Rut 1: Rut dan Naomi

Rut dan Naomi.

Setelah belajar perikop Suku Benyamin Dapat Tetap Hidup yang merupakan perikop dan pasal terakhir dari Kitab Hakim-hakim, sekarang kita belajar perikop lanjutannya, yakni Rut dan Naomi dari Kitab Rut.

Berikut ini tampilan ayat-ayat Firman Tuhan dalam Kitab Rut (Ruth 1 dengan judul perikop Rut dan Naomi).

Kita belajar perikop Rut dan Naomi ini dengan menggunakan tafsiran / catatan Wycliffe. Semua ayat dikutip dalam bentuk tulisan italic warna biru, sedangkan tafsiran / komentar dalam tulisan biasa.

Ayat Akitab dikutip dari software e-Sword, sedangkan komentarinya dari situs Alkitab.sabda.org. Yuk kita belajar.

Rut dan Naomi (Kitab Rut 1)


Rth 1:1 Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap di sana sebagai orang asing.

Rth 1:2 Nama orang itu ialah Elimelekh, nama isterinya Naomi dan nama kedua anaknya Mahlon dan Kilyon, semuanya orang-orang Efrata dari Betlehem-Yehuda; dan setelah sampai ke daerah Moab, diamlah mereka di sana.

Rth 1:3 Kemudian matilah Elimelekh, suami Naomi, sehingga perempuan itu tertinggal dengan kedua anaknya.

Rth 1:4 Keduanya mengambil perempuan Moab: yang pertama bernama Orpa, yang kedua bernama Rut; dan mereka diam di situ kira-kira sepuluh tahun lamanya.

Rth 1:5 Lalu matilah juga keduanya, yakni Mahlon dan Kilyon, sehingga perempuan itu kehilangan kedua anaknya dan suaminya.

Rth 1:6 Kemudian berkemaslah ia dengan kedua menantunya dan ia pulang dari daerah Moab, sebab di daerah Moab ia mendengar bahwa TUHAN telah memperhatikan umat-Nya dan memberikan makanan kepada mereka.

Rth 1:7 Maka berangkatlah ia dari tempat tinggalnya itu, bersama-sama dengan kedua menantunya. Ketika mereka sedang di jalan untuk pulang ke tanah Yehuda,

Rth 1:8 berkatalah Naomi kepada kedua menantunya itu: "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku;

Rth 1:9 kiranya atas karunia TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan, masing-masing di rumah suaminya." Lalu diciumnyalah mereka, tetapi mereka menangis dengan suara keras

Rth 1:10 dan berkata kepadanya: "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu."

Rth 1:11 Tetapi Naomi berkata: "Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku? Bukankah tidak akan ada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti?

Rth 1:12 Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki,

Rth 1:13 masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku?"

Rth 1:14 Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.

Rth 1:15 Berkatalah Naomi: "Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu."

Rth 1:16 Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;

Rth 1:17 di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"

Rth 1:18 Ketika Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia, berhentilah ia berkata-kata kepadanya.

Rth 1:19 Dan berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika mereka masuk ke Betlehem, gemparlah seluruh kota itu karena mereka, dan perempuan-perempuan berkata: "Naomikah itu?"

Rth 1:20 Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.

Rth 1:21 Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku."

Rth 1:22 Demikianlah Naomi pulang bersama-sama dengan Rut, perempuan Moab itu, menantunya, yang turut pulang dari daerah Moab. Dan sampailah mereka ke Betlehem pada permulaan musim menuai jelai.


1. Pada zaman para hakim memerintah. Kitab Rut menyajikan sebuah kontras dengan rangkaian peristiwa penuh pergolakan di dalam Kitab Hakim-hakim.

Di dalam kitab tersebut, kita membaca tentang kemurtadan dan penindasan, persaingan antara suku dan peperangan sipil.

Di dalam kitab ini, kita diingatkan tentang pemeliharaan Allah di dalam kehidupan satu keluarga, tentang dukacita keluarga tersebut, serta tentang bagaimana maksud Tuhan digenapi melalui seorang perempuan Moab, yang menjadi nenek moyang dari raja Daud dan Juruselamat kita (bdg. Mat. 1:5).

Ada kelaparan di tanah Israel. Curah hujan di Palestina tidak pernah banyak, dan sering kali tidak cukup untuk menghidupkan tanaman yang baru tumbuh.

Kelaparan terjadi pada masa kehidupan Abraham (Kej. 12:10), Daud (II Sam. 21:1), dan Elia (I Raj. 17:1).

Daerah Moab. Moab adalah seorang putra Lot, buah kejahatan dari hubungan inses Lot dengan salah satu putrinya sendiri (Kej. 19:36-37).

Orang Moab pula yang telah menyewa Bileam untuk mengutuk Israel (Bil. 22:1-8) ketika Israel sedang bergerak menuju Kanaan.

Di dalam keadaan yang normal, orang Moab tidak ikut dilibatkan di dalam kehidupan Israel secara keseluruhan (Ul. 23:3-6).

Sekalipun demikian, di antara beberapa orang Israel dan orang Moab secara perseorangan, ada yang memiliki hubungan baik.

Ketika Daud melarikan diri dari kejaran Saul, Daud menemukan, bahwa raja Moab merupakan sahabat (I Sam. 22:3-4).

2. Mahlon dan Kilyon. Nama kedua putra Elimelekh dan Naomi menunjukkan kelemahan jasmaniah.

Mahlon artinya "penyakitan" dan Kilyon artinya "yang tidak berguna".

Kenyataannya, mereka tidak tahan hidup lama di Moab.

4. Keduanya mengambil perempuan Moab. Putra Elimelekh dan Naomi ikut menetap di Moab dan menikah.

Pernikahan ini tidak dikutuk secara khusus, walaupun pasti kalangan kolot di Israel tidak akan menyetujuinya.

5. Perempuan itu kehilangan. Sepanjang sepuluh tahun di Moab, suami dan kedua putra Naomi meninggal dunia.

Yang tertinggal dari keluarga yang sebelumnya berbahagia itu hanya tiga orang perempuan saja: Naomi dan kedua menantu perempuannya, yakni Rut dan Orpa.

6. Ia mendengar bahwa Tuhan telah memperhatikan umat-Nya. Ketika masih di Moab, Naomi mengetahui, bahwa kelaparan di Betlehem sudah berakhir.

Sebagai seorang janda dengan ikatan keluarga di Betlehem, maka Naomi bersiap-siap untuk pulang kembali.

7. Bersama-sama dengan kedua menantunya. Kedua perempuan itu demikian erat hubungannya dengan ibu mertua mereka, sehingga mereka bersedia meninggalkan negeri mereka sendiri untuk pergi ke Betlehem.

8. Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya. Menurut Naomi, tidaklah bijaksana bagi kedua perempuan itu untuk pergi meninggalkan Moab, negeri kelahiran mereka.

Setelah memuji kesetiaan mereka, Naomi mendesak mereka untuk tetap tinggal saja di sana.

9. Masing-masing di rumah suaminya. Naomi berpikir, bahwa kedua perempuan itu ingin menikah kembali.

Karena mereka setia pada masa-masa yang sulit, dia berdoa, agar Allah memberikan mereka kemakmuran dan berkat di dalam pernikahan mereka yang kedua.

10. Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu. Sikap mereka tersebut merupakan sebuah penghargaan terhadap kesalehan Naomi, sehingga kedua menantu perempuannya bersedia meninggalkan negeri kelahiran mereka dan pergi bersamanya ke Yehuda.

11. Mengapakah kamu turut dengan aku? Menurut prinsip pernikahan levirat, saudara berikutnya (atau kerabat -- sebagaimana akan kita ketahui kemudian) diharapkan untuk menikahi janda saudaranya yang belum mempunyai anak.

Anak pertama dari pernikahan kedua itu dianggap merupakan anak dari saudara yang mati, dan anak itu harus menyandang nama keluarga dan memperoleh warisan seakan-akan langsung dari saudara yang sudah meninggal itu.

Naomi bertanya: Bukankah tidak akan ada lagi laki-laki yang kulahirkan?

Naomi menyiratkan, bahwa dirinya tidak bisa mengharapkan untuk memiliki anak laki-laki lagi yang bisa menikahi kedua orang perempuan Moab itu.

14. Rut tetap berpaut padanya. Rut tidak bisa diubah lagi pendiriannya.

Dia telah berketetapan untuk tinggal bersama Naomi apa pun risikonya, dan hasil dari pilihannya itu adalah dia menjadi nenek moyang Daud.

Sekalipun watak Orpa kontras dibandingkan dengan watak Rut, namun tidak ada cela yang bisa ditimpakan kepadanya.

Dia bertindak atas nasihat Naomi, dan kembali ke Moab, sehingga dengan demikian keluar dari catatan Alkitab.

16. Ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi. Bagian ini dianggap sebagai kisah yang paling menyentuh di dunia sastra.

Rut membuang segala sesuatu yang dianggap berharga baginya di Moab, dan dengan sukarela memilih untuk ikut pergi ke Yehuda, dan memulai sebuah kehidupan yang baru sama sekali bersama mertuanya di sana.

Pilihan ini memiliki makna rohani maupun budaya: Allahmulah (yang akan menjadi) Allahku.

Di Moab, Rut pastilah diharapkan untuk menyembah Kamos (Bil. 21:29).

Namun, dengan pergi ke Yehuda, dia harus menyembah Allah Israel.

Hal itu merupakan kesaksian kepada suaminya almarhum, dan juga kepada ibu mertuanya, bahwa Rut bersedia untuk menyerahkan diri kepada Allah yang mereka sembah.

17. Beginilah kiranya Tuhan menghukum aku, bahkan lebih lagi. Di dalam pernyataannya ini, Rut dengan sungguh-sungguh menegaskan keinginannya untuk setia kepada Naomi sepanjang hidupnya.

Kata-katanya tersebut merupakan sebuah ikrar yang serius, yang bisa disadur menjadi: Kiranya aku dihukum dengan berat, jika aku tidak setia terhadap sumpahku ini.

18. Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia. Kata-kata Rut itu mengungkapkan kasih dan kesetiaan yang tidak bisa ditolak perempuan yang lebih tua itu, di dalamnya terungkap sebuah keteguhan hati yang membuat Naomi menyerah untuk mendesaknya tinggal di Moab.

19. Dan berjalanlah keduanya sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika Naomi dan Rut sampai di Betlehem, mereka menimbulkan kegemparan.

Naomikah itu? mereka bertanya keheranan.

Naomi dan Elimelekh telah pergi sebagai keluarga yang berbahagia, kini penampilannya menunjukkan segala derita dan air mata yang telah dialaminya selama ini.

20. Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara. Naomi artinya menyenangkan, sedangkan Mara artinya pahit.

Naomi sesungguhnya mengatakan, bahwa pengalaman hidupnya di Moab telah demikian mendukakan hidupnya, sehingga dirinya tidak layak lagi menyandang nama tersebut.

Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Naomi menyadari, bahwa aneka tragedi di dalam hidupnya, bukan merupakan peristiwa kebetulan, tetapi ada campur tangan Allah di dalam setiap peristiwa itu.

Allah adalah Yang Mahakuasa, Dialah yang mengendalikan segala keadaan dalam kehidupan ini.

Dia bukan tidak berdaya menghadapi kejahatan, melainkan tetap Allah yang berdaulat, yang ikut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi anak-anak-Nya (Rm. 8:28).

Sekalipun Naomi tidak dapat menyembunyikan kesedihannya ketika tiba kembali di Betlehem, kesadarannya bahwa Allah adalah Mahakuasa memberikan secercah harapan kepadanya.

21. Dengan tangan yang kosong Tuhan memulangkan aku. Setiap tragedi di dalam hidupnya, ditelusuri asalnya adalah pada kehendak tertinggi Allah.

Paulus mengatakan ia mengetahui "apa itu kekurangan" dan "apa itu kelimpahan".

Naomi melihat kemiskinannya sebagai hasil dari pemeliharaan Allah dalam hidupnya.

Sekalipun "kosong", Naomi dengan bersyukur menyadari, bahwa Tuhan telah membawanya pulang.

22. Sampailah mereka ke Betlehem pada permulaan musim menuai jelai. Masa kelaparan sudah berlalu, dan awal dari musim menuai merupakan saat yang baik untuk pulang.

Pengalaman di Moab ternyata menyedihkan, namun kini ladang-ladang di Betlehem penuh tuaian.

Perikop Selanjutnya: Rut Bertemu Dengan Boas.

GARIS BESAR RUT

I. Keluarga Elimelekh Pindah ke Moab (1:1-5)
II. Janda Elimelekh dan Menantunya Kembali dari Moab (1:6-18)
III. Naomi dan Rut Tiba di Betlehem (1:19-22)
IV. Rut Ikut Menuai di Ladang Boas (2:1-23)
V. Rut Menemukan Seorang Penebus (3:1-18)
VI. Boas Menikahi Rut (4:1-17)
VII. Rut Menjadi Nenek Moyang Daud (4:18-22)

PENDAHULUAN RUT


Judul. Kitab ini dinamakan menurut tokoh perempuan yang dikisahkan olehnya, seorang perempuan Moab, yang sesudah kematian suaminya pergi ke Betlehem bersama ibu mertuanya yang sudah janda.

Rut menduduki tempat yang penting di dalam sejarah Israel, sebab dia menjadi nenek moyang dari raja Daud (Rut 4:18-22) dan Yesus (Mat. 1:15).

Tanggal Penulisan dan Penulisnya. Tanggal penulisan kitab ini tidak diketahui.

Para sarjana Alkitab menemukan beberapa petunjuk mengenai waktu penulisan itu di dalam kitab ini (4:17, 22), yaitu bahwa kitab ini tidak mungkin ditulis sebelum abad kesepuluh sM.

Penulis merasa perlu untuk menjelaskan beberapa kebiasaan tertentu yang ia anggap kuno (4:6-8), suatu kenyataan yang menunjukkan, bahwa kitab ini ditulis sesudah kebiasaan tersebut tidak dipakai lagi.

Berapa tahun sesudah masa Daud baru kitab ini ditulis hanya bisa diduga.

Sekalipun sejumlah sarjana memberi tanggal sampai abad keempat sM, banyak sarjana lainnya memberi tanggal sebelum masa pembuangan.

Robert Pfeiffer mencatat: "Sifat yang umum dari kosa kata dan susunan kalimat Ibraninya, pemakaian ungkapan idiomatis kuno yang ada dalam prosa terbaik Perjanjian Lama .... serta gaya penulisan yang benar-benar klasik dapat dikemukakan sebagai pendukung bagi sebuah tanggal penulisan yang lebih dini" (Introduction to the Old Testament, hlm. 718).

Sekalipun demikian, Pfeiffer memilih tanggal sekitar 400 sM, dan ia berpendapat, bahwa seorang penulis yang berbakat dari masa yang kemudian bisa saja menulis kitab ini mengikuti pola yang sudah ada sebelumnya.

Edward Young yang meminta perhatian pada soal tidak disebutnya nama Salomo di dalam silsilah, berpendapat bahwa seorang penulis yang belakangan pasti akan memperluas silsilah itu sampai sesudah masa Daud, karena itu kitab ini mungkin ditulis pada suatu saat dalam pemerintahan Daud (Introduction to the Old Testament, hlm. 358).

Talmud (Baba Bathra, 14b) menyebut Samuel sebagai penulis kitab ini; pandangan ini tidak dianut lagi oleh kalangan sarjana Yahudi maupun Kristen.

Seperti halnya di dalam Kitab-kitab sejarah Perjanjian Lama lainnya, kita tidak dapat menyebut satu pun pengarang yang dikenal sebagai penulis kitab ini.

Hal ini tentu saja tidak mengurangi nilai rohani, dan keindahan sastra dari episode yang berasal dari masa Hakim-hakim ini, yang berhasil diabadikan seorang penulis Yahudi tidak dikenal.

Pemakaian kitab ini. Di dalam liturgi Yahudi, gulungan naskah Rut dibacakan pada hari Pentakosta.

Latar belakang sejarah. Periode Hakim-hakim merupakan masa penuh gejolak dan keresahan.

Persaingan di antara suku dan penindasan asing, telah melemahkan Israel secara politis, dan kemudian penyembahan berhala telah menghisap kekuatan moral dari bangsa yang telah mengalami kuasa Allah pada saat eksodus dari Mesir ini.

Tetapi, kisah Rut menampilkan sisi kehidupan yang berbeda dari masa ini.

Di sini, kita membaca tentang kebahagiaan dan kesedihan dari sebuah keluarga yang saleh dari Betlehem.

Rut, seorang perempuan Moab yang menjadi penyembah Allah Israel, menunjukkan iman dan kesetiaan yang sangat langka pada waktu itu di Israel.

Sesudah kesedihan akibat kematian suaminya, Rut kembali ke Betlehem bersama ibu mertuanya, lalu akhirnya menikah dan berbahagia dengan Boas.

Dengan demikian, dia menjadi nenek moyang Daud.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel