Job 12: Ayub Mengakui Kekuasaan dan Hikmat Allah
Kamis, Juli 05, 2018
Edit
Klik:
Job 12
Job 12:1 Tetapi Ayub menjawab:
Job 12:2 "Memang, kamulah orang-orang itu, dan bersama-sama kamu hikmat akan mati.
Job 12:3 Akupun mempunyai pengertian, sama seperti kamu, aku tidak kalah dengan kamu; siapa tidak tahu hal-hal serupa itu?
Job 12:4 Aku menjadi tertawaan sesamaku, aku, yang mendapat jawaban dari Allah, bila aku berseru kepada-Nya; orang yang benar dan saleh menjadi tertawaan.
Job 12:5 Penghinaan bagi orang yang celaka, --demikianlah pendapat orang yang hidup aman--suatu pukulan bagi orang yang tergelincir kakinya.
Job 12:6 Tetapi amanlah kemah para perusak, dan tenteramlah mereka yang membangkitkan murka Allah, mereka yang hendak membawa Allah dalam tangannya.
Job 12:7 Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan.
Job 12:8 Atau bertuturlah kepada bumi, maka engkau akan diberinya pengajaran, bahkan ikan di laut akan bercerita kepadamu.
Job 12:9 Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu;
Job 12:10 bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia?
Job 12:11 Bukankah telinga menguji kata-kata, seperti langit-langit mencecap makanan?
Job 12:12 Konon hikmat ada pada orang yang tua, dan pengertian pada orang yang lanjut umurnya.
Job 12:13 Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian.
Job 12:14 Bila Ia membongkar, tidak ada yang dapat membangun kembali; bila Ia menangkap seseorang, tidak ada yang dapat melepaskannya.
Job 12:15 Bila Ia membendung air, keringlah semuanya; bila Ia melepaskannya mengalir, maka tanah dilandanya.
Job 12:16 Pada Dialah kuasa dan kemenangan, Dialah yang menguasai baik orang yang tersesat maupun orang yang menyesatkan.
Job 12:17 Dia yang menggiring menteri dengan telanjang, dan para hakim dibodohkan-Nya.
Job 12:18 Dia membuka belenggu yang dikenakan oleh raja-raja dan mengikat pinggang mereka dengan tali pengikat.
Job 12:19 Dia yang menggiring dan menggeledah para imam, dan menggulingkan yang kokoh.
Job 12:20 Dia yang membungkamkan orang-orang yang dipercaya, menjadikan para tua-tua hilang akal.
Job 12:21 Dia yang mendatangkan penghinaan kepada para pemuka, dan melepaskan ikat pinggang orang kuat.
Job 12:22 Dia yang menyingkapkan rahasia kegelapan, dan mendatangkan kelam pekat pada terang.
Job 12:23 Dia yang membuat bangsa-bangsa bertumbuh, lalu membinasakannya, dan memperbanyak bangsa-bangsa, lalu menghalau mereka.
Job 12:24 Dia menyebabkan para pemimpin dunia kehilangan akal, dan membuat mereka tersesat di padang belantara yang tidak ada jalannya.
Job 12:25 Mereka meraba-raba dalam kegelapan yang tidak ada terangnya; dan Ia membuat mereka berjalan terhuyung-huyung seperti orang mabuk."
Tafsiran Wycliffe
Jawaban Ayub kepada Zofar (12:1-14:22).
Karena sangat jengkel dengan sahabat-sahabatnya, Ayub kemudian melancarkan kecaman yang amat pedas kepada mereka yang dengan sombong meragukan keadaan dirinya (12:1-13:12).
Ayub menyatakan dirinya benar kepada sahabat-sahabatnya itu (13:13-19), dan sesudah itu dia kembali mengajukan permohonan langsung kepada Allah (13:20-14:22).
Ketika mengajukan permohonan ini, di dalam jiwa Ayub muncul secercah harapan baru - yaitu harapan hidup di balik syeol (dunia orang mati).
Sekalipun keadaan gundah menggelapkan kata-kata penutup yang diutarakan Ayub, jelas di dalam tanggapannya kepada Zofar, imannya mulai naik menuju kemenangan meninggalkan jurang keputusasaan.
12:1-13:12. Bersama-sama kamu hikmat akan mati (12:2b). Sarkasme Ayub menunjukkan sikap tidak tahannya terhadap para sahabat yang secara bergantian telah mengalunkan nada hambar yang sama.
Uraian-uraian mereka akan terus mengusik Ayub, namun ia tidak akan menganggap serius lagi perkataan mereka sebagai kemungkinan solusi terhadap penderitaannya.
Aku tidak kalah dengan kamu (12:13b; bdg. 13:2). Bentuk uraian yang mereka sampaikan tidak menunjukkan, bahwa mereka patut menganggap diri lebih baik daripada Ayub.
Penghinaan bagi orang yang celaka, --demikianlah pendapat orang yang hidup aman (ay. 5a). Di dalam keadaan yang sangat jengkel, Ayub mengeluhkan keadaan itu.
Karena mengalami berbagai kesukaran, orang dengan hikmat ilahi diperlakukan bagaikan seorang penjahat berdasarkan sebuah teori yang bertentangan dengan fakta lain (yang juga menjengkelkan), yaitu bahwa para perampok hidup makmur sementara dirinya demikian direndahkan hingga menjadi tertawaan (12:4-6).
Mereka yang hendak membawa Allah dalam tangannya (ay. 6c). Seperti Lamekh (bdg. Kej. 4:23, 24; Dan. 11:38) mereka mendewakan senjata yang ada di tangan mereka.
Tetapi bertanyalah kepada binatang (12:7a). Doktrin ketiga sahabat itu tentang hikmat agung Allah merupakan pengetahuan yang umum; semua makhluk ciptaan mengetahui hal itu.
Dalam 12:11-25 Ayub menunjukkan, bahwa ia mengenal konsep tentang kekuasaan ilahi yang para sahabatnya bermaksud ajarkan kepadanya.
Uraiannya tentang hal itu justru melebihi apa yang mereka uraikan sebelumnya (bdg. Mzm. 107).
Seluruh kemuliaan dan martabat kerajaan manusia di dunia ada di dalam kekuasaan Allah yang berdaulat mutlak (ay. 23; bdg. I Kor. 1:25).
Kekuatan-kekuatan utama dari alam siap melayani-Nya menjungkirbalikkan bumi (12:14; bdg. Kej. 7).
Para tokoh sipil dan keagamaan yang tertinggi sekalipun tidak berdaya di hadapan-Nya (12:17-21, 24).
Ayat 19 menyebutkan para imam dan etanim (bdg. kata Ugarit ytnm yang artinya serikat pegawai kuil / imam).
Ayub merasa senang sekali menguraikan nas ini: "Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?" (I Kor. 1:20), dan orang tidak perlu jauh-jauh mencari orang-orang berhikmat yang dimaksudkan Ayub ini.
Aku hendak berbicara dengan Yang Mahakuasa (13:3a; bdg. 5:8). Kejengkelan yang makin meningkat terhadap para penghibur itu membuat Ayub kembali berbicara dengan Allah, tetapi terlebih dahulu ia menyampaikan sebuah teguran yang pedas dan tajam terhadap nasihat hukum buatan sendiri untuk membela Allah (13:1-42).
Dianggap kebijaksanaan dari padamu (13:5b). Andaikata mereka tidak pernah mengakhiri masa diam mereka sepanjang tujuh hari, kebodohan mereka tidak akan terlihat (bdg. Ams. 17:28).
Apakah kamu mau memihak Allah, berbantah untuk membela Dia? (13:8). Mereka telah merendahkan martabat mereka dengan kebodohan mereka.
Bahkan lebih parah lagi, mereka telah melibatkan Allah dengan mengorbankan kebenaran: sebaliknya kamulah orang yang menutupi dusta (13:4; bdg. ay. 7). Lihat tuduhan yang sama di 6:21, 27.
Dalil-dalilmu adalah amsal debu, dan perisaimu perisai tanah liat (13:12). Pernyataan-pernyataan berbobot yang mereka lontarkan kepada Ayub dengan tujuan untuk membenarkan Allah itu rapuh jika menghadapi palu kebenaran, sama dengan sebuah palu tanah liat rapuh jika dipakai terhadap sebuah lempengan besi.
Cara mereka membela Allah justru menghina Allah.
Mereka menyamakan suatu cara pemeliharaan tertentu, yang secara keliru dianggap selalu ada, dengan keadilan ilahi. Sebetulnya, mereka menetapkan sebuah prinsip yang abstrak sebagai sesuatu yang mutlak dan karenanya membuat Allah tunduk kepada prinsip tersebut.
Apakah baik, kalau Ia memeriksa kamu? (ay. 9a). Zofar berusaha meyakinkan Ayub tentang dugaannya, bahwa Ayub memang bersalah dengan menyeret Ayub ke hadapan meja pengadilan kemahatahuan Allah.
Ayub mengingatkan Zofar dan para rekannya yang bagaikan jaksa penuntut umum, bahwa di dalam proses melancarkan tuduhan kepada dirinya, mereka sendiri juga berhadapan dengan sang Hakim; dan di bawah penelitian Hakim yang demikian cermat, motif-motif yang tidak baik serta tuduhan-tuduhan palsu mereka pasti akan ketahuan.
Kamu akan dihukum-Nya dengan keras (13:10a) merupakan kesimpulan Ayub yang tepat (bdg. 42:7 dst.).
Sekalipun kepercayaan Ayub pada keadilan Allah menjadi kabur pada saat-saat yang menyedihkan baginya, namun ia tidak kehilangan kepercayaan itu.
Keputusan-keputusan Manusia (4:1-37:24).
Karena dialog antara Ayub dengan sahabat-sahabatnya terkait dengan keluhan Ayub dan bukan secara langsung dengan penderitaan yang dialaminya, maka misi dari para sahabat lebih merupakan usaha penghakiman daripada penghiburan pastoral, dan ini makin nyata dalam siklus pembicaraan selanjutnya (tentang struktur siklus dialog ini lihat Garis Besar).
Para sahabat tersebut mengambil kedudukan sebagai dewan penatua yang siap menghakimi seorang pelanggar yang keras hati.
Pertimbangan kesalahan Ayub mencakup pembahasan tentang aspek-aspek yang lebih luas dari masalah teodise, tetapi selalu dengan memperhatikan penghukuman dan kasus khusus Ayub.
Oleh karena itu, bagi Ayub perdebatan itu bukan merupakan penyelidikan akademis yang obyektif tentang penderitaan pada umumnya, melainkan suatu fase baru yang lebih menyakitkan dari penderitaannya.
Para sahabat itu diperdaya oleh ketaatan mereka pada teori tradisional sehingga ikut membantu serta bersekongkol dengan Iblis dalam memusuhi Allah dan menggelapkan jalan hikmat bagi hamba Allah, Ayub.
Tetapi perdebatan ini berguna untuk membungkam hikmat dunia dan dengan demikian mempersiapkan penyajian pendekatan sesuai perjanjian terhadap hikmat yang muncul dalam percakapan antara Elihu dan Tuhan sendiri.
Sekali lagi, di dalam permohonan banding Ayub kepada mahkamah tertinggi mengingat keputusan-keputusan manusia tidak sesuai dengan keadaan, yang terungkap dalam kerinduan Ayub yang mendalam untuk membela dirinya di hadapan Tuhan, perdebatan tersebut sampai membuat Allah harus menampakkan diri.
Sumber bahan: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.