Ulangan 5:1-22: Kesepuluh Firman
Selasa, Desember 12, 2017
Edit
Kesepuluh Firman. |
Setelah belajar perikop Pendahuluan Pengajaran Musa dari Kitab Ulangan, sekarang kita belajar perikop lanjutannya, yakni Kesepuluh Firman.
Berikut ini tampilan ayat-ayat Firman Tuhan dalam Kitab Ulangan (Deuteronomy 5:1-22 dengan judul perikop Kesepuluh Firman).
Kita belajar perikop Kesepuluh Firman ini dengan menggunakan tafsiran / catatan Wycliffe. Semua ayat dikutip dalam bentuk tulisan italic warna biru, sedangkan tafsiran / komentar dalam tulisan biasa.
Ayat Akitab dikutip dari software e-Sword, sedangkan komentarinya dari situs Alkitab.sabda.org. Yuk kita belajar.
Deu 5:1 Musa memanggil seluruh orang Israel berkumpul dan berkata kepada mereka: "Dengarlah, hai orang Israel, ketetapan dan peraturan, yang pada hari ini kuperdengarkan kepadamu, supaya kamu mempelajarinya dan melakukannya dengan setia.
Deu 5:2 TUHAN, Allah kita, telah mengikat perjanjian dengan kita di Horeb.
Deu 5:3 Bukan dengan nenek moyang kita TUHAN mengikat perjanjian itu, tetapi dengan kita, kita yang ada di sini pada hari ini, kita semuanya yang masih hidup.
Deu 5:4 TUHAN telah bicara dengan berhadapan muka dengan kamu di gunung dan di tengah-tengah api--
Deu 5:5 aku pada waktu itu berdiri antara TUHAN dan kamu untuk memberitahukan firman TUHAN kepadamu, sebab kamu takut kepada api dan kamu tidak naik ke gunung--dan Ia berfirman:
Deu 5:6 Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
Deu 5:7 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
Deu 5:8 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
Deu 5:9 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
Deu 5:10 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
Deu 5:11 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
Deu 5:12 Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.
Deu 5:13 Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
Deu 5:14 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang manapun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga.
Deu 5:15 Sebab haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.
Deu 5:16 Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
Deu 5:17 Jangan membunuh.
Deu 5:18 Jangan berzinah.
Deu 5:19 Jangan mencuri.
Deu 5:20 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
Deu 5:21 Jangan mengingini isteri sesamamu, dan jangan menghasratkan rumahnya, atau ladangnya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya, atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.
Deu 5:22 Firman itulah yang diucapkan TUHAN kepada seluruh jemaahmu dengan suara nyaring di gunung, dari tengah-tengah api, awan dan kegelapan, dan tidak ditambahkan-Nya apa-apa lagi. Ditulis-Nya semuanya pada dua loh batu, lalu diberikan-Nya kepadaku."
Perintah yang agung dan yang utama dalam perjanjian, yaitu keharusan untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, diungkapkan pada pasal 5-7 dan diperkuat oleh tuntutan dan sanksi ilahi pada pasal 8-11.
Sekalipun demikian, pembagian ini tidak kaku; alur nasihat terdapat di seluruh bagian.
Jika dianalisis dengan lebih rinci, bagian ini mengemukakan tema tentang perintah agung itu sebagai berikut:
~ Berbagai tuntutan Tuhan yang ada di atas Israel, yang dinyatakan sebagai sebuah prinsip (ps.6) dan sebuah program (ps. 7).
~ Sejumlah peringatan terhadap godaan untuk mandiri, entah dalam bentuk semangat untuk menganggap diri mampu mandiri (ps. 8) atau menganggap diri paling benar (9:1-10:11).
~ Panggilan untuk benar-benar setia (10:12-11:32).
Ketentuan-ketentuan: Hidup Menurut Perjanjian (5:1-26:19).
Ketika perjanjian-perjanjian tentang kekuasaan raja dibaharui, maka peraturan-peraturannya yang merupakan bagian yang panjang dan menentukan di dalam sebuah dokumen perjanjian, diulang kembali dengan sejumlah penyempurnaan, khususnya penyempurnaan yang diperlukan sesuai dengan situasi yang berubah.
Oleh karena itu, Musa merangkum dan merumuskan ulang berbagai syarat yang dikemukakan di dalam Perjanjian Sinai.
Selanjutnya, sebagaimana peraturan-peraturan perjanjian biasanya diawali dengan tuntutan yang mendasar dan umum agar si raja yang kalah tunduk sepenuhnya kepada raja pemenang, dan sesudah itu baru dilanjutkan dengan peraturan yang lebih terinci.
Demikian pula Musa saat ini menghadapkan Israel dengan tuntutan primer, yakni mengkhususkan diri sepenuhnya untuk Tuhan (ay. 5-11), dan sesudah itu barulah dengan peraturan-peraturan tambahan tentang kehidupan sesuai perjanjian (ay. 12-26).
1. Dengarlah ... mempelajarinya dan melakukannya dengan setia. Pasal ini dibuka dan ditutup (ay. 32-33) dengan tugas untuk menaati secara cermat peraturan-peraturan dalam perjanjian itu yang sedang dalam proses.
2-5. Israel dipanggil untuk membuat komitmen bagi pembaharuan hubungan perjanjian dengan Tuhan yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Empat puluh tahun sebelumnya, di Sinai, melalui sebuah upacara perjanjian, Allah telah meresmikan Israel sebagai umat yang ada di bawah pimpinan-Nya (ay. 2). Hal itu dilakukan untuk memenuhi janji-janji-Nya sebelumnya kepada para leluhur.
3. Bukan dengan nenek moyang kita ... tetapi dengan kita. "Nenek moyang" para leluhur (bdg. 4:31, 37, 7:8, 12; 8:18) telah meninggal tanpa melihat penggenapan janji-janji itu.
Namun angkatan ini, yang dengan mereka diresmikan Perjanjian Sinai dan juga dengan angkatan sebelumnya yang binasa di padang gurun (bdg. 11:2), diberi kehormatan untuk menyaksikan realisasi berdirinya kerajaan yang dijanjikan.
5. Aku ... berdiri antara Tuhan dan kamu. Di Sinai, seperti sekarang ini, Musa merupakan perantara di antara Allah dengan Israel, sebuah jabatan yang makin diperlukan, sebab Israel takut untuk berhadapan muka dengan Teofani yang menyala-nyala (bdg. 4:12).
Jika peranan Musa sebagai pembawa berita sebagaimana disajikan di sini tidak mengacu kepada pernyataan-pernyataan yang dianugerahkan sesudah pemberitaan Dasa Titah, maka berbagai pernyataan yang dijumpai di bagian lain yang menyatakan bahwa Israel mendengar suara Allah memberikan Dasa Titah (mis. 4:12; Kel. 19:9; 20:19), akan berarti bahwa suara Allah itu bisa didengar, tetapi apa yang dikatakan tidak bisa dipahami.
Sekalipun demikian, ayat 5 lebih besar kemungkinan merupakan pembicaraan tentang peristiwa yang akan terjadi pada masa depan dengan gaya seakan-akan telah terjadi, seperti halnya ayat 22b.
6-22. (di Alkitab Ibrani 6-18). Dari fakta tentang Perjanjian Sinai, Musa melanjutkan dengan membacakan isi dokumen sebagaimana ditulis pada loh batu duplikatnya (bdg. tafsiran 4:13).
Sambil melanjutkan pemahaman bahwa Israel sudah terikat perjanjian dengan Tuhan, tindakan ini mencapai tujuan tambahan, yaitu mencantumkan rangkuman komprehensif dari hukum perjanjian yang permanen ke dalam bagian peraturan dari dokumen Ulangan yang diperbaharui.
Dasa Titah, yang bukan hanya sebuah kaidah moral saja melainkan juga isi dari sebuah perjanjian, menunjukkan pola perjanjian sebagai berikut: mukadimah (ay. 6a), pendahuluan historis (ay. 6b), dan sejumlah peraturan yang dicampur dengan rumusan-rumusan mengenai kutukan dan berkat (ay. 7-21).
12. Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat. Perbedaan yang paling penting dengan Dasa Titah yang dikemukakan di Keluaran 20:2-17 ialah perumusan baru dari titah atau "firman" keempat.
Siklus kehidupan yang menyangkut Sabat melambangkan prinsip penggenapan yang merupakan ciri khas dari tindakan ilahi. Allah berkarya, yaitu menyelesaikan tujuan-Nya, dan bersukacita, yaitu beristirahat.
Keluaran 20:11 mengacu kepada pertunjukan pola penggenapan dalam penciptaan sebagai model pertama dari Sabat. Ulangan 5:15 mengacu kepada pola penggenapan yang termanifestasi dalam penebusan ketika mana kemenangan Allah mencakup juga masuknya umat pilihan-Nya ke dalam perhentian mereka.
Oleh karena itu, yang paling tepat adalah Sabat ditetapkan sebagai tanda perjanjian Allah dengan umat yang ditebus-Nya dari perbudakan di Mesir untuk mewarisi perhentian di Kanaan (bdg. Kel. 31:13-17).
Dikaitkannya Sabat dengan kemenangan kebangkitan Juru Selamat oleh Perjanjian Baru, melalui mana orang-orang yang ditebus-Nya, bersama-sama dengan Dia, mencapai perhentian kekal, dapat disamakan dengan penafsiran Ulangan tentang Sabat yang menyangkut perkembangan rencana penebusan oleh Allah.
Perbedaan mencolok lainnya dengan Dasa Titah di Keluaran ialah pembalikan urutan istrinya dan rumahnya dalam perintah kesepuluh, serta penambahan ladangnya di sini (5:21).
Istilah ini ditambahkan karena Israel sesaat lagi akan masuk dan menetap di negeri itu, sedangkan selama masa pengembaraan mereka di padang gurun peraturan semacam itu tidak akan diperlukan.
Ini merupakan sebuah contoh yang baik tentang jenis penyempurnaan rumusan hukum yang terdapat dalam perjanjian sekular yang dibaharui pada waktu itu.
22. Firman itulah yang diucapkan Tuhan kepada seluruh jemaahmu. Keunikan dari penyataan kesepuluh "Firman" tersebut digarisbawahi di dalam ayat ini. Hanya penyataan itu saja yang diutarakan langsung kepada seluruh Israel oleh Allah; hanya penyataan itu saja yang ditulis sendiri oleh Allah.
Perikop Selanjutnya: Orang Israel Takut Menghadapi Kedatangan TUHAN.
Berikut ini tampilan ayat-ayat Firman Tuhan dalam Kitab Ulangan (Deuteronomy 5:1-22 dengan judul perikop Kesepuluh Firman).
Kita belajar perikop Kesepuluh Firman ini dengan menggunakan tafsiran / catatan Wycliffe. Semua ayat dikutip dalam bentuk tulisan italic warna biru, sedangkan tafsiran / komentar dalam tulisan biasa.
Ayat Akitab dikutip dari software e-Sword, sedangkan komentarinya dari situs Alkitab.sabda.org. Yuk kita belajar.
Kesepuluh Firman (Kitab Ulangan 5:1-22)
Deu 5:1 Musa memanggil seluruh orang Israel berkumpul dan berkata kepada mereka: "Dengarlah, hai orang Israel, ketetapan dan peraturan, yang pada hari ini kuperdengarkan kepadamu, supaya kamu mempelajarinya dan melakukannya dengan setia.
Deu 5:2 TUHAN, Allah kita, telah mengikat perjanjian dengan kita di Horeb.
Deu 5:3 Bukan dengan nenek moyang kita TUHAN mengikat perjanjian itu, tetapi dengan kita, kita yang ada di sini pada hari ini, kita semuanya yang masih hidup.
Deu 5:4 TUHAN telah bicara dengan berhadapan muka dengan kamu di gunung dan di tengah-tengah api--
Deu 5:5 aku pada waktu itu berdiri antara TUHAN dan kamu untuk memberitahukan firman TUHAN kepadamu, sebab kamu takut kepada api dan kamu tidak naik ke gunung--dan Ia berfirman:
Deu 5:6 Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
Deu 5:7 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
Deu 5:8 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
Deu 5:9 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
Deu 5:10 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
Deu 5:11 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
Deu 5:12 Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.
Deu 5:13 Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
Deu 5:14 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang manapun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga.
Deu 5:15 Sebab haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.
Deu 5:16 Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
Deu 5:17 Jangan membunuh.
Deu 5:18 Jangan berzinah.
Deu 5:19 Jangan mencuri.
Deu 5:20 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
Deu 5:21 Jangan mengingini isteri sesamamu, dan jangan menghasratkan rumahnya, atau ladangnya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya, atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.
Deu 5:22 Firman itulah yang diucapkan TUHAN kepada seluruh jemaahmu dengan suara nyaring di gunung, dari tengah-tengah api, awan dan kegelapan, dan tidak ditambahkan-Nya apa-apa lagi. Ditulis-Nya semuanya pada dua loh batu, lalu diberikan-Nya kepadaku."
Perintah Agung (5:1-11:32).
Perintah yang agung dan yang utama dalam perjanjian, yaitu keharusan untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, diungkapkan pada pasal 5-7 dan diperkuat oleh tuntutan dan sanksi ilahi pada pasal 8-11.
Sekalipun demikian, pembagian ini tidak kaku; alur nasihat terdapat di seluruh bagian.
Jika dianalisis dengan lebih rinci, bagian ini mengemukakan tema tentang perintah agung itu sebagai berikut:
~ Berbagai tuntutan Tuhan yang ada di atas Israel, yang dinyatakan sebagai sebuah prinsip (ps.6) dan sebuah program (ps. 7).
~ Sejumlah peringatan terhadap godaan untuk mandiri, entah dalam bentuk semangat untuk menganggap diri mampu mandiri (ps. 8) atau menganggap diri paling benar (9:1-10:11).
~ Panggilan untuk benar-benar setia (10:12-11:32).
Ketentuan-ketentuan: Hidup Menurut Perjanjian (5:1-26:19).
Ketika perjanjian-perjanjian tentang kekuasaan raja dibaharui, maka peraturan-peraturannya yang merupakan bagian yang panjang dan menentukan di dalam sebuah dokumen perjanjian, diulang kembali dengan sejumlah penyempurnaan, khususnya penyempurnaan yang diperlukan sesuai dengan situasi yang berubah.
Oleh karena itu, Musa merangkum dan merumuskan ulang berbagai syarat yang dikemukakan di dalam Perjanjian Sinai.
Selanjutnya, sebagaimana peraturan-peraturan perjanjian biasanya diawali dengan tuntutan yang mendasar dan umum agar si raja yang kalah tunduk sepenuhnya kepada raja pemenang, dan sesudah itu baru dilanjutkan dengan peraturan yang lebih terinci.
Demikian pula Musa saat ini menghadapkan Israel dengan tuntutan primer, yakni mengkhususkan diri sepenuhnya untuk Tuhan (ay. 5-11), dan sesudah itu barulah dengan peraturan-peraturan tambahan tentang kehidupan sesuai perjanjian (ay. 12-26).
1. Dengarlah ... mempelajarinya dan melakukannya dengan setia. Pasal ini dibuka dan ditutup (ay. 32-33) dengan tugas untuk menaati secara cermat peraturan-peraturan dalam perjanjian itu yang sedang dalam proses.
2-5. Israel dipanggil untuk membuat komitmen bagi pembaharuan hubungan perjanjian dengan Tuhan yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Empat puluh tahun sebelumnya, di Sinai, melalui sebuah upacara perjanjian, Allah telah meresmikan Israel sebagai umat yang ada di bawah pimpinan-Nya (ay. 2). Hal itu dilakukan untuk memenuhi janji-janji-Nya sebelumnya kepada para leluhur.
3. Bukan dengan nenek moyang kita ... tetapi dengan kita. "Nenek moyang" para leluhur (bdg. 4:31, 37, 7:8, 12; 8:18) telah meninggal tanpa melihat penggenapan janji-janji itu.
Namun angkatan ini, yang dengan mereka diresmikan Perjanjian Sinai dan juga dengan angkatan sebelumnya yang binasa di padang gurun (bdg. 11:2), diberi kehormatan untuk menyaksikan realisasi berdirinya kerajaan yang dijanjikan.
5. Aku ... berdiri antara Tuhan dan kamu. Di Sinai, seperti sekarang ini, Musa merupakan perantara di antara Allah dengan Israel, sebuah jabatan yang makin diperlukan, sebab Israel takut untuk berhadapan muka dengan Teofani yang menyala-nyala (bdg. 4:12).
Jika peranan Musa sebagai pembawa berita sebagaimana disajikan di sini tidak mengacu kepada pernyataan-pernyataan yang dianugerahkan sesudah pemberitaan Dasa Titah, maka berbagai pernyataan yang dijumpai di bagian lain yang menyatakan bahwa Israel mendengar suara Allah memberikan Dasa Titah (mis. 4:12; Kel. 19:9; 20:19), akan berarti bahwa suara Allah itu bisa didengar, tetapi apa yang dikatakan tidak bisa dipahami.
Sekalipun demikian, ayat 5 lebih besar kemungkinan merupakan pembicaraan tentang peristiwa yang akan terjadi pada masa depan dengan gaya seakan-akan telah terjadi, seperti halnya ayat 22b.
6-22. (di Alkitab Ibrani 6-18). Dari fakta tentang Perjanjian Sinai, Musa melanjutkan dengan membacakan isi dokumen sebagaimana ditulis pada loh batu duplikatnya (bdg. tafsiran 4:13).
Sambil melanjutkan pemahaman bahwa Israel sudah terikat perjanjian dengan Tuhan, tindakan ini mencapai tujuan tambahan, yaitu mencantumkan rangkuman komprehensif dari hukum perjanjian yang permanen ke dalam bagian peraturan dari dokumen Ulangan yang diperbaharui.
Dasa Titah, yang bukan hanya sebuah kaidah moral saja melainkan juga isi dari sebuah perjanjian, menunjukkan pola perjanjian sebagai berikut: mukadimah (ay. 6a), pendahuluan historis (ay. 6b), dan sejumlah peraturan yang dicampur dengan rumusan-rumusan mengenai kutukan dan berkat (ay. 7-21).
12. Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat. Perbedaan yang paling penting dengan Dasa Titah yang dikemukakan di Keluaran 20:2-17 ialah perumusan baru dari titah atau "firman" keempat.
Siklus kehidupan yang menyangkut Sabat melambangkan prinsip penggenapan yang merupakan ciri khas dari tindakan ilahi. Allah berkarya, yaitu menyelesaikan tujuan-Nya, dan bersukacita, yaitu beristirahat.
Keluaran 20:11 mengacu kepada pertunjukan pola penggenapan dalam penciptaan sebagai model pertama dari Sabat. Ulangan 5:15 mengacu kepada pola penggenapan yang termanifestasi dalam penebusan ketika mana kemenangan Allah mencakup juga masuknya umat pilihan-Nya ke dalam perhentian mereka.
Oleh karena itu, yang paling tepat adalah Sabat ditetapkan sebagai tanda perjanjian Allah dengan umat yang ditebus-Nya dari perbudakan di Mesir untuk mewarisi perhentian di Kanaan (bdg. Kel. 31:13-17).
Dikaitkannya Sabat dengan kemenangan kebangkitan Juru Selamat oleh Perjanjian Baru, melalui mana orang-orang yang ditebus-Nya, bersama-sama dengan Dia, mencapai perhentian kekal, dapat disamakan dengan penafsiran Ulangan tentang Sabat yang menyangkut perkembangan rencana penebusan oleh Allah.
Perbedaan mencolok lainnya dengan Dasa Titah di Keluaran ialah pembalikan urutan istrinya dan rumahnya dalam perintah kesepuluh, serta penambahan ladangnya di sini (5:21).
Istilah ini ditambahkan karena Israel sesaat lagi akan masuk dan menetap di negeri itu, sedangkan selama masa pengembaraan mereka di padang gurun peraturan semacam itu tidak akan diperlukan.
Ini merupakan sebuah contoh yang baik tentang jenis penyempurnaan rumusan hukum yang terdapat dalam perjanjian sekular yang dibaharui pada waktu itu.
22. Firman itulah yang diucapkan Tuhan kepada seluruh jemaahmu. Keunikan dari penyataan kesepuluh "Firman" tersebut digarisbawahi di dalam ayat ini. Hanya penyataan itu saja yang diutarakan langsung kepada seluruh Israel oleh Allah; hanya penyataan itu saja yang ditulis sendiri oleh Allah.
Perikop Selanjutnya: Orang Israel Takut Menghadapi Kedatangan TUHAN.