1 Yohanes 1:1-4: Kesaksian Rasul Tentang Firman Hidup | Garis Besar dan Pendahuluan

Klik:

1 John / 1 Yohanes 1:1-4

1Jn 1:1 Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu.

1Jn 1:2 Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.

1Jn 1:3 Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.

1Jn 1:4 Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.

Tafsiran Wycliffe

Pribadinya (1:1-4).

Inilah yang telah ada sejak semula yang akan diberitakan oleh sang rasul.

Pendahuluan (1:1-4).

Berbeda dengan Surat-surat yang lain di dalam Perjanjian Baru, Surat ini tidak diawali dengan salam dan juga tidak diakhiri dengan berkat.

Ayat-ayat pendahuluan ini sesuai dengan delapan belas ayat pembukaan Injil Yohanes dan tiga ayat pertama Kitab Wahyu.

Yang diungkapkan adalah pokok pembahasan penulis, yaitu Firman yang adalah hidup.

1. Telah. Bukan "menjadi ada" tetapi telah ada (en).

Sejak semula. Arti selalu ditentukan oleh konteks. Di dalam hal ini, ungkapan tersebut berarti bermula sebelum penciptaan, dan arti itu ditentukan oleh frasa ada bersama-sama dengan Bapa pada ayat 2.

Pernyataan ini merupakan sebuah penegasan tentang kekekalan Kristus.

Yang telah kami dengar. Bentuk waktu perfect menunjukkan hasil permanen dari suatu tindakan yang lalu.

Telah kami lihat dengan mata kami. Yohanes ingin kita mengetahui, bahwa yang dimaksudkan olehnya bukan suatu kiasan, tetapi benar-benar suatu fakta.

Yang telah kami raba dengan tangan kami. Bentuk waktu berubah menjadi aoris dan menunjukkan manifestasi khusus dari Kristus.

Dengan tangan adalah istilah yang juga dipakai oleh Kristus dalam penampilan pasca kebangkitan-Nya (Luk. 24:39).

Tampaknya Yohanes mengacu kepada peristiwa tersebut di sini.

Firman hidup. Firman adalah sebuah nama dan bukan hanya suatu ide tentang penyataan, sedangkan hidup menunjukkan karya dan bukan sebuah nama bagi Kristus (sekalipun di ayat 2, kata ini secara praktis berarti sebuah nama).

2. Hidup yang dimanifestasikan oleh Kristus adalah hidup kekal, sebab Kristus ada bersama-sama dengan Bapa. Ungkapan ini menunjukkan kepribadian yang berbeda dari Kristus yang adalah hidup, sedangkan kata depan bersama-sama dengan menunjukkan kesetaraan Kristus dengan Bapa, seperti dalam Yohanes 1:2.

Tujuan Penulisan (1:3-4).

Di sini terdapat alasan Yohanes menulis Surat ini.

3. Yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar. Inkarnasi merupakan dasar bagi persekutuan.

Kamu juga. Mereka yang belum melihat dan belum mendengar.

Persekutuan. Inilah tujuan (hina:"supaya ... beroleh") dari amanat Yohanes yang juga merupakan tema dari Surat ini.

Kata ini dalam Perjanjian Baru terutama dipakai oleh Paulus, terkecuali pada pasal ini.

Persekutuan tersebut bersifat ilahi - dengan Allah, dan manusiawi - dengan kami.

Persekutuan terbukti dari sukacita (ay. 4) dan kemurahan dalam berbagi (Kis. 2:45; Rm. 15:26; II Kor. 8:4; 9:13; I Tim. 6:18).

Persekutuan paling bagus dilukiskan dalam peristiwa Perjamuan Terakhir (I Kor. 10:16).

Dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. "Dengan demikian dua kebenaran mendasar, yang oleh berbagai ajaran filsafat sesat cenderung dikaburkan atau disangkal, di sini jelas ditetapkan sejak semula: (1) Perbedaan Pribadi dan kesetaraan martabat di antara Bapa dengan Anak. (2) Persamaan Anak Allah yang kekal dengan tokoh sejarah Yesus Kristus" (Plummer, op.cit, hlm. 20).

4. Supaya sukacita kami menjadi sempurna. Persekutuan adalah dasar dari sukacita.

Sukacita pembaca tergantung pada persekutuan dan demikian pula sukacita sang rasul.

(Sulit untuk menentukan mana yang lebih tepat: sukacita kamu ataukah sukacita kami).

Pendahuluan Kitab 1 Yohanes

(1, 2, 3 Yohanes)

Kehidupan Yohanes.

Kehidupan rasul ini terbagi dalam dua periode.

Periode pertama berakhir ketika dia pergi meninggalkan Yerusalem sesaat sesudah kenaikan Kristus, sedangkan yang kedua merupakan kehidupannya sesudah itu sampai saat ia meninggal dunia.

Yohanes jelas jauh lebih muda daripada Yesus.

Mungkin dia dilahirkan di Betsaida (Yoh. 1:44).

Putra dari Zebedeus dan Salome, tampaknya Yohanes berasal dari keluarga yang cukup mampu; sebab mereka mempunyai orang-orang upahan (Mrk. 1:20), ibunya ikut membantu memberikan dukungan keuangan kepada Kristus (Mrk. 15:40-41), dan Yohanes mengenal imam besar yang dipilih dari kalangan atas (Yoh. 18:15).

Saudaranya bernama Yakobus.

Sekalipun Yohanes mungkin tidak memperoleh pendidikan di sekolah untuk para rabi (Kis. 4:13), pendidikan religius di rumah tangga Yahudinya pasti cukup mendalam.

Orang Galilea adalah orang-orang yang rajin bekerja dan suka bertindak, dan Yohanes tidak terkecuali.

Sekalipun para artis telah menggambarkan Yohanes sebagai seorang yang bersifat lembut, Alkitab melukiskan dia dengan sangat berbeda.

Dia dikenal sebagai satu di antara dua orang yang disebut oleh Yesus sebagai "anak-anak guruh" (Mrk. 3:17), berkali-kali bertindak secara sangat fanatik (Mrk. 9:38; Luk. 9:49), ingin balas dendam (Luk. 9:54), dan penuh tipu daya (Mat. 20:20, 21; bdg. Mrk. 10:35).

Kuasa Kristuslah yang telah mengubah orang khas Galilea ini menjadi "rasul penuh kasih".

Tidak diketahui sampai berapa lama Yohanes masih tinggal di Yerusalem sesudah hari Pentakosta.

Jelas dia sudah tidak ada di situ ketika Paulus untuk pertama kali berkunjung ke sana (Gal. 1:18-19), sekalipun dia mungkin berada di sana belakangan sebagai peserta sidang di Yerusalem (Kis. 15:6).

Bukti bahwa bagian yang kemudian dari hidupnya dihabiskan di Asia Kecil, khususnya di Efesus, terlalu kuat, sehingga tidak mungkin diragukan lagi.

Yustinus Martir (Dialogue with Trypho, LXXXI), Ireneus (Eusebius, Ecclesiastical History V, xxiv.3) dan kesimpulan yang kuat dari Kitab Wahyu, bahwa Kitab tersebut ditulis oleh seorang pemimpin yang tinggal di Asia Kecil, semuanya mengarah kepada kenyataan ini.

Kitab-kitab yang tidak termasuk dalam Alkitab, penuh dengan berbagai kisah tentang kegiatan Yohanes sepanjang periode ini, antara lain yang paling terkenal adalah kisah tentang Serintus ketika mandi dan seorang pemuda (salah seorang yang dimenangkan rasul ini) yang menjadi penjahat, namun kemudian kembali bertobat (bdg. A. Plummer, The Gospel According to St. John, Cambridge Greek Testament, hlm. xvii, xviii).

Yohanes terkenal dengan nama "rasul penuh kasih", namun dia juga merupakan orang tegas, yang bahkan pada usianya yang lanjut, tidak mau bertoleransi terhadap ajaran sesat.

Namun aspek-aspek mengenai wataknya ini, kasih dan ketegasannya, tampak menonjol di dalam Suratnya yang pertama ini.

Intense, penuh semangat, merupakan istilah yang tepat melukiskan watak rasul ini.

Di dalam tindakannya, di dalam kasihnya kepada sesama saudara, di dalam mengutuk ajaran sesat, Yohanes merupakan seorang rasul yang penuh semangat.

Kota Efesus.

Sebagai tempat tinggal Yohanes pada bagian yang kemudian dari hidupnya, kota Efesus terletak di dataran subur dekat muara sungai Kayter.

Pada zaman Paulus, kota ini merupakan pusat perdagangan, baik untuk wilayah Aegea bagian timur maupun untuk wilayah yang melewati Efesus dari negeri Timur.

Karena kota ini merupakan ibu kota dari propinsi Asia Kecil, kota tersebut dipimpin oleh wali negeri.

Berbagai perkumpulan yang demokratis, diizinkan bagi pendudukan kota itu (Kis. 19:39).

Kekristenan tiba di kota ini sekitar tahun 55 M oleh pelayanan rasul Paulus, dan dia menulis sebuah Surat edaran kepada Gereja di Efesus dan Gereja-gereja lain yang didirikan olehnya sekitar 8 tahun kemudian.

Sebelum Yohanes tinggal di kota ini, banyak orang yang telah melakukan pekerjaan pelayanan untuk Kristus di tempat ini (Akwila dan Priskila, Kis. 18:19, Paulus, Kis. 19:3-10; Trofimus, Kis. 21:29; keluarga Onesiforus, II Tim. 1:16-18; 4:19; dan Timotius, I Tim. 1:3).

Moralitas di Efesus sangat rendah.

Kuil Diana yang terkenal dengan 127 buah tiang besar setinggi 60 kaki yang mengitari wilayah seluas 425 x 220 kaki, menarik orang bagaikan magnet ke kota tersebut.

Kota ini merupakan pusat pelacuran yang berkedok agama.

Tetapi, sekalipun merupakan tempat penyembahan berhala, kota ini juga merupakan sebuah tempat ziarah keagamaan bagi orang-orang yang suka menyebut diri mereka "pemelihara kuil" Diana yang agung.

Aliran Gnostik.

Aliran Gnostik adalah sebuah filsafat tentang eksistensi, yang dalam bentuk awalnya menyusup ke Gereja di Asia Kecil pada zaman Yohanes.

Filsafat ini meliputi berbagai spekulasi tentang asal-usul materi dan bagaimana manusia dapat bebas dari materi.

Nama gerakan ini adalah nama Yunani, tetapi unsur-unsur utamanya adalah Yunani dan agama Timur.

Ciri-ciri Yahudi dan Kristen kemudian ditambahkan ke dalam campuran tersebut.

Pada intinya, aliran Gnostik beranggapan, bahwa pengetahuan itu lebih unggul daripada kebajikan, bahwa arti kiasan dari Alkitab merupakan arti yang sesungguhnya dan hanya dapat dipahami oleh segelintir orang saja, bahwa kejahatan di dunia membuat mustahil pandangan bahwa Allah menciptakannya, bahwa inkarnasi adalah tidak mungkin, sebab keilahian tidak mungkin dapat bergabung dengan materi - seperti tubuh misalnya, dan bahwa tidak ada kebangkitan tubuh.

Dosetisme yang ekstrem beranggapan, bahwa Yesus sama sekali bukan manusia, tetapi hanya teofani, penampakan ilahi, yang berkepanjangan, sedangkan Dosetisme moderat beranggapan bahwa, Yesus adalah anak jasmaniah dari Yusuf dan Maria, yang atasnya telah datang Kristus pada saat Dia dibaptis.

Kedua bentuk ajaran sesat ini, diserang oleh Yohanes di dalam Suratnya yang pertama ini (2:22: 4:2, 3; 5:5, 6).

Beberapa orang penganut Gnostik, melaksanakan askese, sebab mereka percaya, bahwa semua materi itu jahat.

Antinomianisme, atau aliran yang menentang hukum, merupakan sikap golongan yang lain yang juga bertolak dari anggapan, bahwa pengetahuan itu lebih unggul daripada kebajikan (bdg. 1:8; 4:20).

Jawaban pokok Yohanes terhadap kesalahan Gnostik ini ialah menekankan Inkarnasi dan kekuatan moral yang memancar dari teladan kehidupan Yesus.

Kepenulisan Surat Ini.

Persoalan yang muncul mengenai kepenulisan I Yohanes ialah apakah Yohanes yang menulis baik Injil Yohanes maupun Surat ini adalah Yohanes putra Zebedeus, atau Yohanes sang tua-tua.

Ada buku yang menyebut tentang seorang penatua dengan nama Yohanes, di Efesus, lalu sebagian pakar berkesimpulan, bahwa Yohanes putra Zebedeus adalah orang yang berbeda dengan Yohanes yang tinggal di Efesus, dan bahwa penulis semua Kitab ini adalah Yohanes dari Efesus (Ireneus di dalam Eusebius, op. cit., V: viii dan xx: Papias di dalam ibid., III: xxxix; Polycrates di dalam Ibid., V: xxiv: Kanon dari Muratori).

Argumentasi standar yang mendukung pandangan, bahwa Surat-surat ini ditulis oleh Yohanes yang menulis Kitab Injil dilandaskan pada bukti-bukti yang terdapat dari dalam Kitab itu sendiri.

Argumentasi ini berupa tiga lingkaran konsentris.

~ Lingkaran yang paling besar membuktikan, bahwa penulisnya adalah seorang Yahudi dari Palestina.

Ini tampak dari cara penulis mengutip Perjanjian Lama (bdg. Yoh. 6:45; 13:18; 19:37) dan dari pemahamannya tentang berbagai pikiran, tradisi dan harapan orang Yahudi (Yoh. 1:19-49; 2:6; 3:25; 4:25; 5:1; 6:14, 15; 7:26 dst.; 10:22; 11:55; 12:13; 13:1; 18:28; 19:31. 42), dan dari pengetahuannya tentang Palestina (Yoh. 1:44, 46; 2:1; 4:47; 5:2; 9:7; 10:23; 11:54).

~ Lingkaran tengah membuktikan, bahwa penulis adalah seorang saksi mata.

Ini tampak dari ketepatan rincian tentang waktu, tempat, dan peristiwa yang dikisahkan di dalam Injil (bdg. Yoh. 1:29, 35, 43; 2:6; 4:40, 43; 5:5; 12:1, 6, 12; 13:26; 19:14, 20, 23, 34, 39; 20:7; 21:6), dan melalui berbagai sketsa watak (misalnya: Andreas, Filipus, Tomas, Natanael, perempuan Samaria, Nikodemus) yang merupakan tokoh-tokoh khas Injil ini.

~ Lingkaran yang ketiga berkesimpulan, bahwa penulisnya adalah Yohanes.

Metode yang dipakai ialah mencoret semua nama lain dari kalangan dalam para murid yang tidak cocok dengan dua lingkaran pertama, kemudian mengemukakan bukti-bukti pendukung yang menunjukkan, bahwa hanya Yohanes saja yang mungkin menuliskan Injil keempat tersebut.

Alasan-alasan yang mendukung, bahwa penulis Kitab Injil keempat dengan ketiga Surat ini adalah sama, sangat meyakinkan.

Bukti ini dibangun berdasarkan nas-nas paralel (mis.: Yoh. 1:1 dan I Yoh. 1:1), ungkapan-ungkapan yang sama (mis.: "anak tunggal", "dilahirkan dari Allah"), penyusunan kalimat yang sama (memakai kata-kata penghubung dan bukan anak-anak kalimat), dan pokok-pokok pembahasan yang sama (Agape: "kasih", phos: "terang", Zoe: "hidup", meno: "tinggal di dalam").

Dengan demikian, pertanyaan dasar yang masih ada hanyalah: apakah penulis yang bernama Yohanes ini adalah Yohanes sang rasul ataukah Yohanes sang penatua?

Beberapa alasan untuk membedakan Yohanes sang rasul dengan Yohanes sang penatua dan dengan demikian mendukung anggapan, bahwa penulis Kitab-kitab ini adalah yang penatua ialah:

~ "Orang yang tidak terpelajar" (Kis. 4:13), tidak mungkin menulis sesuatu yang demikian mendalam seperti Injil Yohanes.

~ Putra seorang nelayan, tidak akan mungkin mengenal imam besar.

~ Seorang rasul, tidak akan menyebut dirinya penatua sebagaimana dilakukan oleh penulis Surat-surat ini.

~ Karena penulis Injil Yohanes mempergunakan Injil Markus sebagai sumber acuan, penulis tersebut tidak mungkin Yohanes, sebab seorang rasul tidak mungkin memanfaatkan tulisan yang tidak dihasilkan oleh seorang rasul.

Terhadap semua alasan tersebut, alasan-alasan yang mendukung bahwa Yohanes sang rasul yang menulis, juga tidak sulit untuk ditemukan:

~ Tidak terpelajar artinya ketiadaan pendidikan formal di dalam salah satu sekolah untuk para rabi, sehingga tidak berarti tidak tahu apa-apa.

~ Jangan beranggapan bahwa semua nelayan dengan sendirinya berasal dari kalangan bawah.

~ Rasul Petrus menyebut dirinya sebagai penatua (I Ptr. 5:1), jadi mengapa Yohanes tidak boleh melakukan hal yang sama?

~ Matius, seorang rasul, memakai Injil Markus sebagai sumber acuan menurut para kritikus, tetapi hal tersebut pada umumnya tidak dipakai untuk menentang argumentasi, bahwa rasul Matius telah menulis Injil yang pertama.

Lagi pula, jika Yohanes sang penatua adalah penulis Injil keempat dan orang yang sama adalah murid yang dikasihi, sangat sulit untuk diterangkan seorang tokoh penting seperti Yohanes putra dari Zebedeus tidak pernah disebutkan di dalam Injil Yohanes.

Bukti jelas menunjukkan, bahwa Injil keempat dan Surat-surat ini ditulis oleh satu orang, yaitu Yohanes sang rasul, putra Zebedeus, yang adalah Yohanes sang penatua yang tinggal di Efesus.

Tanggal dan tempat penulisan.

Tanggal penulisan Surat-surat ini terkait dengan tanggal yang dianggap saat penulisan Injil keempat.

Mereka yang menganggap tahun penulisannya adalah di antara tahun 140 hingga 165, dan beranggapan bahwa Yohanes bukan penulis Surat-surat ini, menempatkan diri mereka dalam sebuah dilema.

Jika Injil Yohanes diterbitkan pada tanggal selambat itu, yang menurut dugaan orang tetapi bukan sesungguhnya oleh Yohanes, mengapa ratusan orang Kristen yang hidup dan yang pernah mengenal Yohanes pada masa-masa terakhir hidupnya, tidak menyatakan karya itu palsu?

Atau setidak-tidaknya, mengapa sama sekali tidak ada orang yang mengatakan, bahwa Injil keempat tidak ditulis oleh Yohanes?

Jika Injil Yohanes baru diterbitkan antara tahun 140 dan 165, bagaimana mungkin Injil ini sudah tersebar ke seluruh dunia pada tahun 170?

Kenyataan bahwa fragmen Rylands tentang Injil Yohanes yang ditemukan di Mesir berasal dari tahun 140 atau sebelumnya, menunjukkan bahwa Kitab ini pasti ditulis pada sekitar peralihan abad pertama ke abad kedua atau sebelumnya.

Jelas di dalam Injil itu, bahwa sang penulis menoleh ke belakang (Yoh. 7:39; 21:19), yang berarti bahwa karena Yohanes menulis Injil ini, maka Kitab ini pastilah diterbitkan sekitar tahun 85 dan 90 (sekalipun saat penulisannya bisa sebelum itu).

Tidak diragukan lagi, bahwa Injil tersebut dihasilkan atas desakan para penatua Gereja-gereja di Asia Kecil, yang menginginkan agar apa yang diajarkan oleh Yohanes secara lisan, diabadikan dalam bentuk tertulis sebelum kematiannya.

Karena amanat dalam I Yohanes tampaknya mengambil suatu pengetahuan dari isi Injil Yohanes dan tidak disebutnya penganiayaan di bawah perintah Domitian tahun 95, Surat Pertama Yohanes ini mungkin ditulis sekitar tahun 90.

Surat Kedua dan Ketiga tanggalnya juga kurang lebih sama, yaitu sekitar tahun 90.

Semua Surat ditulis dari Efesus menurut tradisi yang dapat dipercaya.

Garis Besar Kitab 1 Yohanes

Pendahuluan (1:1-4)

A. Pribadinya (1:1-2)

B. Tujuan Penulisan (1:3-4)

I. Syarat-syarat Persekutuan (1:5-10)

A. Penyesuaian dengan Standar (1:5-7)

B. Pengakuan Dosa (1:8-10)

1. Pengakuan Bahwa Pada Dasarnya Berdosa (1:8)

2. Pengakuan Dosa yang Khusus (1:9)

3. Pengakuan Dosa Pribadi (1:10)

II. Perilaku Persekutuan (2:1-29)

A. Sifat Perilaku Kita: Meniru (2:1-11)

1. Prinsip Peniruan (2:1-2)

2. Pola Peniruan (2:3-6)

3. Bukti Adanya Peniruan (2:7-11)

B. Perintah Dalam Berperilaku: Pemisahan (2:12-17)

1. Yang Diperintah (2:12-14)

2. Imbauan Perintah (2:15-17)

C. Pengakuan Iman untuk Perilaku Kita: Penegasan (2:18-29)

1. Perlunya Pengakuan Iman (2:18-21)

2. Sifat Pengakuan Iman (2:22-29)

III. Ciri-ciri Persekutuan (3:1-24)

A. Dalam Kaitan dengan Prospek Kita - Kemurnian (3:1-3)

1. Alasan Perlunya Kemurnian (3:1-3a)

2. Arti Kemurnian (3:3b)

B. Dalam Kaitan dengan Kedudukan Kita - Kebenaran dan Kasih (3:4-18)

1. Kebenaran (3:4-9)

2. Kasih (3:10-18)

C. Dalam Kaitan dengan Doa - Jawaban (3:19-24)

1. Tergantung Pada Keyakinan Kita (3:19-21)

2. Tergantung Pada Ketaatan (3:22-24)

IV. Berbagai Peringatan Persekutuan (4:1-21)

A. Peringatan Tentang Roh-roh Pendusta: Nabi Palsu (4:1-6)

1. Adanya Roh-roh Pendusta (4:1)

2. Pengujian Atas Roh Pendusta (4:2-6)

B. Peringatan Tentang Roh Kasih: Pengakuan Palsu (4:7-21)

1. Dasar Kasih (4:7-10)

2. Kemuliaan Kasih (4:11-21)

V. Penggerak Persekutuan (5:1-21)

A. Iman Kepada Kristus yang Dibuktikan oleh Perilaku yang Kita Tunjukkan (5:1-5)

B. Iman Kepada Kristus yang Dibuktikan oleh Bukti Kebenaran Tunjukkan (5:6-12)

1. Bukti-bukti yang Diajukan (5:6-8)

2. Pengaruh dari Bukti-bukti Tersebut (5:9-12)

C. Iman Kepada Kristus yang Dibuktikan oleh Keyakinan yang Kita Tunjukkan (5:13-21)

1. Keyakinan di Dalam Doa (5:13-17)

2. Keyakinan di Dalam Pengetahuan (5:18-21)

Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel