nya yang kudus.

Kitab yang sangat menonjol kedalaman dan keunggulan moralnya, martabat dan kemegahannya ini, melukiskan Allah abadi yang berkarya menyiapkan sebuah tempat di mana makhluk-makhluk kesayangannya bisa hidup dan bertumbuh serta memancarkan kemuliaan ilahi.

Perikop selanjutnya: Manusia dan Taman Eden.

Lihat: Daftar Perikop Kitab Kejadian.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel