Job 8: Bildad Membela Keadilan Hukuman Allah
Selasa, Juli 03, 2018
Edit
Klik:
Job 8
Job 8:1 Maka berbicaralah Bildad, orang Suah:
Job 8:2 "Berapa lamakah lagi engkau akan berbicara begitu, dan perkataan mulutmu seperti angin yang menderu?
Job 8:3 Masakan Allah membengkokkan keadilan? Masakan Yang Mahakuasa membengkokkan kebenaran?
Job 8:4 Jikalau anak-anakmu telah berbuat dosa terhadap Dia, maka Ia telah membiarkan mereka dikuasai oleh pelanggaran mereka.
Job 8:5 Tetapi engkau, kalau engkau mencari Allah, dan memohon belas kasihan dari Yang Mahakuasa,
Job 8:6 kalau engkau bersih dan jujur, maka tentu Ia akan bangkit demi engkau dan Ia akan memulihkan rumah yang adalah hakmu.
Job 8:7 Maka kedudukanmu yang dahulu akan kelihatan hina, tetapi kedudukanmu yang kemudian akan menjadi sangat mulia.
Job 8:8 Bertanya-tanyalah tentang orang-orang zaman dahulu, dan perhatikanlah apa yang diselidiki para nenek moyang.
Job 8:9 Sebab kita, anak-anak kemarin, tidak mengetahui apa-apa; karena hari-hari kita seperti bayang-bayang di bumi.
Job 8:10 Bukankah mereka yang harus mengajari engkau dan yang harus berbicara kepadamu, dan melahirkan kata-kata dari akal budi mereka?
Job 8:11 Dapatkah pandan bertumbuh tinggi, kalau tidak di rawa, atau mensiang bertumbuh subur, kalau tidak di air?
Job 8:12 Sementara dalam pertumbuhan, sebelum waktunya disabit, layulah ia lebih dahulu dari pada rumput lain.
Job 8:13 Demikianlah pengalaman semua orang yang melupakan Allah; maka lenyaplah harapan orang fasik,
Job 8:14 yang andalannya seperti benang laba-laba, kepercayaannya seperti sarang laba-laba.
Job 8:15 Ia bersandar pada rumahnya, tetapi rumahnya itu tidak tetap tegak, ia menjadikannya tempat berpegang, tetapi rumah itu tidak tahan.
Job 8:16 Ia seperti tumbuh-tumbuhan yang masih segar di panas matahari, sulurnya menjulur di seluruh taman.
Job 8:17 Akar-akarnya membelit timbunan batu, menyusup ke dalam sela-sela batu itu.
Job 8:18 Tetapi bila ia dicabut dari tempatnya, maka tempatnya itu tidak mengakuinya lagi, katanya: Belum pernah aku melihat engkau!
Job 8:19 Demikianlah kesukaan hidupnya, dan tumbuh-tumbuhan lain timbul dari tanah.
Job 8:20 Ketahuilah, Allah tidak menolak orang yang saleh, dan Ia tidak memegang tangan orang yang berbuat jahat.
Job 8:21 Ia masih akan membuat mulutmu tertawa dan bibirmu bersorak-sorak.
Job 8:22 Pembencimu akan terselubung dengan malu, dan kemah orang fasik akan tidak ada lagi."
Tafsiran Wycliffe
Kata-kata Nasihat Pertama dari Bildad (8:1-22).
Bildad menunjukkan, bahwa ia juga tidak peka seperti halnya Elifas.
Dengan angkuh dia menolak pembelaan Ayub, mengabaikan kecaman Ayub terhadap pendekatan tidak simpatik dari sahabat-sahabatnya itu dan melanjutkan cara Elifas memberikan nasihat kepada Ayub atas nama keadilan ilahi (ay. 2-7) serta tradisi yang patut dihormati (ay. 8-19).
Sesudah itu secara aneh dia menambahkan sekilas kata-kata penghiburan (ay. 20-22).
2-7. Berapa lama? (ay. 2a). Di sini sama sekali tidak tampak adanya penghargaan untuk berbulan-bulan kesabaran Ayub; yang tampak hanyalah kejengkelan terhadap ketidaksabaran sesaat.
Masakan Allah membengkokkan keadilan? (ay. 3a). Tentu saja Allah tetap adil kepada Ayub.
Namun di balik pertanyaan retoris Bildad terdapat nada menghakimi, bahwa Ayub sedang menuai dosa yang ia taburkan.
Masalah keadilan Allah ini, walaupun pasti tercakup dalam keluhan Ayub, sebelumnya bukan merupakan pemikiran utamanya.
Ayub telah merenungkan nasibnya lebih dari perspektif metafisika tentang transendensi Allah dan keterbatasan manusia.
Dengan memusatkan perhatian pada aspek keadilan, para penghibur itu hanya berhasil meningkatkan pencobaan sahabat mereka.
Teodise Ayub sama tidak memadainya dengan teodise para sahabat itu.
Karena itu, Ayub berpikir, bahwa Allah pasti sangat tidak senang kepadanya.
Namun, nuraninya menolak untuk mengakui, bahwa ia telah melakukan suatu pelanggaran yang sepadan dengan penderitaannya.
Jadi, di manakah keadilan? Di manakah Allah yang baik yang dikenalnya selama ini?
Ia telah membiarkan mereka dikuasai oleh pelanggaran mereka (ay. 4b). Penggunaan pandangan para sahabat itu secara sangat tidak berperasaan namun benar-benar konsisten.
Sekalipun bentuk ungkapannya bersyarat, isinya merupakan pernyataan.
Kalau engkau mencari Allah (ay. 5a). Karena penderitaan Ayub belum berakibat fatal, seperti yang dialami oleh anak-anaknya, maka Ayub dapat mengharapkan, bahwa dirinya tidak sejahat anak-anaknya sehingga pertobatannya akan diikuti oleh pemulihan berkat yang melampaui semua kemakmurannya sebelumnya (ay. 7; bdg. 42:12).
8-19. Bertanya-tanyalah tentang orang-orang zaman dahulu (ay. 8). Sadar akan keterbatasan dari setiap pribadi yang fana (ay. 9), maka Bildad menyokong otoritas pengamatan pribadi dengan adat dan pengetahuan tradisional (ay. 8, 10).
Di antara Bildad dengan Elifas tidak ada perbedaan hakiki.
Mereka berdua membangun pemahaman mereka di atas pasir - yaitu di atas berbagai spekulasi yang diperoleh dari subyektivitas kesadaran diri dan relativitas dunia yang senantiasa berubah - dan bukan di atas penyataan-penyataan keras dari Sang Khalik Yang Mahatahu.
Bildad mengulang kembali hikmat berbentuk perumpamaan dari para leluhur, yang ditulis dalam aneka kiasan yang sebagian besar mengenai tanaman rawa dan taman (ay. 11-19).
Demikianlah pengalaman semua orang yang melupakan Allah (ay. 13a). Semua kiasan itu mengajarkan satu hal saja: bahwa kebahagiaan orang jahat itu rapuh dan cepat berlalu.
Jika yang kelihatan sering kali seperti bertentangan dengan teori tradisional, bahwa penderitaan adalah akibat dosa, itu tidak pernah berlangsung lama.
Namun mengapa Bildad memakai peringatan yang diperuntukkan bagi orang yang tidak beriman untuk mendominasi nasihatnya kepada Ayub?
20-22. Bagian akhir perkataannya menegaskan berlakunya doktrin Bildad itu pada orang yang saleh dan orang yang berbuat jahat (ay. 20).
Pembicara memberikan semacam pembangkit semangat bagi Ayub, namun hal itu sifatnya singkat dan sambil lalu saja (ay. 21, 22).
Sekalipun Ayub di sini sadar, bahwa dirinya tergolong kalangan "orang yang saleh," dia tidak bisa melupakan kata kalau (ay. 6) yang telah dipakai Bildad sebelumnya.
Keputusan-keputusan Manusia (4:1-37:24).
Karena dialog antara Ayub dengan sahabat-sahabatnya terkait dengan keluhan Ayub dan bukan secara langsung dengan penderitaan yang dialaminya, maka misi dari para sahabat lebih merupakan usaha penghakiman daripada penghiburan pastoral, dan ini makin nyata dalam siklus pembicaraan selanjutnya (tentang struktur siklus dialog ini lihat Garis Besar).
Para sahabat tersebut mengambil kedudukan sebagai dewan penatua yang siap menghakimi seorang pelanggar yang keras hati.
Pertimbangan kesalahan Ayub mencakup pembahasan tentang aspek-aspek yang lebih luas dari masalah teodise, tetapi selalu dengan memperhatikan penghukuman dan kasus khusus Ayub.
Oleh karena itu, bagi Ayub perdebatan itu bukan merupakan penyelidikan akademis yang obyektif tentang penderitaan pada umumnya, melainkan suatu fase baru yang lebih menyakitkan dari penderitaannya.
Para sahabat itu diperdaya oleh ketaatan mereka pada teori tradisional sehingga ikut membantu serta bersekongkol dengan Iblis dalam memusuhi Allah dan menggelapkan jalan hikmat bagi hamba Allah, Ayub.
Tetapi perdebatan ini berguna untuk membungkam hikmat dunia dan dengan demikian mempersiapkan penyajian pendekatan sesuai perjanjian terhadap hikmat yang muncul dalam percakapan antara Elihu dan Tuhan sendiri.
Sekali lagi, di dalam permohonan banding Ayub kepada mahkamah tertinggi mengingat keputusan-keputusan manusia tidak sesuai dengan keadaan, yang terungkap dalam kerinduan Ayub yang mendalam untuk membela dirinya di hadapan Tuhan, perdebatan tersebut sampai membuat Allah harus menampakkan diri.
Sumber bahan: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.