Matius 7:6: Hal Yang Kudus dan Berharga

Klik:

Matthew / Matius 7:6


Mat 7:6 "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."

Tafsiran Wycliffe


Pelayanan Yesus Kristus (4:12-25:46).

Analisis Matius terhadap pelayanan Kristus, dibuat berdasarkan empat wilayah geografis yang tercantum dengan jelas: Galilea (4:12), Daerah Seberang Sungai Yordan (19:1), Yudea (20:17) dan Yerusalem (21:1).

Bersama dengan Injil Sinoptis lainnya, ia menghilangkan pelayanan awal di Yudea, yang secara kronologis terjadi di antara 4:11 dan 4:12 (bdg. Yoh. 1-4).

Matius mungkin bertolak dari Kapernaum di Galilea, karena di situ pula ia mulai mengenal Kristus (9:9).

Khotbah di Bukit (5:1-7:29).

Khotbah ini sama dengan yang dicatat dalam Lukas 6:20-49, karena perbedaan-perbedaannya dapat diselaraskan atau dijelaskan, dan persamaan pada bagian permulaan, pada bagian akhir dan pada pokok pembahasan membuat penyamaan ini sangat mungkin.

Selanjutnya, kedua kisah itu mencatat kisah penyembuhan hamba seorang perwira sebagai peristiwa berikutnya.

Adanya keberatan, bahwa Matius menempatkan khotbah ini di depan panggilannya sendiri (9:9: bdg. Luk. 5:27 dst.), dapat diterangkan dengan kekurangjituannya mengenai urutan kronologis di bagian lain.

Di sini, karena Matius telah melukiskan kegiatan Kristus memberitakan datangnya Kerajaan (4:17, 32), adalah wajar baginya untuk mencantumkan suatu pembahasan penuh oleh Yesus mengenai hal ini.

Dengan demikian, Khotbah di Bukit terutama bukanlah pernyataan sejumlah prinsip bagi gereja Kristen (yang masih belum terungkap), bukan pula berita penginjilan bagi mereka yang belum diselamatkan, namun merupakan suatu gambaran tentang prinsip-prinsip yang akan merupakan ciri dari Kerajaan Mesianis yang diberitakan Kristus.

Belakangan, penolakan oleh bangsa Israel akan Raja mereka, menunda kedatangan dari Kerajaan ini, tetapi bahkan saat ini orang Kristen yang telah bersumpah untuk setia kepada Sang Raja, dan dipersiapkan secara rohani untuk menantikan berkat-berkat Kerajaan-Nya (Kol. 1:13), dapat melihat cita-cita Allah di dalam khotbah yang indah ini, serta akan menyetujui, bahwa khotbah ini bertaraf tinggi.

Aneka Sikap Warga Kerajaan (6:1-7:12).

Yesus kini membandingkan cara hidup benar yang diharapkan-Nya dengan kemunafikan orang-orang Farisi dan pengikut mereka (5:20).

7:1-12. Contoh keenam: Menghakimi Orang Lain.

Jangan ... menghakimi. Bentuk perintah masa kini menunjukkan, bahwa yang dikecam oleh Yesus adalah kebiasaan menghakimi orang.

Sekalipun istilah menghakimi itu sendiri berarti keputusan yang netral, di sini pengertiannya ialah keputusan yang tidak menguntungkan.

Kritikan terhadap orang lain tidak boleh merupakan penghukuman akhir, sebab manusia tidak dapat menghakimi motivasi seperti halnya Allah (bdg. Yak. 4:11, 12).

Orang percaya bukan disuruh mengabaikan semua bentuk penghakiman (bdg. 7:6, 16), sebab orang Kristen perlu menghakimi diri mereka sendiri dan anggota lain yang mengganggu (I Kor. 5:3-5, 12, 13).

Supaya kamu tidak dihakimi. Bentuk pengandaian aoris ini lebih tepat dipahami sebagai hukuman Allah daripada hukuman manusia (bdg. 6:14, 15).

Selumbar. Sekam atau serpihan kayu.

Balok. Sebuah gelondong kayu atau sebilah papan, dipergunakan untuk balok utama atap atau lantai; di sini yang dilambangkan adalah sikap suka mencela.

Ilustrasinya sengaja dibesar-besarkan untuk menunjukkan, bahwa orang yang menempatkan diri sebagai hakim atas orang lain itu menggelikan.

Orang semacam itu dinamakan munafik, karena berpura-pura dirinya adalah seorang dokter, padahal dia sendiri sedang sakit.

Tetapi, perintah ini tidak membebaskan orang percaya dari kewajiban untuk membuat keputusan moral.

Orang-orang yang telah mendengar Injil dan undangan Kristus, dan melalui tanggapan mereka dengan jelas telah menunjukkan, bahwa sifat mereka buruk (anjing dan babi amat menjijikkan bagi pendengar Yesus), tidak boleh dibiarkan memperlakukan ajaran-ajaran berharga ini secara seenaknya (bdg. 13:11-15).

Ayat-ayat berikutnya tentang doa (bdg. Luk. 11:9-13), menjawab beberapa pertanyaan orang percaya yang muncul dari pengajaran mengenai penghakiman.

Kebutuhan untuk melihat di antara anjing dan babi, sambil menghindari balok di mata, menuntut hikmat yang dari atas.

Karena itu, Yesus mendorong para pengikut-Nya untuk meminta, mencari dan mengetuk, agar segenap kekurangan mereka dapat dipenuhi secara ilahi.

Urutan dari ketiga perintah ini meningkat menuju klimaks, dan bentuk kata-kata kerja yang mengandung arti suatu kesinambungan itu bukan sekadar menunjukkan ketekunan, tetapi doa yang sering bagi segala kebutuhan.

Terdapat kesamaan sekilas di antara roti (adonan bulat pipih) dengan batu dan di antara ikan dengan ular, tetapi tidak ada ayah yang akan melakukan penipuan semacam itu terhadap anaknya yang lapar.

Yang jahat. Sebuah acuan kepada keberdosaan manusia (bahkan para murid memiliki sifat dasar dosa ini).

Pemberian yang baik, dalam Lukas 11:13 (peristiwa lain) diganti dengan Roh Kudus, Pencurah segala kebaikan.

Ayat 12 menggunakan pengajaran sebelumnya.

Sekalipun sifat dasarnya jahat, kita tetap diakui sebagai anak oleh Allah dan dijanjikan jawaban kalau kita berdoa.

Karena itu, daripada menghakimi orang lain, kita harus memperlakukan mereka sebagaimana kita ingin diperlakukan.

Rangkuman Perjanjian Lama (seluruh Hukum Taurat dan kitab para nabi) merupakan pernyataan ulang dari loh batu yang kedua dari Hukum Taurat (Mat. 22:36-40; Rm. 13:8-10), dan berlandaskan pada loh batu yang pertama, sebab hubungan manusia dengan Allah selalu melandasi hubungannya dengan sesama.

Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel