Job 29: Kemuliaan Yang Dahulu dan Kesengsaraan Yang Sekarang
Selasa, Juli 10, 2018
Edit
Klik:
Job 29
Job 29:1 Maka Ayub melanjutkan uraiannya:
Job 29:2 "Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam, seperti pada hari-hari, ketika Allah melindungi aku,
Job 29:3 ketika pelita-Nya bersinar di atas kepalaku, dan di bawah terang-Nya aku berjalan dalam gelap;
Job 29:4 seperti ketika aku mengalami masa remajaku, ketika Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku;
Job 29:5 ketika Yang Mahakuasa masih beserta aku, dan anak-anakku ada di sekelilingku;
Job 29:6 ketika langkah-langkahku bermandikan dadih, dan gunung batu mengalirkan sungai minyak di dekatku.
Job 29:7 Apabila aku keluar ke pintu gerbang kota, dan menyediakan tempat dudukku di tengah-tengah lapangan,
Job 29:8 maka ketika aku kelihatan, mundurlah orang-orang muda dan bangkitlah orang-orang yang sudah lanjut umurnya, lalu tinggal berdiri;
Job 29:9 para pembesar berhenti bicara, dan menutup mulut mereka dengan tangan;
Job 29:10 suara para pemuka membisu, dan lidah mereka melekat pada langit-langitnya;
Job 29:11 apabila telinga mendengar tentang aku, maka aku disebut berbahagia; dan apabila mata melihat, maka aku dipuji.
Job 29:12 Karena aku menyelamatkan orang sengsara yang berteriak minta tolong, juga anak piatu yang tidak ada penolongnya;
Job 29:13 aku mendapat ucapan berkat dari orang yang nyaris binasa, dan hati seorang janda kubuat bersukaria;
Job 29:14 aku berpakaian kebenaran dan keadilan menutupi aku seperti jubah dan serban;
Job 29:15 aku menjadi mata bagi orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh;
Job 29:16 aku menjadi bapa bagi orang miskin, dan perkara orang yang tidak kukenal, kuselidiki.
Job 29:17 Geraham orang curang kuremuk, dan merebut mangsanya dari giginya.
Job 29:18 Pikirku: Bersama-sama dengan sarangku aku akan binasa, dan memperbanyak hari-hariku seperti burung feniks.
Job 29:19 Akarku mencapai air, dan embun bermalam di atas ranting-rantingku.
Job 29:20 Kemuliaanku selalu baru padaku, dan busurku kuat kembali di tanganku.
Job 29:21 Kepadakulah orang mendengar sambil menanti, dengan diam mereka mendengarkan nasihatku.
Job 29:22 Sehabis bicaraku tiada seorangpun angkat bicara lagi, dan perkataanku menetes ke atas mereka.
Job 29:23 Orang menantikan aku seperti menantikan hujan, dan menadahkan mulutnya seperti menadah hujan pada akhir musim.
Job 29:24 Aku tersenyum kepada mereka, ketika mereka putus asa, dan seri mukaku tidak dapat disuramkan mereka.
Job 29:25 Aku menentukan jalan mereka dan duduk sebagai pemimpin; aku bersemayam seperti raja di tengah-tengah rakyat, seperti seorang yang menghibur mereka yang berkabung."
Tafsiran Wycliffe
Protes Terakhir Ayub (29:1-31:40).
Keterlibatan dengan para sahabat sudah berakhir; sekarang perjumpaan dengan Allah yang tampil ke depan.
Di dalam uraiannya yang terakhir, Ayub merangkum persoalannya.
Sapaan langsung di 30:20-23 menandai bagian ini sebagai kesinambungan seruan Ayub kepada Allah.
Uraian Ayub ini merupakan pengulangan dari keluhan pembukaannya, kini keluhan tersebut sangat diperlembut, karena sudah melewati api perdebatan yang hebat.
Uraian Ayub ini merupakan trilogi yang terdiri atas gambaran tentang kemuliaan Ayub sebelumnya (ps. 29), gambaran tentang keadaannya sekarang yang direndahkan (ps. 30), dan protes akhir karena ia merasa tidak bersalah (ps. 31).
1-25. Ayub mengawali eksposisi tentang sejarah hidupnya yang luar biasa ini di mana Kitab Ayub dimulai - pada bulan-bulan yang silam (ay. 2a) yang penuh kemakmuran.
Ketika aku mengalami masa kematanganku (ay. 4a), bukan masa remajaku seperti di terjemahan baru LAI.
Ayub bertolak dari inti persoalan (sebagaimana juga kitab ini) - ikatan perjanjian yang erat di antara dirinya dengan Allah (bdg. 1:1).
Kebahagiaan pada hari-hari itu yang sekarang demikian dirindukan Ayub, bukanlah kelimpahan hidup firdaus (ay. 6), melainkan hubungan penuh persahabatan dengan Allah (bdg. Mzm. 25:14) yang darinya kemakmuran itu mengalir (ay. 25).
Apabila aku keluar ke pintu gerbang kota (ay. 7a). Karena tanah milik Ayub itu dekat dengan kota, Ayub juga aktif terlibat di dalam masalah-masalah sipil dan hukum.
Pintu gerbang dan "jalan" yang terkait dengannya atau pasar terbuka merupakan tempat pertemuan penduduk kota.
Peranan penting Ayub di dewan dan sidang pengadilan rupanya merupakan aspek terpenting baginya dari masa lalu (ay. 7-17, 21-25), ditinjau dari perjuangan pribadinya saat ini untuk memperoleh keadilan.
Kata penentuan yang dengan enggan diberikan kepadanya di dalam perdebatan itu, sebelumnya merupakan haknya yang tidak dapat dibantah (ay. 21-23), ketika dia duduk seperti raja di antara sesamanya (ay. 25).
Ironisnya, dia yang waktu itu merupakan tokoh pembela kaum miskin dan tertindas yang disanjung-sanjung (ay. 11-17), penghibur tercinta dari orang-orang yang berkabung (ay. 25c), kini, di dalam kesulitannya, tidak diperhatikan omongannya oleh para sahabatnya (bdg. khususnya ps. 22), dan tampaknya juga oleh Allah.
Aku berpakaian kebenaran (ay. 14a). Membela orang benar menjadi darah daging Ayub yang tidak takut pada kesedihan dan kesulitan (ay. 24), memakai pedang keadilan untuk melepaskan kaum yang tidak bersalah dari orang-orang yang siap memangsa mereka (ay. 17a; bdg. Mzm. 72:12-14; Yes. 11:2-5).
Salah satu berkat dari firdaus Ayub yang sekarang sudah hilang itu adalah berbagai harapan yang indah untuk dapat hidup lama di lingkungan keluarganya (29:18), untuk dihormati (ay. 20a), dan untuk memiliki kekuatan (ay. 20b) yang senantiasa dibaharui (ay. 19).
Sekarang Ayub menceritakan kekacauan yang menyedihkan dari semua harapan itu.
Keputusan-keputusan Manusia (4:1-37:24).
Karena dialog antara Ayub dengan sahabat-sahabatnya terkait dengan keluhan Ayub dan bukan secara langsung dengan penderitaan yang dialaminya, maka misi dari para sahabat lebih merupakan usaha penghakiman daripada penghiburan pastoral, dan ini makin nyata dalam siklus pembicaraan selanjutnya (tentang struktur siklus dialog ini lihat Garis Besar).
Para sahabat tersebut mengambil kedudukan sebagai dewan penatua yang siap menghakimi seorang pelanggar yang keras hati.
Pertimbangan kesalahan Ayub mencakup pembahasan tentang aspek-aspek yang lebih luas dari masalah teodise, tetapi selalu dengan memperhatikan penghukuman dan kasus khusus Ayub.
Oleh karena itu, bagi Ayub perdebatan itu bukan merupakan penyelidikan akademis yang obyektif tentang penderitaan pada umumnya, melainkan suatu fase baru yang lebih menyakitkan dari penderitaannya.
Para sahabat itu diperdaya oleh ketaatan mereka pada teori tradisional sehingga ikut membantu serta bersekongkol dengan Iblis dalam memusuhi Allah dan menggelapkan jalan hikmat bagi hamba Allah, Ayub.
Tetapi perdebatan ini berguna untuk membungkam hikmat dunia dan dengan demikian mempersiapkan penyajian pendekatan sesuai perjanjian terhadap hikmat yang muncul dalam percakapan antara Elihu dan Tuhan sendiri.
Sekali lagi, di dalam permohonan banding Ayub kepada mahkamah tertinggi mengingat keputusan-keputusan manusia tidak sesuai dengan keadaan, yang terungkap dalam kerinduan Ayub yang mendalam untuk membela dirinya di hadapan Tuhan, perdebatan tersebut sampai membuat Allah harus menampakkan diri.
Sumber bahan: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.