Roma 9:1-29: Pilihan Atas Israel

Klik:

Romans / Roma 9:1-29


Rom 9:1 Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus,

Rom 9:2 bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati.

Rom 9:3 Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.

Rom 9:4 Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji.

Rom 9:5 Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!

Rom 9:6 Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal. Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel,

Rom 9:7 dan juga tidak semua yang terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi: "Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu."

Rom 9:8 Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar.

Rom 9:9 Sebab firman ini mengandung janji: "Pada waktu seperti inilah Aku akan datang dan Sara akan mempunyai seorang anak laki-laki."

Rom 9:10 Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita.

Rom 9:11 Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, --supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya--

Rom 9:12 dikatakan kepada Ribka: "Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,"

Rom 9:13 seperti ada tertulis: "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau."

Rom 9:14 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil!

Rom 9:15 Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati."

Rom 9:16 Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.

Rom 9:17 Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: "Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi."

Rom 9:18 Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya.

Rom 9:19 Sekarang kamu akan berkata kepadaku: "Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkan-Nya? Sebab siapa yang menentang kehendak-Nya?"

Rom 9:20 Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?"

Rom 9:21 Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?

Rom 9:22 Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan--

Rom 9:23 justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan,

Rom 9:24 yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain,

Rom 9:25 seperti yang difirmankan-Nya juga dalam kitab nabi Hosea: "Yang bukan umat-Ku akan Kusebut: umat-Ku dan yang bukan kekasih: kekasih."

Rom 9:26 Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: "Kamu ini bukanlah umat-Ku," di sana akan dikatakan kepada mereka: "Anak-anak Allah yang hidup."

Rom 9:27 Dan Yesaya berseru tentang Israel: "Sekalipun jumlah anak Israel seperti pasir di laut, namun hanya sisanya akan diselamatkan.

Rom 9:28 Sebab apa yang telah difirmankan-Nya, akan dilakukan Tuhan di atas bumi, sempurna dan segera."

Rom 9:29 Dan seperti yang dikatakan Yesaya sebelumnya: "Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita keturunan, kita sudah menjadi seperti Sodom dan sama seperti Gomora."


Tafsiran Wycliffe


Israel dan Orang Bukan Israel dalam Rencana Allah (9:1-11:36).

Paulus memperhatikan, bahwa rencana Allah berkaitan dengan dua golongan umat manusia yang dilihat olehnya sebagai orang Yahudi, yaitu bangsa Yahudi dan bangsa bukan Yahudi.

1-2. Pasal ini diawali dengan sejumlah bukti, bahwa Paulus sangat berdukacita dan selalu bersedih hati sehubungan dengan bangsanya sendiri.

Inilah bukti yang dikemukakannya: dia memberitakan kebenaran dalam Kristus; dia tidak berdusta; suara hatinya ikut bersaksi dalam Roh Kudus.

Sang rasul mengemukakan hal ini sebab dia mengetahui bagaimana orang-orang Yahudi memfitnahnya (misalnya Kis. 21:28 - sebuah peristiwa yang terjadi sesudah Paulus menulis surat Roma, tetapi menunjukkan bagaimana perasaan orang Yahudi terhadap dirinya).

3. Paulus memiliki perasaan yang demikian mendalam terhadap bangsanya, sehingga dia memakai bahasa yang berarti keinginan yang tidak mungkin tercapai (bentuk imperfect dalam bahasa Yunani): aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmaniah.

Bahasa yang dipakai disini mirip dengan bahasa yang dipakai Musa ketika dia memohon agar Allah menghapuskan namanya dari kitab kehidupan (Kel. 32:31-32).

Paulus sekarang mencatat berkat-berkat yang dimiliki oleh bangsanya.

4. Mereka adalah bangsa Israel yang telah diangkat menjadi anak, yaitu umat yang Allah jadikan milik-Nya sendiri (bdg. Yes. 43:20, 21).

Mereka juga telah menerima kemuliaan. Ini bisa berarti kehormatan untuk menjadi umat Allah, atau kemuliaan Allah yang muncul di tengah-tengah umat-Nya itu (Kel. 24:16-17).

Kata yang diterjemahkan dengan perjanjian adalah dalam bentuk jamak, sebab Allah berfirman kepada umat-Nya tentang hubungan perjanjian-Nya dengan mereka dalam berbagai peristiwa.

Kata ini juga dapat diterjemahkan dengan ketetapan atau jaminan.

Mereka juga memiliki Hukum Taurat dan ibadah atau penyembahan kepada Allah - berbagai upacara di Tabernakel dan di Bait Allah.

Mereka memiliki janji-janji Allah, khususnya janji Mesianis.

5. Para leluhur - Abraham, Ishak, Yakub - juga dari bangsa mereka.

Tetapi berkat yang terbesar bagi mereka adalah Kristus, yang secara daging, berasal dari bangsa Paulus, bangsa Israel.

Tetapi Tokoh ini (Kristus), yang secara manusia berasal dari bangsa Israel, adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya.

(Untuk bukti bahwa anak kalimat terakhir ini mengacu kepada Kristus, lihat tulisan Sanday dan Headlam, Epistle to the Romans, ICC, hlm. 232-238).

Dengan mengetahui kedudukan tinggi Kristus, kesedihan hati Paulus justru meningkat terhadap kebutaan rohani bangsanya.

Mereka telah menolak Mesias itu.

Kalimat-kalimat Paulus tersebut bukan sebuah pujian kepada Allah Bapa, sebab tidak sesuai dengan alur pemikiran yang dikemukakan.

Kalimat-kalimat itu justru menunjukkan betapa mulianya Kristus, suatu pandangan yang cocok dengan alur berpikir sang rasul.

Allah Bersifat Bebas, Benar dan Berdaulat dalam Menghadapi Israel dan Semua Orang (9:6-29).

Sejak 9:6 hingga akhir dari pasal 11, Paulus membahas sebuah pertanyaan penting: Bagaimana Allah dapat menolak bangsa pilihan-Nya?

Paulus menunjukkan sejauh mana mereka telah ditolak, mengapa mereka ditolak, adanya sekelompok sisa, dan apa rencana-rencana Allah untuk masa depan umat-Nya, Israel.

Di dalam 9:6-29, penulis menjawab argumentasi yang dikemukakan para lawan Yahudinya yang bunyinya kira-kira sebagai berikut:

"Kami memiliki sunat sebagai tanda (bdg. Kej. 17:7-14), bahwa kami adalah bangsa pilihan Allah. Anggota bangsa pilihan Allah tidak akan binasa. Karena itu, kami tidak akan binasa."

Bukti dari ajaran para rabi menunjukkan, bahwa pandangan ini merupakan sikap sebagian besar orang-orang Yahudi pada zaman Paulus.

Hermann L. Strack dan Paul Billerbeck telah menulis Commentary on the New Testament yang di dalamnya mereka mengumpulkan berbagai persamaan dari Talmud dan Midrash yang dapat menjelaskan tentang Perjanjian Baru.

Di dalam jilid IV, Bagian 2, mereka memberikan ulasan penuh (#31) tentang pokok Sheol, Gehenna (tempat hukuman), dan Taman Eden di Surga.

Kutipan berikut memuat nama dari beberapa traktat karya tulis para rabi yang darinya mereka mendapat ide tentang tempat-tempat tersebut, dan juga menunjukkan tempatnya dalam buku Strack-Billerbeck.

Rabi Lewi mengatakan: Pada masa yang akan datang (pada sisi lain dari kehidupan - yang oleh orang Yunani dinamakan dunia roh) Abraham duduk di gerbang masuk Gehenna dan dia tidak membiarkan satupun orang Israel yang bersunat masuk ke dalamnya. (Midrash Rabba Genesis. 48 (30a, 49) SBK IV, Bagian ii, hlm. 1066).

Di dalam konteks yang sama diajukan pertanyaan berikut: Bagaimana dengan orang-orang yang berbuat dosa melampaui batas?

Jawabannya adalah: Mereka dikembalikan kepada keadaan belum disunat ketika mereka masuk Gehenna.

Kutipan berikutnya membahas pertanyaan apa yang terjadi sesudah kematian bagi seorang Israel.

Pada saat seorang Israel memasuki rumah abadi (maksudnya: kubur), seorang malaikat duduk menjaga gerbang Taman Eden di surga, yang bertugas mengantarkan setiap putra Israel yang disunat memasuki Taman Eden (Midrash Tanchum. Sade, waw, 145a. 35: SBK IV, Bagian ii, hlm. 1066).

Kembali dikemukakan pertanyaan: Bagaimana dengan orang Israel yang menyembah berhala?

Seperti di atas, kembali jawabannya adalah: Mereka akan dikembalikan kepada keadaan belum disunat di Gehenna.

Berikut adalah sebuah kutipan yang memandang orang Israel sebagai kelompok.

Semua orang Israel yang disunat akan masuk ke dalam Taman Eden surgawi (Midrash Tanchuma, Sade, waw, 145a. 32, SBK IV. Bagian ii, hlm. 1067).

Jelas dari kutipan-kutipan ini, bahwa sebagian besar orang Yahudi percaya, dan diajarkan, bahwa semua orang Yahudi yang disunat, dan meninggal dunia, akan masuk surga, dan bahwa di Gehenna tidak ada orang Israel yang bersunat.

Terhadap pernyataan, bahwa Tuhan tidak mungkin menolak bangsa pilihan-Nya, Paulus pertama-tama menekankan mengenai kebebasan, kebenaran dan kedaulatan Allah.

Allah bertindak dengan bebas, bertindak dengan benar dan bertindak dengan berdaulat, sebab kodrat-Nya memang bebas, benar dan berdaulat.

6. Akan tetapi Firman Allah tidak mungkin gagal. Keadaan orang Yahudi pada waktu itu tidak menunjukkan bahwa janji ilahi telah dibatalkan.

Tidak semua keturunan jasmaniah Israel adalah Israel sejati.

Janji-janji Tuhan pada setiap periode sejarah dapat mencakup umat-Nya sebanyak yang Ia tentukan.

7. Dalam hal anak-anak Abraham, Allah memilih.

Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu (bdg. Kaleo, Arndt, 1a, hlm. 400).

8. Di sini dibedakan di antara anak-anak Abraham menurut daging, yaitu mereka yang lahir dari Hagar dan Ketura (Kej. 16:1-16; 25:1-4), dengan yang lahir menurut perjanjian, yakni Ishak.

Bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar. Paulus mendahulukan yang negatif untuk menjelaskan, bahwa di keturunan menurut daging tidak dengan sendirinya menjadikan anak-anak itu sebagai anak-anak Allah.

Ishak lahir karena janji Allah. Allah memutuskan untuk menyalurkan berkat bagi seluruh umat manusia melalui dirinya.

Allah Memilih Yakub dan Bukan Esau (9:10-13).

Orang-orang Yahudi yang sezaman dengan Paulus mungkin menjawab: "Kami adalah keturunan Ishak, kami bisa memastikan, bahwa Allah tidak akan menolak kami."

10-11. Tetapi Paulus menunjukkan, bahwa Allah juga telah memilih di antara dua anak laki-laki Ishak, bahkan sebelum anak-anak itu dilahirkan, atau sempat melakukan sesuatu yang baik atau buruk.

Pilihan semacam itu ada, supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya.

Pemilihan yang dilakukan Allah tidak berdasarkan perbuatan yang sesuai dengan hukum, tetapi berdasarkan diri-Nya sendiri dan rencana-Nya bagi dunia.

12-13. Apa saja yang tercakup di dalam pilihan ini?

Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda. Karena pilihan ini sudah ditetapkan sebelum kedua anak itu lahir (Kej. 25:23).

Paulus jelas berpikir tentang dua individu.

Di dalam kutipan dari Maleakhi 1:2-3, yang kembali melihat pada cara Allah menghadapi Yakub dan Esau, penekanannya diletakkan pada bangsa-bangsa.

Apa yang berawal pada zaman para leluhur bangsa-bangsa ini berlanjut hingga keturunan mereka.

Pemilihan tersebut berhubungan dengan peranan yang akan dimainkan oleh kedua kelompok tersebut di dalam sejarah.

Tuhan menunjukkan kasih-Nya kepada Yakub dengan menjadikan keturunan Yakub sebagai sarana melalui siapa Tuhan berbicara dan memperkenalkan kebenaran-Nya.

Allah membenci Esau dalam pengertian bahwa Dia tidak menjadikan keturunan Esau sarana untuk menyatakan diri-Nya, tetapi sebagaimana dikatakan oleh Maleakhi: "Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun" (1:3).

Waktu menelusuri kembali sejarah Esau, Maleakhi juga mempergunakan istilah "membenci" karena kerasnya Allah menghadapi Esau.

Situasi sejarah dari kedua tokoh dan keturunan mereka itu jelas sangat mempengaruhi masa depan mereka.

Tetapi pemilihan di dalam 9:10-13, bukan pemilihan untuk diselamatkan atau dihancurkan.

Lebih tepatnya ini adalah pemilihan untuk menerima peranan yang Allah tetapkan bagi individu-individu dan bangsa-bangsa dan hidup mereka di muka bumi ini.

14. Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! Kenyataan bahwa pemilihan Allah tidak berlandaskan pada apa yang dilakukan manusia, tidak menjadikan Allah tidak adil.

Dia adalah Allah yang bebas, benar dan berdaulat.

15. Sifat-sifat ini tampak di dalam tindakan-Nya terhadap Musa dan Firaun.

Pernyataan-Nya kepada Musa - Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati (Kel. 33:19) - dikemukakan sesudah terjadinya dosa Israel yang menyembah anak lembu emas.

Pada saat itu, Israel tidak mungkin dapat mengharapkan belas kasihan Allah.

Penyembahan berhala semacam itu hanya layak untuk mendapat murka.

16. "Hal itu" mengacu kepada kemurahan dan belas kasihan Allah.

Jadi hal itu (belas kasihan atau kemurahan hati itu) tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.

Maksudnya, tidak seorang pun dapat menuntut kemurahan Allah.

Allah juga mencurahkan murka-Nya apabila hal itu Ia anggap tepat.

17. Kata kerja "membangkitkan" lebih tepat diterjemahkan dengan: itulah sebabnya Aku membuat kamu muncul.

Allah membawa Firaun ke atas panggung sejarah di Mesir untuk menunjukkan kuasa-Nya dan membuktikan bahwa Nama-Nya akan diberitakan di seluruh bumi.

Firaun tentu akan tetap bersifat keras kepala seandainya Allah menempatkan dia di sebuah tempat terpencil di hulu sungai Nil sekalipun.

Tetapi Allah mengangkat dia menjadi raja Mesir dengan maksud untuk melaksanakan rencana dan tujuan-Nya.

18. Dengan melihat kembali kepada dua peristiwa yang dialami Musa dan Firaun ini, Paulus berkesimpulan: Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya.

Allah bebas dan berdaulat di dalam mengeraskan hati Firaun, tetapi Ia tidak bertindak sewenang-wenang.

Suatu penelitian terhadap narasi Keluaran menunjukkan, bahwa Firaun telah mengeraskan hatinya sebelum Allah melakukan hal itu.

Dan bahkan sesudah Allah mengeraskan hatinya, Firaun tetap berkuasa untuk lebih mengeraskannya lagi.

Tuhan dengan jelas berfirman, bahwa Dia akan mengeraskan hati Firaun.

"Aku akan mengeraskan (hazag, bentuk piel, "menjadikan keras") hatinya" (Kel. 4:21: bdg. 14:4);

"Aku akan mengeraskan (qashah, bentuk hiphil, "menjadikan keras") hati Firaun" (Kel. 7:3).

Tetapi baru pada 9:12 di dalam Kitab Keluaran dikatakan, bahwa Allah sungguh-sungguh mengeraskan hati sang raja itu, "Tetapi TUHAN mengeraskan (hazaq) hati Firaun."

Alkitab banyak mengemukakan, bahwa hati Firaun "berkeras", dan bahwa Firaun "tidak mau mendengarkan", bahkan sebelum dikatakan, bahwa Allah mengeraskan hatinya.

Frasa "hati Firaun berkeras", berarti bahwa watak moralnya (lih. BDB, hlm. 525) berkeras.

Watak moral seseorang merupakan aspek yang paling penting dari seseorang.

Karena itu, di dalam arti yang sesungguhnya, Firaun sendirilah yang mengeraskan hatinya.

"Tetapi hati Firaun berkeras" (hazaq, bentuk qal, "berkeras"; lihat Kel. 7:13, 22; 8:19).

"Firaun berkeras hati" (kabed, kata sifat. "berat", "tumpul", "keras"; lihat Kel. 7:14).

"Tetapi Firaun tetap berkeras hati" (kabed, bentuk qal,. "berat, tidak tanggap, tumpul, keras"; lihat Kel. 9:7).

"Tetapi ketika Firaun melihat bahwa telah terasa kelegaan, ia tetap berkeras (atau tumpul, tidak tanggap; semua terjemahan yang bisa dipakai untuk istilah kabed, bentuk hiphil) hati" (lih. Kel. 8:15); 8:32).

Sesudah Firaun melakukan hal ini berkali-kali, "Tuhan mengeraskan (hazaq, bentuk piel, "mengeraskan, menjadikan kaku") hati Firaun" (Kel. 9:12).

Namun, Firaun memiliki kemampuan untuk melanjutkan apa yang telah dilakukannya selama ini, " ... maka teruslah ia berbuat dosa; ia tetap berkeras (atau tumpul, tidak tanggap; semua terjemahan yang bisa dipakai untuk kabed, bentuk hiphil) hati; baik ia maupun para pegawainya.

Berkeraslah hati (hazaq, bentuk qal, "menjadi keras, kaku") Firaun (lih. Kel.-9:34b, 35a).

Yehova kemudian melengkapi hukuman-Nya terhadap Firaun.

"TUHAN mengeraskan (hazaq, bentuk piel, "dijadikan keras, kaku") hati Firaun" (lih. Kel. 10:20, 27; 11:10; 14:8).

"Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: Pergilah menghadap Firaun, sebab Aku telah membuat hatinya dan hati para pegawainya berkeras (tumpul, tidak tanggap; semua terjemahan yang bisa dipakai untuk kata kabed dalam bentuk hiphil)" (lih. Kel. 10:1).

Jadi kesimpulan bahwa Allah mengeraskan hati orang yang ingin dikeraskan hatinya didasarkan pada kebenaran-Nya maupun pada kebebasan-Nya di dalam menghadapi Firaun.

Allah Mengendalikan Benda-benda Kemurkaan dan Benda-benda Belas Kasihan (9:19-24).

Paulus mengarahkan uraiannya kepada orang-orang Yahudi, yang mengira bahwa karena mereka bersunat dan merupakan bangsa pilihan Allah, maka Tuhan terikat kewajiban untuk mencurahkan kemakmuran duniawi dan berkat abadi kepada mereka.

Sang rasul telah menekankan kebebasan dan kedaulatan ilahi untuk mengoreksi pandangan yang salah tersebut.

19. Di sini, Paulus membayangkan, bahwa ada di antara lawan bicaranya yang mengatakan: "Lihatlah ke mana arah uraianmu. Tuhan mengeraskan hati manusia seperti Firaun lalu mencari kesalahan manusia tersebut. Itu tidak masuk akal."

Pertanyaannya ialah: Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkan-Nya?

Sebab siapa yang menentang kehendak-Nya?

Jawaban Paulus memakai kata-kata yang cocok dengan orang yang mengemukakan keberatan dan bukan berkaitan dengan suatu analisis intelektual atas sanggahan orang tersebut.

Paulus menulis (ay. 20a): Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah?

Pengenalan yang benar akan Allah yang sejati menjadikan sanggahan semacam itu tidak masuk akal.

Paulus mengemukakan sebuah ilustrasi (ay. 20b, 21): Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?"

Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?

Ilustrasi tentang tukang periuk ini pernah dipergunakan dengan sangat berhasil oleh Yeremia beberapa abad sebelumnya (Yer. 18:4-6).

Paulus menekankan kekuasaan sepenuhnya dari tukang periuk atas tanah liat untuk dibentuk sesuai dengan kehendak tukang periuk.

Sebuah benda itu dihormati atau tidak tergantung pada kegunaan yang ditetapkan untuk benda tersebut (bdg. Arndt, time, 2b, hlm. 825).

Benda yang satu mungkin dimaksudkan untuk menampung air, sedangkan yang lain untuk membuang kotoran.

Bahan yang sama dipakai untuk membuat kedua benda itu.

Tetapi keduanya dibentuk untuk melaksanakan fungsi yang berbeda, sehingga tukang periuk memberikan kedua benda tersebut bentuknya masing-masing yang disesuaikan dengan fungsinya nanti.

Paulus sekarang menerapkan prinsip tersebut.

Ini dilakukannya dalam suatu kalimat panjang dari 9:22 hingga 9:24.

Apabila seorang tukang periuk dapat berbuat sesukanya dengan tanah liat yang ada di tangannya, maka pastilah Allah juga dapat melakukan demikian dengan ciptaan-Nya.

Sekalipun Paulus masih menekankan kedaulatan dan kebebasan Allah, dengan berhati-hati dia menghindari penggambaran Tuhan sebagai memiliki hubungan yang sama terhadap kemurkaan dengan terhadap benda belas kasihan.

Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan - justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan, yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain (bagaimana mungkin kamu {tunggal: bdg. ay. 19} dapat membantah keadilan Allah?).

Di dalam istilah "kalau", Paulus jelas berpikir tentang Firaun dan orang-orang lain yang seperti Firaun.

Kata-kata menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya hanya merupakan variasi dari bahasa yang dipakai dalam ayat 17: "Supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau."

Paulus sangat bersemangat untuk menekankan kesabaran Allah terhadap benda-benda kemurkaan.

22. Benda-benda kemurkaan dilukiskan sebagai disiapkan (lih. katartizo, LSJ II, hlm. 910) untuk kebinasaan.

Beberapa orang yang mempelajari Alkitab, karena beranggapan, bahwa bentuk participle ini adalah bentuk tengah, telah menerjemahkan ayat ini sebagai berikut: mereka yang dalam keadaan mempersiapkan diri bagi kebinasaan.

Orang lain beranggapan, bahwa bentuk participle tersebut adalah bentuk pasif dan terjemahannya adalah: mereka yang dalam keadaan dipersiapkan oleh Allah bagi kebinasaan.

Namun konteksnya tentu mendukung bentuk pasif itu, tanpa membatasi bendanya pada suatu makhluk atau barang.

23. Allah secara khusus dikaitkan dengan soal mempersiapkan sebelumnya (bentuk aktif) benda-benda belas kasihan.

Tetapi apabila mengenai benda-benda kemurkaan, orang yang belajar Alkitab melihat bentuk pasif yang tidak terbatas.

Apakah yang mempengaruhi manusia, sehingga ia berada dalam keadaan disiapkan untuk kebinasaan abadi?

Jawabnya kompleks.

Termasuk di dalamnya adalah tindakan-tindakan penuh dosa serta sifat memberontaknya.

Tercakup juga lingkungan hidupnya yang menjadikan dosa itu sesuatu yang menarik, serta hukuman Allah (bdg. 1:24, 26, 28).

Faktor-faktor ini mempengaruhi benda-benda tertentu, sehingga menjadi benda-benda kemurkaan, yaitu objek-objek yang berada dalam keadaan dipersiapkan untuk kebinasaan.

Allah secara khusus mempersiapkan sebelumnya benda-benda belas kasihan untuk kemuliaan, dan Dia juga menyatakan kepada mereka kekayaan kemuliaan-Nya.

Kemuliaan mengacu kepada sinar yang memancar dari diri Allah.

Pencurahan kemurahan Allah berarti kekayaan yang tidak dapat dilukiskan oleh mereka yang menerimanya.

Siapakah benda-benda belas kasihan ini?

Di dalam 9:24, Paulus mendefinisikan kita sebagai orang-orang yang oleh Allah telah dipanggil bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa yang lain.

Kebebasan, kuasa, dan kedaulatan Tuhan di satu sisi diperhadapkan dengan kesabaran-Nya, penyataan tentang kekayaan kemuliaan-Nya dan tindakan-Nya mempersiapkan sebelumnya benda-benda belas kasihan (ay. 22-24).

Masa depan orang-orang yang dipersiapkan demikian adalah kemuliaan (bdg. 8:30).

Allah Memberikan Kesaksian dalam Hosea dan Yesaya Mengenai Perluasan dan Pembatasan Karya Penyelamatan-Nya (9:25-29).

Kata kita di dalam ayat 24 mengacu kepada orang-orang yang telah dipanggil oleh Allah, bukan hanya dari antara orang-orang Yahudi, tetapi juga dari bangsa-bangsa yang lain.

Penulis kini melihat ke Perjanjian Lama untuk menunjukkan, bahwa Perjanjian Lama membenarkan adanya panggilan semacam itu.

25-26. Paulus mengutip Hosea 1:10; 2:22, yaitu ayat-ayat yang semula dialamatkan kepada sepuluh suku Israel.

Kata-kata yang bukan umat-Ku dan yang bukan kekasih, diucapkan kepada sepuluh suku tersebut, sebab mereka telah meninggalkan Tuhan.

Mereka sudah menjadi seperti orang-orang bukan Yahudi.

Allah berjanji kepada sepuluh suku itu, bahwa suatu saat mereka akan disebut anak-anak Allah yang hidup di tempat di mana mereka sebelumnya disebut "yang bukan umat-Ku".

Sang rasul mengambil kutipan ini dari LXX dan memakainya untuk orang-orang bukan Yahudi.

27-28. Penulis melihat pada kesaksian Yesaya tentang Israel dan mengutip dari Yesaya 10:22-23.

Kembali dia mengutip dari LXX, di mana bunyi Yesaya 10:23 sangat berbeda dengan naskah Ibrani aslinya.

Tetapi tentang pokok utama yang dikutip oleh Paulus di sini, naskah Ibraninya sesuai dengan LXX.

Hanya sisa dari anak-anak Israel yang akan diselamatkan (LXX), (akan berbalik kembali, naskah Ibrani), yaitu, berbalik kepada Allah.

Paulus mengembangkan tema ini lebih lanjut di dalam Roma 11.

Terdapat kesulitan dalam menafsirkan 9:28, karena ada perbedaan bahasa dan tekstual.

Berikut dua kemungkinan untuk menerjemahkan dan menafsirkan ayat ini (lih. Arndt, suntemno, hlm. 800).

(1) Tuhan akan bertindak dengan melaksanakan firman-Nya dan dengan mempersingkat atau memotong.

Kata mempersingkat dapat ditafsirkan sebagai memenuhi janji-janji sampai tingkat tertentu atau sebagai mengurangi bangsa itu menjadi suatu sisa.

(2) Tuhan akan bertindak dengan mengakhiri dan mempersingkat (waktu).

Ini berarti bahwa Allah tidak akan terus-menerus memperpanjang masa panjang sabar-Nya, tetapi bahwa penghakiman-Nya akan tiba.

Di dalam konteks pembahasan Paulus di sini, penafsiran kedua rupanya lebih baik.

29. Akhirnya, sewaktu melengkapi gambaran Perjanjian Lama tentang tindakan Allah yang menyelamatkan, Paulus mengutip Yesaya 1:9 dari LXX.

Jika LXX menyebutkan "meninggalkan pada kita keturunan", maka naskah Ibrani berbunyi, "meninggalkan sisa yang sangat sedikit".

Seandainya Allah tidak menyisakan sedikit, maka bangsa Israel pasti sudah musnah.

Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel