Roma 3:9-20: Semua Manusia Adalah Orang Berdosa
Selasa, Agustus 11, 2020
Edit
Klik:
Romans / Roma 3:9-20
Rom 3:9 Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa,
Rom 3:10 seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.
Rom 3:11 Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah.
Rom 3:12 Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.
Rom 3:13 Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa.
Rom 3:14 Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah,
Rom 3:15 kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah.
Rom 3:16 Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka,
Rom 3:17 dan jalan damai tidak mereka kenal;
Rom 3:18 rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu."
Rom 3:19 Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah.
Rom 3:20 Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.
Tafsiran Wycliffe
Kebenaran - Kunci Hubungan Manusia dengan Allah (1:18-8:39).
Di dalam bagian ini, Paulus membahas masalah-masalah besar tentang kehidupan.
Bagaimana seorang dapat benar di mata Allah?
Bagaimana manusia terpengaruh oleh tindakan Adam dan Kristus?
Bagaimanakah seharusnya orang benar hidup?
Bagaimana dia dapat hidup demikian?
Kebenaran Sebagai Status yang Diperlukan Manusia di Hadapan Allah (1:18-5:21).
Kebenaran sangat diperlukan oleh manusia.
Kebutuhan ini berhubungan dengan sifat dasar dan keberadaan Allah.
Kegagalan Manusia Untuk Memperoleh Kebenaran (1:18-3:20).
Alasan mengapa kebenaran demikian penting ialah karena manusia tidak memilikinya.
Pertama, manusia harus disadarkan, bahwa dia tidak memiliki kebenaran.
Sepanjang sejarah, terdapat orang-orang yang merasa, bahwa Allah seharusnya sudah puas dengan sifat mereka.
Di dalam pasal-pasal ini, Paulus berusaha untuk menunjukkan betapa dangkalnya pemahaman semacam itu.
Kegagalan Seluruh Umat Manusia di Hadapan Allah (3:9-20).
Paulus menyimpulkan, bahwa ajaran ini selaras dengan Perjanjian Lama dan peranan Hukum Taurat, yakni menginsafkan manusia akan dosa.
9. Jadi bagaimana? Harus diperluas lagi menjadi: Jadi bagaimana kita harus menyimpulkan hal ini?
Sebelum memberikan kesimpulan tersebut, Paulus mengajukan satu pertanyaan lagi.
Apabila pertanyaan ini - Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? - mengacu kepada orang-orang Yahudi dengan siapa Paulus berkomunikasi di bagian pertama pasal 3, maka kata kerja proechometha harus diterjemahkan dengan: Apakah kita (orang Yahudi) dilampaui?
Maksudnya, apakah orang-orang Yahudi berada dalam kedudukan yang lebih buruk daripada orang bukan Yahudi?
Terhadap pertanyaan ini, Paulus menjawab: Sama sekali tidak.
Tetapi, apabila pertanyaan ini mengacu kepada seluruh argumentasi yang diawali dalam 1:18, dengan menganggap, bahwa proechometha adalah dalam bentuk tengah, maka terjemahannya haruslah: dapatkah kita (para pembaca) memegang sesuatu di depan untuk berlindung?
Kata kerja proecho dalam bentuk tengah berarti "memegang sesuatu di depan dirinya" (lih. LSJ, hlm. 1479).
Dengan demikian, pertanyaannya dapat berbunyi: Apakah kita memiliki sesuatu di dalam diri kita untuk melindungi kita dari murka Allah?
Jawaban Paulus ialah: Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa.
Seorang berdosa, tidak memiliki apa-apa di dalam dirinya untuk mengatasi masalah dosa tersebut.
Dia berada di bawah kuasa dosa, maksudnya, di bawah kendali dosa.
Dia memerlukan bantuan yang datang dari luar dirinya.
Kemampuannya sendiri tidak mampu melepaskan dia dari belenggu dosa.
10-18. Di dalam ayat-ayat ini, rasul Paulus mengutip sejumlah ayat Perjanjian Lama. Ayat 3:10-12 mengutip Mazmur 14:1, 3. Ayat 3:13 dari Mazmur 5:10. Ayat 3:13c dari Mazmur 140:4. Ayat 3:14 dari Mazmur 10:7. Ayat 3:15-17 dari Yesaya 59:7-8. Ayat 3:18 dari Mazmur 36:2.
Sang rasul tidak mengutip dari naskah bahasa Ibrani, tetapi dari terjemahan Perjanjian Lama versi bahasa Yunani, yaitu Septuaginta (LXX).
Kadang-kadang, dia mengutip secara persis; pada waktu yang lain, sang rasul memakai kata-kata sendiri, atau menyingkat ayat tersebut.
Sekali-sekali dia sangat bebas dalam mengalimatkan kutipannya itu (lih. Sanday dan Headlam, The Epistle to the Romans, Icc, hlm. 77-79).
Sekalipun demikian, makna dari Perjanjian Lama disampaikan dengan benar.
Semua kutipan tersebut diambil dari Mazmur dan Yesaya.
Di dalam konteks yang asli, tidak semua ayat ini menekankan sifat universal dosa.
Yang pertama (Mzm. 14:1-3) memang menekankan hal ini.
Tiga kutipan berikutnya (Mzm. 5:10; 140:4 dan 10:7) membahas keadaan, sikap dan perilaku orang fasik.
Kutipan dari Yesaya (59:7-8) membahas ketidakbenaran Israel.
Mazmur 36:2 mengemukakan tidak adanya sikap hormat orang fasik terhadap Allah.
Dengan demikian, kumpulan kutipan Perjanjian Lama ini menggambarkan berbagai bentuk dosa, ciri-ciri jahat orang berdosa, akibat dari perbuatan mereka, dan sikap mereka terhadap Allah.
Gambaran ini sama dengan lukisan yang selama ini digambarkan oleh rasul Paulus.
19-20. Segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat. Kata Taurat di sini pastilah mengacu kepada berbagai kutipan Perjanjian Lama yang baru dilakukan oleh Paulus.
Karena kutipan-kutipan tersebut diambil dari Mazmur dan Yesaya, maka yang dimaksudkan di sini oleh Paulus bukan hukum Musa.
Kutipan-kutipan ini diambil dari "Tulisan-tulisan" dan "Kitab Nabi-nabi" - dua bagian utama dalam Perjanjian Lama menurut pembagian Yahudi - menunjukkan, bahwa yang dimaksudkan dengan Taurat oleh Paulus adalah seluruh Perjanjian Lama.
Dengan demikian, Perjanjian Lama berbicara kepada mereka yang hidup di bawah Hukum Taurat (Arndt, en, 5.d, hlm. 259).
Ini mencakup orang Yahudi dan orang bukan Yahudi - setiap orang yang dengan serius menerima amanat Perjanjian Lama.
Ajaran Perjanjian Lama itu berbentuk sedemikian rupa, sehingga setiap mulut tersumbat - tidak bisa berdalih - dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah.
Di dalam ayat 20, Paulus tampaknya kembali kepada pengertian Hukum Taurat yang lebih sempit dan lebih sering dipakai, yaitu hukum Musa.
Dengan melakukan hal-hal yang dicantumkan dalam hukum Musa, tidak seorangpun dapat dibenarkan di hadapan Allah.
Paulus menunjukkan, bahwa orang Yahudi dan orang bukan Yahudi telah gagal.
Karena itu, keputusan bahwa tidak ada orang yang lolos dari hukuman merupakan bagian yang penting dari gambaran yang disajikan Paulus.
Apabila Hukum Taurat dan apa yang dicantumkan di dalamnya tidak membawa pembebasan, lalu apa yang dihasilkan olehnya?
Oleh Hukum Taurat orang mengenal (bdg. Arndt, epignosis, hlm. 291) dosa.
Kata dosa adalah dalam bentuk tunggal.
Hukum Taurat membuat manusia sadar akan kekurangan-kekurangan dalam sifat, watak, atau keberadaannya.
Karena keadaannya itu, manusia bertindak demikian.
Hukum Taurat menjadikan manusia sadar, bahwa keadaannya tidak sebagaimana seharusnya.
Menuntun orang kepada kesadaran semacam ini merupakan sebuah tugas yang mulia.
Karena Paulus menganggap Hukum Taurat memiliki tugas itu, pastilah dia tidak menganggap remeh Hukum Taurat.
Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.