Yunus 1: Yunus Mengingkari Panggilan TUHAN

Klik:

Jonah / Yunus 1


Jon 1:1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian:

Jon 1:2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku."

Jon 1:3 Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.

Jon 1:4 Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.

Jon 1:5 Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak.

Jon 1:6 Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata: "Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa."

Jon 1:7 Lalu berkatalah mereka satu sama lain: "Marilah kita buang undi, supaya kita mengetahui, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini." Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi.

Jon 1:8 Berkatalah mereka kepadanya: "Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau?"

Jon 1:9 Sahutnya kepada mereka: "Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan."

Jon 1:10 Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: "Apa yang telah kauperbuat?" --sebab orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka.

Jon 1:11 Bertanyalah mereka: "Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora."

Jon 1:12 Sahutnya kepada mereka: "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu."

Jon 1:13 Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka.

Jon 1:14 Lalu berserulah mereka kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki."

Jon 1:15 Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk.

Jon 1:16 Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar.

Jon 1:17 Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.


Tafsiran Wycliffe


1. Datanglah firman TUHAN. Tidak ada petunjuk tentang bagaimana Allah berbicara kepada Yunus.

Bagi nabi-nabi Perjanjian Lama yang sejati, cara Allah berfirman kepada mereka tidak sepenting kenyataan bahwa Dia berfirman.

Yunus. Lihat Pendahuluan untuk penjelasan tentang sang nabi.

2. Niniwe, kota yang besar itu. Terletak di sebelah timur Sungai Tigris di Mesopotamia, Niniwe menjadi sebuah negara kota yang berpengaruh pada zaman kuno.

Sebuah negara kota meliputi daerah jajahannya dan wilayah di sekitarnya, termasuk desa-desa sekitar, di bawah kekuasaannya.

Dalam Kejadian 10:11, 12 Rehobot-Ir, Kalah, dan Resen disebutkan bersama Niniwe yang membentuk "kota besar itu".

Sanherib menjadikan kota tersebut ibu kota kerajaannya kira-kira pada tahun 700 SM, yaitu beberapa waktu sesudah zaman Yunus.

Kota itu terletak lebih dari 500 mil dari Palestina, jalan yang panjang untuk dilalui dengan berjalan kaki.

Kejahatannya. Dosa-dosa Niniwe tidak dijelaskan di sini, tetapi kota itu dikenal luas sebagai pusat penyembahan dewa kesuburan, dan karena kekejamannya kepada para korban perang.

3. Tarsis. Mungkin sama dengan sebuah koloni pertambangan bangsa Semit, yang terletak tepat di sebelah barat Batu Karang Gibraltar, di mulut Sungai Guadalquivir (bdg. Kej. 10:4; Yes. 23:1, 6, 10; Yeh. 27:12).

Dalam pikiran Yunus, melarikan diri ke Tarsis berarti lari dari rumah sejauh-jauhnya.

Yafo. Pelabuhan yang terdekat dengan bagian pusat Palestina, dan dalam zaman kuno, merupakan salah satu dari sedikit tempat yang terletak di sepanjang pantai timur Laut Tengah, di mana sebuah pelabuhan bisa didirikan (bdg. I Raj. 5:9; II Taw. 2:16).

Dari hadapan TUHAN. Frasa yang diulang dua kali ini harus dihubungkan dengan datangnya Firman Tuhan kepada Yunus.

Yunus salah mengira, bahwa dengan pergi sejauh mungkin dari Niniwe, dia bisa membatalkan perintah Tuhan.

Badai di Laut (1:4-14).

Karena badai di Laut Tengah sebelah timur biasanya tidak terjadi sebelum akhir musim gugur, para pelaut pasti berpikir, bahwa mereka memiliki banyak waktu berlayar ke Tarsis tanpa bahaya (bdg. perjalanan Paulus ke Roma beberapa abad kemudian, Kis. 27).

Badai ini terjadi di luar musim, dikirim oleh Tuhan untuk tujuan khusus.

4. TUHAN menurunkan. Harfiahnya: melemparkan atau melepaskan ke laut.

Badai. Kata itu berasal dari sebuah kata Ibrani yang berarti mengguncangkan atau mengamuk.

Pada zaman itu, kapal-kapal berukuran kecil, dan tidak cukup kuat untuk menahan badai besar.

5. Awak kapal. Para pelaut ini kemungkinan besar berasal dari kota-kota di Fenisia, karena negara itu merupakan kekuatan pelayaran yang utama pada abad ke-9 dan 8 SM, dan Tarsis merupakan koloni Fenisia.

Mereka adalah sisa-sisa dari kebudayaan Kanaan kuno yang tersebar di Palestina sebelum zaman Yosua.

Karena orang-orang itu kafir, yang percaya kepada banyak dewa, di tengah-tengah krisis ini masing-masing orang mulai berdoa kepada dewa kesayangannya sendiri.

Membuang ke dalam laut segala muatan kapal. Sebuah kapal yang bermuatan banyak dengan mudah tenggelam dalam lautan yang mengamuk. Sebuah kapal yang ringan akan melewati gelombang dengan lebih baik.

Tertidur dengan nyenyak. Yunus jelas-jelas merasa bebas berada di kapal, sehingga dia segera menemukan sebuah tempat untuk membaringkan tubuhnya yang lelah karena perjalanan.

Dia turun ke bagian yang paling terpencil dari bagian kapal yang paling bawah, berbaring, dan dengan cepat tertidur nyenyak. (Inilah satu-satunya tempat di dalam PL, di mana sebuah kapal digambarkan memiliki bagian bawah dan bagian atas yang tertutup, kedua fakta itu jelas dalam teks Ibrani.)

6. Datanglah nakhoda. Sang pemimpin kapal, sesudah melakukan inspeksi yang saksama terhadap kapalnya, menemukan Yunus. Terkejut karena orang ini begitu tidak peduli, dia menasihati Yunus untuk berdoa.

Allahmu. Harfiahnya: Sang Allah, sebuah istilah yang sering dipakai dalam Perjanjian Lama untuk Allah Israel yang sejati.

Nakhoda itu demikian putus asa, sehingga dia siap mencoba semua allah, supaya mereka dapat dilepaskan dari bahaya badai itu.

7. Yunuslah yang kena undi. Membuang undi adalah suatu bentuk umum dari cara mencari kehendak dewa di antara bangsa-bangsa kafir sampai saat ini.

Kadang kala orang-orang Ibrani menggunakan undian, di bawah pimpinan Allah, untuk memilih beberapa orang untuk posisi atau tugas tertentu (lih. Yos. 7:14; I Sam. 10:20, 21), dan bahkan para rasul memakai undian dalam satu peristiwa (Kis. 1:26).

Batu-batu khusus mungkin digunakan untuk buang undi tersebut.

8. Beritahukan kepada kami. Begitu Yunus terpilih, dia menjadi pusat perhatian. Dia diperiksa ulang secara teliti.

9. Aku seorang Ibrani. Yunus dengan terus terang memberitahukan keseluruhan cerita kepada para pelaut itu.

Dia bersaksi tentang fakta, bahwa dia adalah seorang penyembah Allah semesta alam yang luar biasa, yang memiliki dunia, dan bahwa dia tidak menaati-Nya.

10. Orang-orang itu menjadi sangat takut. Seperti kebanyakan orang kafir, orang-orang ini percaya kepada takhayul, dan mereka sangat ketakutan, bahwa murka Allah akan menimpa mereka, karena mereka tidak menyembah Dia sebagaimana mestinya.

11. Akan kami apakan engkau? Para pelaut bingung tentang bagaimana cara memecahkan masalah mereka.

Mereka mendapati seseorang di kapal mereka yang terhadapnya Allah marah, dan mereka sedang berada jauh dari tempat di mana orang ini bisa diturunkan di pantai.

12. Campakkanlah aku ke dalam laut. Yunus akhirnya melihat, betapa dahsyat bencana yang telah dia bawa kepada para pelaut itu karena ketidaktaatannya, dan sambil mengutuk dirinya sendiri, dia menyuruh mereka membuangnya ke laut.

13. Berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga. Para awak kapal itu, yang tidak mau memperlakukan nyawa manusia secara serampangan, memegang dayung-dayung mereka dalam usaha keras terakhir untuk mencapai pantai dalam badai.

Kepedulian mereka terhadap satu nyawa sangat kontras dengan sikap Yunus, yang belakangan mengakui, bahwa dia telah melarikan diri dari Tuhan karena dia tidak ingin melihat orang-orang Niniwe diselamatkan dari kehancuran (4:2).

14. Janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah. Orang-orang ini bukanlah makhluk-makhluk kejam, melainkan orang-orang yang cukup religius untuk berdoa dengan sungguh-sungguh, ketika mengalami bahaya.

Para pelaut itu akhirnya menyimpulkan, bahwa karena Allah telah mengirim badai itu untuk menghukum Yunus, Dia tidak bermaksud mencelakai mereka.

Karena itu, mereka memutuskan, bahwa Yunus sendiri yang seharusnya menderita karena dosa-dosanya, dan dengan mengikuti saran Yunus, mereka membuangnya ke laut.

15. Laut berhenti mengamuk. Berlalunya badai tampaknya meneguhkan keputusan mereka, dan mereka sangat merasa terguncang, ketika mereka menyadari betapa mereka nyaris tertimpa murka Allah yang mahakuasa.

16. Mempersembahkan korban sembelihan ... mengikrarkan nazar. Orang-orang kafir itu segera yakin, bahwa Tuhan Israel adalah Allah yang sejati.

Dengan meninggalkan berhala-berhala mereka, mereka mempersembahkan kurban syukur dan bernazar kepada Allah Israel.

17. Datanglah seekor ikan besar. Bahkan dalam hukuman, Yunus tidak dilupakan oleh Allah.

Ditelan oleh seekor ikan besar, bagi sang korban mungkin tidak terlihat sebagai tindakan kebaikan Allah.

Namun, ikan itu adalah alat Allah untuk membawa Yunus dengan aman sampai ke pantai.

Binatang yang menelan Yunus bukanlah seekor ikan paus.

"Ikan paus" adalah kesalahan penerjemahan dari bahasa Yunani dalam Matius 12:40.

Kita tidak tahu ikan apa yang dimaksudkan dalam Yunus 1:17.

Beberapa orang yakin, bahwa anjing laut (hiu) cukup besar untuk situasi itu; binatang tersebut dikenal menelan manusia.

Teksnya jelas, bahwa ikan itu secara khusus dipersiapkan oleh Tuhan.

Tiga hari tiga malam. Ini belum tentu berarti 72 jam, karena bagian dari satu hari atau satu malam bisa dianggap sehari atau semalam penuh menurut perhitungan Perjanjian Lama.

Jumlah 49 jam tentu cukup untuk memenuhi penafsiran harfiah dari frasa tersebut.

Ini tetap merupakan waktu yang cukup lama bagi seseorang untuk berada di dalam seekor ikan.

Yesus memakai peristiwa ini untuk menunjuk pada penguburan-Nya sendiri.

Jika Kristus dikubur sebelum matahari terbenam pada hari Jumat (sebagaimana diyakini menurut tradisi), dan bangkit sebelum matahari terbit pada Minggu pagi, maka terjemahan harfiah dari "tiga hari tiga malam" (yaitu 72 jam) bukanlah hal yang dimaksudkan.

Garis Besar Kitab Yunus


I. Melarikan diri. 1:1-17.
A. Perintah Tuhan. 1:1, 2.
B. Sebuah kapal ke Tarsis. 1:3.
C. Badai di laut. 1:4-14.
1. Tertidur selama badai. 1:4-6.
2. Sang pelaku kejahatan ditemukan. 1:7-10.
3. Para pelaut dalam kesukaran. 1:11-14.
D. Dicampakkan ke laut. 1:15-17.

II. Berdoa. 2:1-10.
A. Dicampakkan. 2:1-4.
B. Diangkat. 2:5, 6.
C. Membayar nazar. 2:7-9.
D. Dilepaskan. 2:10.

III. Memberitakan Firman. 3:1-10.
A. Perintah kedua dari Tuhan. 3:1, 2.
B. Memberitakan pesan. 3:3, 4.
C. Pertobatan Niniwe. 3:5-9.
1. Dalam kain kabung dan abu. 3:5, 6.
2. Keputusan sang raja. 3:7-9.
D. Penghakiman ditarik kembali. 3:10.

IV. Belajar. 4:1-11.
A. Keluhan. 4:1-3.
B. Pohon jarak dan ulat. 4:4-7.
C. Angin dan matahari. 4:8.
D. Pelajaran. 4:9-11.

Pendahuluan Kitab Yunus


Judul.

Kitab ini menerima namanya dari tokoh utama kisah tersebut.

Yunus (merpati) diidentifikasi sebagai anak Amitai.

Seorang nabi dengan nama Yunus, yang tertera dalam sebuah cerita pendek dalam II Raja-Raja 14:25, dikatakan datang dari Gat-Hefer, yang terletak di wilayah Zebulon, sekarang dikenal sebagai Galilea.

Nabi ini telah menubuatkan serangan-serangan yang berhasil dari Yerobeam II dalam paruh pertama abad kedelapan SM.

Hampir tidak diragukan, bahwa nabi dari Gat-Hefer itu adalah orang yang sama dengan nabi dari kitab singkat ini.

Tanggal dan Kepenulisan.

Di dalam teksnya, tidak ditemukan pernyataan, bahwa sang nabi sendiri yang menulis kitab itu, meski doa dalam pasal 2 ditulis dalam bentuk kata ganti orang pertama tunggal.

Meskipun demikian, tradisi tetap berpendapat, bahwa Yunus sendirilah penulisnya.

Pada tahun-tahun terakhir ini, banyak orang beranggapan, bahwa kitab itu adalah tentang Yunus dan bukan oleh Yunus.

Pandangan ini didasarkan pada beberapa penelitian: Pasal 1, 3, dan 4 ditulis dengan memakai bentuk orang ketiga; ada ungkapan-ungkapan baru dalam bahasa Ibrani dan Aram di dalam kitab itu; sejumlah besar mukjizat yang dicatat tidak memiliki dasar historis; dan penekanan pada belas kasihan Allah terhadap bangsa asing memberikan kesan tentang suatu tanggal pasca Pembuangan.

Para ahli yang konservatif tetap beranggapan, bahwa faktor-faktor ini sendiri tidak cukup penting untuk menolak pandangan, bahwa sang nabi hidup pada abad kedelapan atau telah menulis kitab ini waktu itu.

Latar Belakang Historis.

Dipandang sebagai sebuah kisah historis dari seorang nabi yang melayani pada zaman Yerobeam II, raja Israel, peristiwa-peristiwa dalam kitab itu tentu terjadi kira-kira antara 780-75 SM.

Yerobeam II berhasil membangun kembali kekuasaan Israel atas sebagian besar wilayah di sebelah utara Yudea yang dikuasai oleh Daud dan Salomo.

Dalam abad sebelumnya, kerajaan Asyur telah menjadi ancaman di sepanjang pantai timur Laut Tengah, dan menjadi terkenal sebagai penindas yang kasar dan kejam.

Pada waktu pemerintahan Yerobeam II, meski kekuasaannya Asyur sudah berkurang, kerajaan itu tetap harus diperhitungkan.

Niniwe belum menjadi ibu kota kerajaan itu, tetapi Kalah, salah satu bagian dari wilayah negara kota tua yang meliputi Niniwe, adalah ibu kota antara 880 dan 701 SM.

Tidak ada tulisan bangsa Asyur yang menyatakan, bahwa suatu kebangunan rohani seperti yang digambarkan dalam kitab ini pernah terjadi di sana; tetapi pada masa Ratu Semiramis memerintah bersama anaknya Adad-Nirari III (810-782 SM), ada suatu kecenderungan singkat kepada monoteisme.

Apakah hasil pelayanan Yunus bersangkut paut dengan penyucian ibadah orang Asyur ini, sulit untuk diketahui.

Ada dua wabah hebat menyerang di Asyur pada tahun 765 dan 759 SM, juga gerhana total pada tahun 763 SM, yang seluruhnya biasanya dipandang oleh orang-orang kuno itu sebagai bukti penghakiman ilahi, dan tentu telah mempersiapkan hati bangsa itu untuk mendengarkan pemberitaan Yunus.

Penafsiran Kitab Yunus.

Banyak kontroversi muncul berkaitan dengan makna dari Kitab Yunus, dan ini menghasilkan banyak sekali pandangan.

Kitab itu selama ini ditafsirkan sebagai sebuah legenda, perumpamaan, mitos, dan alegori bersifat nubuat; dan juga dianggap sebagai sejarah dengan makna Mesianis.

Ada pendapat (R. Ha. Pfeiffer, Introd. to the OT), bahwa kitab itu adalah sebuah fiksi yang didasarkan pada sebuah tokoh legenda yang nama aslinya telah hilang.

Menurut pandangan ini, penulis yang tidak dikenal itu mengambil mukjizat-mukjizatnya dari kisah-kisah Elia dan Elisa (bdg. Yun. 4:3 dengan I Raj. 19:4b dan Yun. 4:5, 6 dengan I Raj. 19:4a, 5a), serta dari suasana ratapan dari Yoel.

Jadi, kitab itu dimaksudkan hanya sebagai sebuah protes terhadap nasionalisme sempit bangsa Yahudi, yang dipengaruhi pengajaran Ezra.

Pujian dalam Yunus 2 adalah doa ucapan syukur seseorang yang diselamatkan dari mati tenggelam.

Penafsiran kitab itu sebagai sebuah perumpamaan (IB) sangat mirip dengan pandangan, bahwa kitab itu adalah legenda.

Menurut pandangan kedua ini, tokoh Yunus adalah sebuah analisis dan penelitian kritis terhadap Yudaisme pasca Pembuangan, dan kota Niniwe melambangkan dunia non-Yahudi yang luas yang menantikan kebangunan rohani, yang hanya bisa dihasilkan oleh pemberitaan yang benar mengenai Allah.

Perumpamaan itu berusaha menggambarkan keadilan dan belas kasihan Allah terhadap setiap orang, atau kelompok yang mau bertobat dari dosa-dosa mereka.

Orang-orang yang memahami kisah Yunus sebagai sebuah mitos bergaya Yahudi, berpikir, bahwa mereka mengetahui persamaan antara cerita itu dengan sebuah cerita rakyat Yunani kuno.

Seorang raja dari Troy mengikat putrinya Hesione di sebuah batu karang di pantai.

Raja itu bermaksud menjadikan putrinya sebagai persembahan kurban bagi dewa Neptunus, yang dalam bentuk seekor ikan hiu akan datang bersama air pasang lalu memangsa sang putri.

Namun, Herkules berkelahi melawan makhluk itu dan menghancurkannya, sehingga selamatlah gadis itu.

Menurut penafsiran alegoris yang sudah lama terkenal (lih. Abingdon Bible Commentary), Yunus dianggap sama dengan Israel.

Misi sebenarnya dari Israel adalah menyatakan kebenaran Allah kepada dunia, tetapi Israel telah gagal untuk melaksanakannya.

"Ikan besar" adalah Babel, yang menelan orang-orang Israel (membawa mereka ke pembuangan).

Dimuntahkannya Yunus di daratan melambangkan kembalinya orang-orang Yahudi dari pembuangan.

Ketidakpuasan Yunus atas pertobatan bangsa kafir sama dengan sifat Yudaisme setelah kepulangan bangsa Israel dari pembuangan.

Orang-orang yang menganggap kitab itu bersifat historis, berpendapat, bahwa seorang nabi yang sesungguhnya (Yunus) memang telah mengalami apa yang telah ditulis dan dengan demikian menggenapi sebagian dari tugas Israel untuk mengabarkan Injil pada zaman lampau.

Bagi mereka (lih. Unger, Introd. Guide to the 0T), kisah nyata itu juga memiliki makna penting - baik dalam hubungan dengan Mesias maupun sebagai simbol.

Bagian-bagian penting dalam Alkitab yang mendukung pandangan ini adalah beberapa pernyataan dalam Perjanjian Baru, yang dibuat oleh Yesus mengenai Yunus sebagai tanda kematian dan kebangkitan-Nya (Mat. 12:40; Luk. 11:30).

Mereka yang berpegang pada pandangan ini menggunakan ayat-ayat tersebut dengan makna ganda: untuk mendukung kesesuaian historis dari kisah itu dan untuk menyatakan makna simbolisnya.

Pendapat dari tafsiran ini adalah bahwa kisah Yunus merupakan sebuah kisah sejarah.

Pesan Kitab.

Ceritanya sendiri sederhana, mengalir dengan cepat, dan mengharukan.

Seorang nabi, Yunus, disuruh Tuhan untuk pergi memberitakan Firman kepada orang-orang Niniwe. Sebaliknya, dia melarikan diri dan menumpang sebuah kapal yang harus berlayar jauh ke ujung dunia.

Dia mencari tempat untuk menyendiri dan tidur.

Segera setelah kapal itu berlayar, sebuah badai hebat mengguncang lautan dan menimbulkan ombak setinggi gunung.

Para pelaut dengan ketakutan melemparkan muatan ke laut dan dengan cemas berdoa kepada dewa-dewa mereka.

Dengan membuang undi, Yunus didapati sebagai seorang pelaku kejahatan yang telah berdosa kepada Allah.

Badai itu baru berhenti setelah Yunus, atas sarannya sendiri, dilempar ke laut.

Dia ditelan oleh seekor ikan besar.

Dengan benar-benar menyesal, dia berdoa sungguh-sungguh untuk keselamatannya, dan Allah membebaskan dia dengan selamat di pantai.

Kali ini sang nabi mematuhi perintah untuk pergi ke Niniwe, dan menyerukan dengan keras ke seluruh kota itu, pesan singkatnya mengenai celaka.

Penduduk Niniwe, dari raja sampai budak terendah, menanggapi dengan pertobatan yang sungguh-sungguh, bahkan menyelubungi ternaknya dengan kain kabung.

Tuhan mendengar jeritan mereka dan mengangkat ancaman penghancuran itu.

Namun, Yunus memandang pembebasan Niniwe hanya sebagai pembatalan atas nubuatnya, lalu ia mengeluh kepada Tuhan dalam doa.

Untuk menyampaikan suatu pelajaran kepada sang nabi, Allah mempersiapkan sebuah tanaman yang bertumbuh dengan cepat untuk menaungi sang nabi dari matahari, tetapi pada malam berikutnya membiarkan seekor ulat menghancurkan tanaman tersebut.

Kemudian, Allah membuat agar angin timur yang panas bertiup.

Akibatnya, Yunus patah semangat dan ingin mati.

Kisah itu ditutup dengan sebuah pernyataan, bahwa bila Yunus peduli akan pohon jarak, maka lebih-lebih lagi Allah tentu peduli akan keselamatan orang-orang berdosa.

Beberapa ajaran agama yang mendasar dari kitab ini ialah:

(a) Allah peduli dengan orang-orang yang belum mengenal Dia dan meminta para hamba-Nya untuk memperingatkan mereka akan penghakiman.

(b) Dalam menghadapi tugas yang berat, manusia cenderung menghindari tanggung jawab.

(c) Allah berkuasa dan mampu, atas kehendak-Nya, memakai kekuatan alam untuk tujuan-tujuan-Nya.

(d) Sekalipun Allah akan menghukum ketidaktaatan, Dia masih ingin menunjukkan belas kasihan.

(e) Ladang misi yang paling tidak menjanjikan sering kali justru yang paling tanggap.

(f) Di atas segalanya, Allah rindu untuk berhubungan dengan manusia di dalam kemurahan dan kebaikan.

Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel