Yohanes 11:1-44: Lazarus Dibangkitkan
Jumat, Juni 05, 2020
Edit
Klik:
Joh / Yohanes 11:1-44
Joh 11:1 Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta.
Joh 11:2 Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya.
Joh 11:3 Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit."
Joh 11:4 Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan."
Joh 11:5 Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus.
Joh 11:6 Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada;
Joh 11:7 tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Mari kita kembali lagi ke Yudea."
Joh 11:8 Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?"
Joh 11:9 Jawab Yesus: "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini.
Joh 11:10 Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya."
Joh 11:11 Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya."
Joh 11:12 Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh."
Joh 11:13 Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa.
Joh 11:14 Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati;
Joh 11:15 tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya."
Joh 11:16 Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia."
Joh 11:17 Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur.
Joh 11:18 Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya.
Joh 11:19 Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya.
Joh 11:20 Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.
Joh 11:21 Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.
Joh 11:22 Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya."
Joh 11:23 Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit."
Joh 11:24 Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."
Joh 11:25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,
Joh 11:26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"
Joh 11:27 Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia."
Joh 11:28 Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau."
Joh 11:29 Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus.
Joh 11:30 Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia.
Joh 11:31 Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ.
Joh 11:32 Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."
Joh 11:33 Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata:
Joh 11:34 "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!"
Joh 11:35 Maka menangislah Yesus.
Joh 11:36 Kata orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!"
Joh 11:37 Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?"
Joh 11:38 Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu.
Joh 11:39 Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati."
Joh 11:40 Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?"
Joh 11:41 Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.
Joh 11:42 Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."
Joh 11:43 Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!"
Joh 11:44 Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."
Tafsiran Wycliffe
Kebangkitan Lazarus (11:1-57).
Kisah ini mencakup narasi tentang keadaan sakit, mati dan bangkitnya sahabat Yesus dan tanggapan resmi Yudaisme terhadap mukjizat tersebut.
Kisah tersebut diakhiri dengan catatan tentang perhatian umum yang meningkat terhadap Pribadi yang telah menggemparkan bangsa itu.
Pribadi yang telah membuktikan, bahwa diri-Nya adalah Terang dunia dengan memberikan penglihatan kepada orang buta, kini menunjukkan, bahwa diri-Nya adalah Hidup manusia, yaitu Pribadi yang mengalahkan maut.
1-4. Yohanes memberikan keterangan mengenai situasi terjadinya mukjizat ini - sakitnya Lazarus dan pemberitahuan kenyataan tersebut kepada Yesus.
Maria dan Marta disebutkan seakan-akan mereka sudah dikenal oleh pembaca (bdg. Luk. 10:38-42), tetapi Lazarus perlu diperkenalkan karena tidak disebut di dalam kisah Lukas.
Menarik untuk diketahui, bahwa ketiga nama ini terdapat pada sebuah prasasti di tempat penyimpanan tulang yang berada di Yudea, yang baru saja tergali, menunjukkan, bahwa nama-nama ini sering dipakai ketika itu (W. F. Albright, The Archaeology of Palestine, hlm. 244).
Penulis mengantisipasi narasinya sendiri dalam 12:1-9, dengan menyebutkan, bahwa Lazarus adalah saudara laki-laki Maria yang mengurapi Tuhan (11:2).
Waktu menyampaikan berita tentang sakitnya Lazarus kepada Yesus, kedua saudara perempuan itu menunjukkan suatu penahanan diri yang mencolok, mereka menganggap sudah cukup memberitakan kenyataan itu saja tanpa mengajukan permohonan apa pun (ay. 3).
Sekalipun demikian, disebutnya kasih Yesus kepada Lazarus merupakan suatu permohonan tersendiri, memang bentuknya halus sekali.
Penyakit itu tidak akan membawa kematian. Bahkan ketika Yesus berbicara, Lazarus mungkin sudah meninggal (bdg. ay. 39).
Kata-kata ini memiliki tingkatan makna yang lebih tinggi, yang berkaitan dengan kemuliaan Allah, dan juga kemuliaan Anak.
Suatu kebangkitan akan memperlihatkan kemuliaan tersebut (suatu penyataan kuasa ilahi) secara lebih lengkap daripada pemulihan orang sakit.
5-6. Kasih Yesus terhadap seluruh keluarga itu dicatat.
Ia menanti selama dua hari lagi dan kemudian baru datang, serta membangkitkan Lazarus dari kematian.
7-16. Pembicaraan antara Yesus dengan para murid-Nya tentang masalah Lazarus.
Yesus mengusulkan kepada mereka untuk kembali ke Yudea - bukan ke Betania, seakan-akan hendak mengunjungi keluarga itu, lalu kembali - melainkan pergi ke Yudea, pusat perlawanan terhadap diri-Nya.
Para murid langsung menentang rencana ini karena tampaknya seakan-akan dengan sengaja mau masuk ke dalam perangkap.
Tanggapan Sang Guru mungkin dapat diterima karena diucapkan sesaat sesudah senja.
Perkataan tersebut berlaku kepada diri-Nya sendiri dan para pengikut-Nya.
Dia dapat kembali ke Yudea dengan aman selama Dia berjalan di dalam terang kehendak Bapa.
Para musuh tidak dapat menyentuh Dia sebelum tiba waktu-Nya.
Waktu itu selama sesaat kegelapan dari perlawanan rohani akan diizinkan untuk mengepung Dia.
Tentang para murid, adalah lebih baik bagi mereka untuk tidak berjalan di dalam kegelapan dari kehendak sendiri dan terpisah dari Dia.
Karena jika tidak ada terang dari Dia, mereka benar-benar akan terantuk.
Lazarus, saudara kita, telah tertidur. Para murid yang tidak mengetahui, bahwa Lazarus sudah meninggal, menafsirkan perkataan ini secara harfiah, dan mereka merasa ada harapan, bahwa dia akan sembuh.
Tetapi, Yesus memakai kata "tidur" dalam arti khusus, yaitu mengacu kepada orang percaya yang meninggal.
Yesus melanjutkan dengan menyatakan secara terus terang, bahwa Lazarus sudah meninggal.
Paradoks lainnya ialah perkataan Sang Juru Selamat, bahwa Dia bersyukur tidak berada di Batania.
Karena, seandainya Dia berada di sana, Lazarus tidak akan mati (belum pernah ada orang yang mati pada waktu diri-Nya hadir); dan jika demikian, maka salah satu pelajaran terbesar tentang iman yang akan ditekankan kepada para murid melalui kebangkitan Lazarus, tidak akan terjadi.
Tomas yang disebut Didimus (kembar) adalah orang pertama yang menyetujui usul Yesus untuk pergi ke Yudea.
17-19. Empat hari. Mungkin Lazarus meninggal tidak lama sesudah utusan dikirim.
Memperhitungkan 1 hari perjalanan bagi utusan tersebut, 2 hari Yesus sengaja tinggal diam, dan 1 hari untuk kembali, kita memperoleh jumlah 4 hari ini.
Jarak antara Betania di seberang Yordan dengan Betania dekat Yerusalem adalah sekitar dua puluh mil.
Karena rumah mereka hanya berjarak dua mil dari Yerusalem, banyak orang Yahudi berkesempatan datang untuk menyatakan belasungkawa.
Di sini, orang Yahudi bukanlah para pemimpin religius.
Mereka datang ke Betania untuk menyatakan belasungkawa, namun ada juga yang kirim laporan kepada pemimpin religius di Yerusalem.
20-27. Perjumpaan antara Yesus dengan Marta.
Kedua saudara itu muncul di dalam kisah ini dengan peran masing-masing yang khas.
Marta, yang selalu siap untuk bertindak; adalah orang yang menyambut Yesus.
Maria, yang terbenam di dalam kesedihannya, tetap duduk diam.
Marta memiliki satu penyesalan, yakni Yesus tidak berada di situ.
Betapa akan berbedanya keadaan, seandainya Yesus berada di situ.
Sekalipun demikian, Marta tidak melancarkan kritikan.
Sebagaimana sudah dikemukakan sebelumnya, Lazarus sudah meninggal ketika berita tentang dirinya yang sakit sampai kepada Yesus.
Marta menganggap Yesus sebagai menara kekuatan.
Sekalipun demikian, kata-katanya dalam ayat 22 tidak dapat dianalisa.
Kata-kata tersebut mengungkapkan keyakinan, bahwa Yesus berkaitan erat dengan Allah, sehingga dapat memperoleh anugerah dari Dia; sekalipun demikian, kebangkitan saudaranya tampaknya tidak pernah terpikirkan oleh Marta.
Di dalam menegaskan kebangkitan Lazarus, Yesus tidak menyebut waktu tertentu.
Adalah Marta yang memberikan waktu tersebut, yaitu pada akhir zaman; tetapi kata-kata itu diucapkan tanpa semangat, sebab ketika itu saudaranya masih ada di dalam pelukan maut.
Sekarang, Tuhan bertindak untuk menyempurnakan iman Marta dengan mengarahkan perhatian Marta pada kuasa-Nya atas maut.
Akulah kebangkitan dan hidup. Di dalam kasus ini, pernyataan melalui firman mendahului penyataan melalui tindakan.
Ajaran ini menjangkau lebih jauh dari kasus Lazarus dan meliputi semua orang yang percaya.
Dua kebenaran dikemukakan di sini.
Orang percaya mungkin meninggal dunia, sebagaimana dialami oleh Lazarus, tetapi oleh kuasa Kristus, ia akan hidup, maksudnya: mengalami kebangkitan.
Tetapi, yang lebih penting ialah memiliki hidup kekal yang diperoleh melalui iman kepada Kristus.
Orang-orang yang memiliki hidup kekal ini, tidak akan pernah mati, artinya terpisah dari Sumber kehidupan.
Ditantang untuk mempercayai kenyataan ini; Marta membuat suatu pengakuan yang justru merupakan alasan kitab ini ditulis (11:27; 20:31), tetapi Marta tidak mengerti implikasi dari pernyataannya tersebut.
Bagi Marta, Kristus belum menjadi Tuhan yang mutlak atas hidup dan mati, seorang Juruselamat yang lengkap.
28-32. Yesus dan Maria.
Marta kemudian pergi kepada Maria dan berbisik kepadanya, memberitakan, bahwa Guru mereka telah tiba.
Marta mungkin berharap agar saudaranya dapat bertemu secara pribadi dengan Yesus.
Tetapi, orang-orang Yahudi yang ada di situ mengikuti Maria ke tempat di luar desa, di mana Yesus telah berjumpa dengan Marta, sebab mereka berpikir, bahwa Maria akan pergi ke makam.
Sebagai tanda hormat dan juga rasa tidak berdaya, Maria tersungkur di depan kaki-Nya.
Kata-kata pembukaannya sama dengan yang dipakai oleh Marta.
Mungkin perasaan ini telah mereka ungkapkan berkali-kali setelah kematian saudara mereka tersebut.
33-37. Dukacita Yesus.
Masygullah hati-Nya. Kata Yunani untuk masygul, tampaknya selalu mengandung kesan marah terhadap sesuatu.
Karena Kristus nyaris mustahil marah terhadap Maria dan para sahabatnya yang lagi berdukacita, mungkin perasaan yang mendalam ini disebabkan oleh hati-Nya yang memprotes kekacauan yang telah dibawa oleh dosa ke dalam dunia, yang mengakibatkan bencana berupa penyakit dan kematian dan kesusahan.
Di dalam perjalanan menuju ke makam, Yesus menangis, mencucurkan air mata.
Tangisan ini dilakukan dengan diam-diam, berbeda dengan ratapan-Nya atas Yerusalem yang dapat didengar (Luk. 19:41).
Orang-orang Yahudi yang hadir, menyaksikan tangisan tersebut sebagai bukti rasa kasih sayang Yesus yang mendalam bagi Lazarus, tetapi di dalam tangisan itu, mereka juga melihat bukti keterbatasan-Nya.
Dia telah memberikan penglihatan kepada orang buta, tetapi kematian terlalu kuat bagi-Nya.
Mungkin di dalam kata masygul yang kedua, tercakup campuran rasa jengkel terhadap pandangan yang menganggap rendah kuasa-Nya ini.
38-44. Mukjizat itu sendiri.
Gua di Betania ini telah dilukiskan oleh orang yang pernah memeriksanya pada zaman modern ini sebagai jenis makam yang merupakan hasil melubangi batu karang secara cukup dalam.
Angkat batu itu. Hanya Kristus yang dapat membangkitkan orang mati, tetapi orang lain dapat ikut berperan serta sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Marta terperanjat mendengar perintah itu, mencoba untuk mengajukan keberatan: dia berpikir pastilah mayat saudaranya sudah mulai membusuk.
Empat hari sudah berlalu sejak wafatnya Lazarus.
Yesus menyuruh Marta untuk beriman, tanpa mengatakan apa yang akan dilakukan-Nya.
Ia mengingatkan Marta akan apa yang telah dikatakan oleh-Nya sebelum itu, rupanya menunjuk kembali kepada ayat 23 (Saudaramu akan bangkit).
Tetapi, saat ini Dia menyatakan peristiwa yang akan terjadi tersebut dalam hubungan dengan kemuliaan Allah.
Kemuliaan di sini ialah kuasa Allah yang sedang bekerja, yang menyatakan kedaulatan-Nya.
Sekarang tidak mungkin mundur; batu telah digulingkan.
Satu hal lagi yang masih harus dilakukan.
Demi orang-orang itu, harus dijelaskan, bahwa apa yang akan dilakukan akan dilakukan melalui partisipasi hidup dan kuasa yang dinikmati oleh Anak dengan Bapa - agar mereka percaya.
Ini bukan suatu permohonan untuk didengar, tetapi sebuah doa syukur atas ikatan persekutuan dan pengertian yang tetap erat.
Pelukan maut dipatahkan oleh suara berwibawa yang memanggil: Lazarus, marilah ke luar.
Kristus telah menyatakan: Saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya (Yoh 5:28-29).
Tuhan tidak menyentuh hasil karya tangan-tangan penuh kasih yang telah mempersiapkan tubuh itu untuk dimakamkan, supaya mereka dapat merasakan getaran ketika membuka hasil karya itu dan membuat Lazarus bebas. (Ingat peran serta manusia ketika mengangkat batu.)
Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.