Wahyu 18:21-24: Babel Tidak Akan Bangkit Lagi

Klik:

Revelation / Wahyu 18:21-24

Rev 18:21 Dan seorang malaikat yang kuat, mengangkat sebuah batu sebesar batu kilangan, lalu melemparkannya ke dalam laut, katanya: "Demikianlah Babel, kota besar itu, akan dilemparkan dengan keras ke bawah, dan ia tidak akan ditemukan lagi.

Rev 18:22 Dan suara pemain-pemain kecapi dan penyanyi-penyanyi, dan peniup-peniup seruling dan sangkakala, tidak akan kedengaran lagi di dalammu, dan seorang yang ahli dalam sesuatu kesenian tidak akan ditemukan lagi di dalammu, dan suara kilangan tidak akan kedengaran lagi di dalammu.

Rev 18:23 Dan cahaya lampu tidak akan bersinar lagi di dalammu, dan suara mempelai laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan kedengaran lagi di dalammu. Karena pedagang-pedagangmu adalah pembesar-pembesar di bumi, oleh ilmu sihirmu semua bangsa disesatkan."

Rev 18:24 Dan di dalamnya terdapat darah nabi-nabi dan orang-orang kudus dan darah semua orang, yang dibunuh di bumi.

Tafsiran Wycliffe

Penghakiman atas Babel (17:1-18:24).

Seperdelapan dari Kitab Wahyu, sekitar lima puluh ayat, dimanfaatkan untuk membahas penghukuman atas Babel (14:8-10; 16:17-19:5).

Sekalipun demikian, penafsiran tentang Babel di dalam Kitab Wahyu telah menimbulkan lebih banyak perbedaan pandangan dibandingkan nas utama lain di dalam Kitab ini.

Di dalam Perjanjian Lama, nama Babel senantiasa melambangkan pemberontakan terhadap Allah dan kekacauan (Kej. 10:8-12; 11:19).

Babel adalah kerajaan yang berhasil menaklukkan Yehuda, kerajaan dengan pemerintahan teokrasi (II Raj. 24; 25; dan seterusnya).

Bersama Nebukadnezar, raja Babel, dimulailah masa pemerintahan orang-orang bukan Yahudi (Yer. 27:1-11; Dan. 2:37, 38).

Babel mendapat banyak tempat di dalam nubuat-nubuat tentang bangsa-bangsa dalam Perjanjian Lama (Yes. 13; 14; 47; Yer. 50; 51).

Babel dikemukakan kepada kita di dalam dua pasal ini dengan dua aspek yang berbeda.

Di dalam pasal 17, Babel diidentifikasi sebagai pelacur besar, seorang perempuan yang tidak disebut dalam pasal 18.

Binatang dengan tujuh kepala dan sepuluh tanduk hanya terdapat pada pasal 17, di mana kita menjumpai satu-satunya peristiwa ketika mana raja-raja di bumi maju berperang melawan Anak Domba.

Dalam pasal 18, Babel rupanya merupakan sebuah kota yang berada di tepi sungai besar yang penuh dengan kapal para pedagang di bumi, gambaran mana tidak tampak dalam pasal 17.

Barangkali lebih baik kita memperhatikan nasnya terlebih dahulu sebelum membahas penafsirannya.

Pasal 18 tampaknya memiliki kepastian geografis yang tidak terdapat dalam pasal 17.

Di sini kita memperoleh pernyataan, bahwa Babel telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis (ay. 2).

Sebagian besar pasal ini dimanfaatkan untuk melukiskan kekayaan kota, barang-barang yang dibawa ke situ untuk dijual, dan kesedihan para pedagang yang telah menjadi kaya oleh arus perdagangan ini ketika mereka memandang kota yang hancur karena api.

Pada ayat 4-8 penghukuman dinyatakan, dalam ayat 9-20 kita membaca tentang ratapan para raja di bumi, dan dalam 21-24 dilaporkan kehancuran terakhir dari Babel.

Sekarang kita harus kembali ke masalah penafsiran.

Beberapa penafsir bersikukuh, bahwa di sini kita harus melakukan identifikasi geografis.

Mereka yang menganut skema penafsiran historis beranggapan, bahwa Babel secara umum mengacu kepada Roma yang kafir.

Beberapa penafsir seperti Weidner, Kiddle, dan lain-lain, menegaskan bahwa di sini Babel pasti adalah Yerusalem, namun pandangan ini rupanya sama sekali tidak mungkin.

Saya telah membaca buku-buku yang mendukung pandangan, bahwa Babel adalah London atau Paris.

Bahkan Alford pernah mengatakan, walau dia mengaku merasa masalah ini tidak bisa dipecahkan: "Pastilah ratapan pedagang jauh lebih cocok kepada London daripada Roma, pada saat mana pun dalam sejarahnya" (hlm. 718).

Satu hal tidak dapat disangkal: sungai Tiber yang berlumpur, yang mengalir melalui Roma, tidak mungkin menampung arus lalu lintas air sebagaimana dilukiskan pada pasal 18.

Selanjutnya, Roma yang kafir tidak pernah terkenal sebagai pusat perdagangan.

Beberapa penafsir telah beranggapan, bahwa nubuat ini hanya bisa digenapi ketika kota Babel sudah dipulihkan.

Scofield Bible secara tegas menolak pandangan ini, namun banyak penyuntingnya secara pribadi percaya, bahwa pandangan ini benar, seperti Gray dan Moorehead, demikian pula penafsir lainnya seperti Seiss, Govett, Pember, G. H. Lang, dan banyak lagi yang lainnya.

Orang-orang yang menganut penafsiran gerejawi, sebagaimana sudah kita bahas, menganggap Babel melambangkan kepausan, dan ada banyak alasan pendukung bagi pandangan ini.

Sekalipun demikian, saya yakin bahwa yang dimaksudkan di sini adalah sesuatu yang lebih luas daripada kepausan.

Ini adalah orang-orang Kristen yang murtad, sebuah agama duniawi yang telah mengkhianati keKristenan dan terkait erat sekali dengan pemerintahan dunia yang tidak bertuhan.

Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel