Roma 1:1-7: Salam | Garis Besar dan Pendahuluan Kitab

Klik:

Romans / Roma 1:1-7


Rom 1:1 Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.

Rom 1:2 Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci,

Rom 1:3 tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud,

Rom 1:4 dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.

Rom 1:5 Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya.

Rom 1:6 Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus.

Rom 1:7 Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.


Tafsiran Wycliffe


Pernyataan Pembukaan Paulus, Sang Rasul (1:1-17).

Panjangnya pendahuluan menunjukkan bahwa Paulus menganggap surat ini sangat penting.

Perhatikan sikap pengabdian yang meliputi kalimat-kalimat pembukaan ini.

Perhatikan pula betapa cepat Paulus berpindah dari pemikiran yang satu kepada pemikiran yang lain.

Pengungkapan Identitas Penulis (1:1).

Kata yang diterjemahkan dengan hamba, sebenarnya berarti budak.

Bagi Paulus, ungkapan ini menunjukkan, bahwa dirinya adalah milik Yesus Kristus.

Selalu milik Kristus, dia memiliki tugas yang ditetapkan oleh Tuhan untuk dilaksanakan.

Panggilan untuk menjadi rasul sampai kepadanya dengan jelas di jalan menuju Damsyik (Kis. 9:15, 16; 22:14, 15; 26:16-18).

Dia berada dalam keadaan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.

Di dalam surat Galatia, Paulus menelusuri panggilan ini hingga saat kelahirannya (Gal. 1:15), tetapi di dalam surat Roma ini, ia menekankan tujuan dari pengudusan, atau pemisahan dirinya tersebut: untuk memberitakan Injil Allah.

Paulus memiliki Tuan yang ilahi, jabatan yang ilahi dan pemberitaan yang ilahi.

2. Secara historis, Allah telah memberitakan Injil ini sebelumnya, melalui agen-agen khusus, yaitu nabi-nabi-Nya.

Catatan tentang apa yang mereka beritakan dapat ditemukan di dalam Kitab-kitab suci.

Istilah yang terakhir (Kitab-kitab suci) ini merupakan sebuah istilah teknis yang menunjuk kepada semua bagian Alkitab, yaitu Alkitab secara menyeluruh.

3. Kabar baik dari Allah adalah mengenai Putra-Nya.

Pertama-tama Paulus menekankan kemanusiaan-Nya: yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud.

Di sini, yang ditekankan adalah kelahiran-Nya.

Dia menjadi manusia.

4. Selanjutnya, Paulus menekankan kwalitas dari keberadaan-Nya, sebagai Anak Allah: menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa.

Setiap kali Paulus memakai istilah mati sesudah kebangkitan, kata Yunani yang dipakai adalah dalam bentuk jamak.

Kadang-kadang secara tegas, dia memaksudkan kebangkitan individu-individu (bdg. I Kor. 15:12, 13, 21, 42).

Tetapi di dalam Roma 1:4 ini, dan juga dalam Kisah Para Rasul 26:23, ini menunjuk pada kebangkitan Yesus Kristus.

Sekalipun demikian, istilah mati yang dipakai adalah dalam bentuk jamak.

Dengan demikian, di dalam kebangkitan individu ini, tercakup kebangkitan semua orang yang akan dibangkitkan oleh-Nya.

Tetapi, secara jelas di dalam Roma 1:4, Paulus mengacu kepada kemenangan Kristus atas maut (bdg. 6:9).

Pemakaian bentuk jamak di sini merupakan gaya penulisan yang khas dari sang penulis.

Menurut Roh kekudusan. Kebangkitan dari antara orang mati adalah suatu kenyataan yang diberitakan oleh orang Kristen.

Tetapi, pernyataan yang penuh kuasa oleh Yesus sebagai Anak Allah melalui kebangkitan-Nya merupakan karya Roh Kudus untuk menjelaskan makna sepenuhnya dari fakta sejarah tersebut.

Sebagian pakar menafsirkan Roh kekudusan sebagai bentuk yang diperkuat dari Roh Kudus (lih. Arndt, hagiozyne, hlm 10).

Pakar lainnya menganggap istilah ini mengacu kepada roh manusia dari Kristus, yang bercirikan kekudusan besar - "dalam kaitan dengan roh kekudusan(-Nya)" (lih. tulisan Sanday dan Headlam, ICC, hlm. 9; bdg. Arndt, pneuma, hlm. 681).

Pandangan lain menyamakan kekudusan di dalam ayat ini dengan Tuhan, atau Allah.

Tetapi Roh Allah, menurut pandangan ini, bukanlah Roh Kudus melainkan Prinsip Hidup yang Menciptakan, yaitu Allah bekerja di dalam urusan kemanusiaan (lih. Otto Prockseh. TWNT, I, 116; "Keilahian Kristus menjadi jelas dengan kebangkitan di mana penciptaan baru muncul sesuai dengan Prinsip ... Tuhan").

Diperanakkan (1:3), menunjukkan asal-usul.

Dinyatakan (ay. 4), menunjukkan apa yang ada.

Dengan demikian, yang manusiawi dan yang ilahi diperhadapkan di dalam dua ayat ini.

Orang harus menentukan apakah ungkapan pneuma hagiosynes menyempurnakan pernyataan, atau melukiskan Tokoh Kristus, atau mengandung ide tentang aktivitas Allah di dunia.

Penafsiran pertama, yang pasti tampak sebagai yang terbaik, menghendaki terjemahan, Roh Kekudusan.

5. Melalui Sang Anak itu, Paulus telah menerima kasih karunia dan jabatan rasul.

Ungkapan kepada nama-Nya harus dikaitkan dengan kerasulan - kerasulan (secara harfiah) atas nama-Nya.

Penyapaan Sidang Pembaca (1:6-7).

Jelas dari ayat-ayat ini, bahwa orang-orang yang disapa berada di antara orang-orang Yahudi.

Dua kali Paulus menekankan fakta, bahwa mereka itu dipanggil.

Mereka dipanggil untuk menjadi orang-orang kudus.

Maksud dari ungkapan orang kudus, bukanlah orang yang terpisah dari hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya, tetapi adalah orang yang dikhususkan untuk Allah.

Pengaruh sekelompok orang percaya yang dikhususkan untuk Allah terhadap masyarakat, jangan pernah dianggap remeh.

Kata-kata kasih karunia dan damai sejahtera merupakan cara orang Kristen untuk saling menyapa di dalam surat (lih. Rm. 1:7; I Kor. 1:3; II Kor. 1:2; Gal. 1:3; Ef. 1:2; Flp. 1:2; Kol. 1:2; I Tes. 1:1; II Tes. 1:2; I Tim. 1:2; II Tim. 1:2, Tit. 1:4, Flm. 3; I Ptr. 1:2; II Ptr. 1:2; II Yoh. 3).

Kasih karunia (charis), di sini dipergunakan dalam arti ungkapan salam secara Yunani, chairein.

Damai sejahtera memiliki padanan Ibrani dan Aram, shalom, yang mengandung pengertian yang kompleks, yaitu kemakmuran, kesehatan jasmaniah, dan keberhasilan.

Tetapi, salam Kristiani ini menekankan apa yang telah dilakukan Allah di dalam hidup orang-orang percaya.

Sekalipun demikian, orang harus senantiasa ingat, bahwa ini adalah sebuah bentuk salam - bukan acuan tersendiri untuk kasih karunia dan damai sejahtera.

Frasa ini harus diterima secara keseluruhan: kiranya kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu sekalian.

Garis Besar Kitab Roma


I. Pernyataan Pembukaan Paulus, Sang Rasul (1:1-17).
A. Pengungkapan Identitas Penulis (1:1).
B. Identifikasi Injil dengan Yesus Kristus (1:2-5).
C. Penyapaan Sidang Pembaca (1:6, 7).
D. Perhatian Paulus Terhadap Jemaat di Roma, Bagian dari Perhatian yang Lebih Luas (1:8-15).
E. Ringkasan dari Sifat dan Isi Injil (1:16, 17).

II. Kebenaran - Kunci Hubungan Manusia dengan Allah (1:18-8:39).
A. Kebenaran Sebagai Status yang Diperlukan Manusia di Hadapan Allah (1:18-5:21).
1. Kegagalan Manusia untuk Memperoleh Kebenaran (1:18-3:20).
a. Kegagalan Orang Bukan Yahudi (1:18-32).
b. Kegagalan Orang yang Menghakimi Secara Berbeda dengan Penghakiman Adil Allah (2:1-16).
c. Kegagalan Orang Yahudi (2:17-29).
d. Keberatan-keberatan Terhadap Ajaran Paulus tentang Kegagalan Manusia (3:1-8).
e. Kegagalan Seluruh Umat Manusia di Hadapan Allah (3:9-20).
2. Kebenaran Diperoleh Melalui Iman, Bukan Melalui Perbuatan Menurut Hukum (3:21-31).
3. Kebenaran Melalui Iman dalam Hidup Abraham (4:1-25).
a. Kebenarannya Diperoleh Melalui Iman, Bukan Melalui Perbuatan (4:1-8).
b. Abraham Dijadikan Bapa Semua Orang yang Percaya Melalui Iman Sebelum Sunat (4:9-12).
c. Realisasi Janji Terjadi Karena Iman, Bukan Karena Hukum Taurat (4:13-16).
d. Allah, Penguasa Maut, Objek Iman Bagi Abraham dan bagi orang Kristen (4:17-25).
4. Sentralnya Kebenaran oleh Iman Dalam Kehidupan Individu dan Dalam Kerangka Sejarah (5:1-21).
a. Pengaruh Kebenaran oleh Iman Terhadap Penerimanya (5:1-11).
b. Pengaruh Ketidaktaatan Adam dan Ketaatan Kristus (5:12-21).
B. Kebenaran Sebagai Cara Hidup Orang Kristen di Hadapan Allah (6:1-8:39).
1. Salah Pengertian Bahwa dengan Berbuat Dosa Kasih Karunia Bertambah (6:1-14).
2. Salah Pengertian Bahwa Orang Percaya Dapat Berbuat Dosa Seenaknya Karena Berada di Bawah Kasih Karunia dan Bukan di Bawah Hukum Taurat (6:15-7:6).
a. Kesetiaan, Buah, Tujuan Akhir (6:15-23).
b. Pembebasan dan Ikatan Baru yang Disebabkan oleh Kematian (7:1-6).
3. Masalah-masalah Sekitar Pergumulan Melawan Dosa (7:7-25).
a. Apakah Hukum Taurat itu Dosa? (7:7-12).
b. Apakah yang Baik Menyebabkan Kematian? (7:13-14).
c. Bagaimana Pergumulan Batin Dapat Diatasi? (7:15-25).
4. Kemenangan Melalui Roh Berhubungan dengan Rencana dan Tindakan Allah (8:1-39).
a. Pelepasan dari Dosa dan Maut Melalui Tindakan Bapa, Petra dan Rob (8:1-4).
b. Kerangka Berpikir Daging Versus Kerangka Berpikir Roh (8:5-13).
c. Bimbingan dan Kesaksian Roh (8:14-17).
d. Penyempurnaan Penebusan Dinantikan oleh Ciptaan dan Orang-orang Percaya (8:18-25).
e. Pelayanan Doa Syafaat oleh Roh (8:26, 27).
f. Rencana Allah Bagi Mereka Yang Mengasihi Dia (8:28.30).
g. Kemenangan Orang-orang Percaya Atas Semua Lawan (8:31-39).

III. Israel dan Orang Bukan Israel dalam Rencana Allah (9:1-11:36).
A. Keprihatinan Paulus Akan Bangsanya Sendiri, Israel (9:1-5).
B. Allah Bersifat Bebas, Benar dan Berdaulat dalam Menghadapi Israel dan Semua Orang (9:6-29).
1. Allah Memilih Ishak dan Bukan Putra Abraham Lainnya (9:6-9).
2. Allah Memilih Yakub dan Bukan Esau (9:10-13).
3. Allah Bermurah Hati Kepada Israel dan Mengeraskan (9:14-18).
4. Allah Mengendalikan Benda-benda Belas Kasihan (9:19-24).
5. Allah Memberikan Kesaksian dalam Hosea dan Yesaya Mengenai Perluasan dan Pembatasan Karya Penyelamatan-Nya (9:25-29).
C. Kegagalan Bangsa Israel dan Keberhasilan Bangsa Bukan Israel (9:30-10:21).
1. Bangsa Bukan Israel Mencapai Apa yang Gagal Diperoleh Bangsa Israel (9:30-33).
2. Israel Tidak Mengenal Kebenaran Allah (10:1-3).
3. Hubungan Antara Kebenaran Iman dan Objek Iman (10:4-15).
4. Kabar Baik Allah Diabaikan (10:16-21).
D. Keadaan Israel pada Zaman Paulus (11:1-10).
E. Prospek-prospek Bagi Masa Depan Israel (11:11-36).
1. Kadar Berkat Yang Diperoleh dari Kekurangan dan Kesempurnaan Israel (11:11-15).
2. Orang Bukan Yahudi Tidak Memiliki Dasar untuk Bermegah (11:16-21).
3. Kebaikan dan Kekerasan Allah Terungkap Melalui Tanggapan-Nya Terhadap Orang Percaya dan Orang Tidak Percaya (11:22-24).
4. Keselamatan Bagi Bangsa Israel (11:25-27).
5. Kemurahan Allah Kepada Semua Orang Diperbesar oleh Tindakan-Nya dalam Sejarah (11:25-27).
6. Kehebatan dan Kemuliaan Allah - Sumber, Penopang dan Tujuan dari Segala Sesuatu (11:33-36).

IV. Sikap dan Perilaku yang Diharapkan dari Jemaat di Roma (12:1-15:13).
A. Mempersembahkan Tubuh dan Akal Budi (12:1, 2).
B. Kerendahan Hati dalam Menggunakan Karunia Allah (12:3-5).
C. Ciri-ciri Watak yang Layak Diteladani (12:9-21).
D. Tunduk Kepada Pejabat Pemerintah Harus Disertai dengan Cara Hidup yang Penuh Kasih dan Kebenaran (13:1-14).
E. Tenggang Rasa Diperlukan Bagi Orang-orang yang Berhati dan yang Berhati Nurani Lemah (14:1-15:13).
1. Perbedaan Pendapat Tentang Makanan dan Hari-hari Khusus (14:1-6).
2. Penghakiman oleh Tuhan, Bukan oleh Sesama Saudara Seiman (14:7-12).
3. Penyingkiran Batu Sandungan (14:13-23).
4. Yang Kuat Hendaknya Membantu yang Lemah dan Bukan Menyenangkan Diri Sendiri (15:1-3).
5. Kemuliaan Bagi Allah Melalui Ketekunan, Penghiburan dan Kerukunan (15:4-6).
6. Pelayanan Kristus Dimaksudkan Bagi Orang Yahudi dan Orang Bukan Yahudi (15:7-13).

V. Hal-hal Pribadi dan Perhatian Bagi Pembaca (15:14-16:27).
A. Alasan Paulus Menulis dengan Terus Terang Kepada Pembaca Dewasa (15:14-16).
B. Penegasan Tuhan Atas Karya Pemberitaan Injil oleh Paulus yang Merupakan Perintisan (15:17-21).
C. Rencana-rencana Perjalanan: Yerusalem, Roma dan Spanyol (15:22-29).
D. Permohonan-permohonan Doa Khusus (15:30-33).
E. Rekomendasi untuk Febe (16:1, 2).
F. Salam Khusus Bagi Perseorangan dan Kelompok Tertentu (16:3-16).
G. Watak Berbahaya Bari Orang-orang yang Mengajarkan Ajaran Palsu (16:7-20).
H. Salam Dari Rekan-rekan Paulus di Korintus (16:21-23).
I. Pemantapan Orang-orang Percaya oleh Allah yang Berdaulat Atas Sejarah (16:25-27).

Pendahuluan Kitab Roma


Sidang Pembaca yang Mula-mula.

Orang bisa tertolong untuk mengerti surat-surat di dalam Perjanjian Baru, dengan cara mempelajari sebanyak mungkin tentang orang-orang yang pertama menerima surat-surat ini.

Hal ini khususnya berlaku untuk surat Roma.

Sekalipun sebagian besar dari sebelas pasal yang pertama tampaknya bersifat cukup umum, di dalam lima pasal terakhir pembaca diberi tahu tentang masyarakat tertentu, yang memiliki kebutuhan tertentu pula.

Lalu, kita menyadari, bahwa ajaran yang terdapat dalam sebelas pasal yang pertama, sekalipun tampaknya bersifat universal, berisi beberapa penekanan, yang oleh Paulus dianggap sangat diperlukan oleh orang-orang percaya di Roma (dasar yang benar untuk menilai orang-orang yang tidak mengenal hukum Yahudi, hubungan orang bukan Yahudi dengan Abraham dan leluhur Israel lainnya, dan lain-lain).

Rasul Paulus mengalamatkan suratnya ini kepada orang-orang percaya - "Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus" (1:7).

Merupakan kebiasaan Paulus, ketika menulis kepada jemaat-jemaat untuk mencantumkan istilah 'jemaat' di bagian salam pembukaan (bdg. I Kor. 1:2; II Kor. 1:1; Gal. 1:2; I Tes. 1:1; II Tes. 1:1), atau istilah 'orang kudus' untuk menyebut orang-orang yang dikirimi surat olehnya (Ef. 1:1; Flp. 1:1; Kol. 1:2).

Sebutan yang dipakai di dalam surat ini merupakan variasi dari cara kedua.

Salam yang dipakai di dalam surat kepada jemaat di Roma ini, tidak menyiratkan adanya sebuah organisasi Gereja yang kuat, dan pasal 16 memberikan gambaran tentang kelompok-kelompok kecil orang percaya, dan bukan sebuah kelompok besar.

Apakah orang-orang percaya di sana sebagian besar terdiri dari orang Yahudi atau orang bukan Yahudi?

Pertanyaan ini harus dijawab sesuai dengan apa yang secara tegas dikatakan di dalam surat ini.

Memang benar, bahwa sebagian besar dari isi surat ini berkenaan dengan bangsa Yahudi - cara Allah menghadapi mereka pada masa lalu, masa kini dan masa depan.

Tetapi, para pembaca disapa dengan cara yang menunjukkan dengan pasti, bahwa mereka pada umumnya bukan Yahudi (lih. 1:5, 6; 1:13; 11:13; 15:15, 16).

Mungkin, ada beberapa orang Kristen Yahudi di antara jemaat, tetapi mereka merupakan golongan minoritas.

Tampaknya layak, kalau orang bertanya, bagaimana Gereja di Roma ini didirikan?

Sayang sekali, tidak ada dokumen dari abad pertama yang memberikan jawaban.

Sejumlah gagasan telah dikemukakan.

Ada yang mengemukakan, bahwa "pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun pengamat agama Yahudi" yang menyaksikan turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kis. 2:10, 11), mungkin kembali ke kota itu dan mendirikan kelompok inti orang-orang percaya di sana.

Sekalipun demikian, orang-orang Kristen sesudah hari Pentakosta, tidak langsung merasakan diri mereka berbeda dari Yudaisme atau mulai membuka Gereja-gereja lokal yang terpisah dari rumah ibadat Yahudi.

Karena itu, mulai berdirinya jemaat Kristen di Roma tidak lama sesudah hari Pentakosta, tampaknya mustahil.

Pakar yang lain lagi beranggapan, bahwa Gereja di Roma didirikan oleh para pelayan Injil dari Antiokhia (bdg. Hans Lietzmann, The Beginnings of the Christian Church, terjemahan Bertram Lee Woolf hlm. 111, 133, 199).

Karena Antiokhia merupakan pusat pemberitaan Injil, pandangan ini tentu masuk akal.

Tetapi, gagasan yang terbaik rupanya adalah, bahwa Gereja di Roma didirikan dan diperluas oleh jiwa-jiwa yang telah dimenangkan oleh Paulus, Stefanus, dan rasul lainnya yang pernah mampir di kota itu untuk bisnis, atau untuk tinggal di sana.

Kapan Petrus dan Paulus tiba di Roma?

Apabila kita membandingkan pernyataan dari para Bapak Gereja dengan bukti yang terdapat di dalam Perjanjian Baru, tampaknya mustahil, bahwa salah satu dari kedua rasul ini sudah tiba di Roma sebelum tahun 60 M, beberapa tahun setelah surat ini ditulis.

Seandainya, Petrus berada di Roma ketika Paulus menulis surat ini, pastilah Paulus akan mengirim salam kepadanya.

Keinginan Paulus sejak lama untuk berkhotbah di Roma (Rm. 1:11-13) dan kebijaksanaannya untuk tidak membangun di landasan yang telah didirikan oleh orang lain (15:20), membuat anggapan bahwa Petrus berada di Roma sebelum surat ini ditulis rasanya mustahil.

Kepenulisan dan Tanggal Penulisan Surat.

Terdapat kesepakatan yang hampir universal, bahwa Paulus adalah penulis surat ini.

Ini dilandasi oleh pernyataan-pernyataan yang terdapat di dalam pasal 1 dan pasal 15, gaya penulisan dan argumentasi yang dikemukakan di dalam pasal-pasal di antara kedua pasal tersebut, dan kesaksian dari semua sumber kuno yang mengutip surat ini.

Berbagai pertanyaan yang diajukan tentang kepenulisan hanyalah menyangkut pasal 16 dan pujian-pujian bagi Allah (Doksologi).

Di dalam 16:3-16, terdapat daftar panjang dari nama-nama orang yang dikirimi salam.

Priskila dan Akwila disebutkan dalam 16:3-5, tetapi Kisah Para Rasul 18:18-19 menyatakan, bahwa Paulus meninggalkan mereka di Efesus.

Karena ini, beberapa orang berkesimpulan, bahwa Roma 16, yang mencantumkan daftar nama ini, pada mulanya dikirim oleh Paulus ke Efesus.

Epenetus disebutkan dalam 16:5, di mana dia disebut sebagai buah sulung di Asia (maksudnya Asia Kecil).

Pernyataan ini juga dianggap mendukung kesimpulan, bahwa bagian ini pada mulanya dikirimkan ke Efesus.

Tetapi, kedua bukti di atas tidak harus disimpulkan semacam ini.

Priskila dan Akwila sering kali bepergian.

Karena mereka aslinya berasal dari Italia (Kis. 18:2), tidaklah mengherankan, jika mereka ingin kembali ke tempat itu.

Kenyataan bahwa Epenetus merupakan orang pertama yang bertobat di Asia Kecil tidaklah membuktikan, bahwa dia tinggal di sana seumur hidupnya.

Salah satu kebiasaan yang konsisten dari rasul Paulus ialah, bahwa dia tidak mengirim salam dengan menyebutkan nama orang di tempat di mana dia pribadi telah melayani (bdg. I Kor., II Kor., I & II Tes., Flp., Ef. {Efesus dan Asia Kecil}, dan Gal.).

Tetapi di dalam surat Roma dan Kolose, Paulus menyapa orang-orang dengan menyebut nama mereka.

Di tempat-tempat yang belum pernah dikunjunginya ini, dia dapat menyebut nama setiap orang yang dikenalnya, untuk membangun hubungan.

Atau apabila Paulus memilih orang yang disebut namanya, tujuannya akan jelas, supaya tidak ada orang yang akan merasa diabaikan.

Di dalam surat Roma ini, terdapat lima pujian atau ucapan berkat - 15:13; 15:33; 16:20; 16:24 dan 16:25-27.

Di dalam masing-masing ucapan berkat ini, Allah atau Kristus dimohon untuk melakukan sesuatu, menyertai sidang pembaca, atau menganugerahkan kasih karunia kepada sidang pembaca.

Ucapan berkat yang pertama (15:13) mengakhiri bagian di mana Paulus melukiskan perilaku etis dari seorang Kristen, dan perlunya orang Kristen untuk hidup rukun dan penuh pengertian satu sama lain.

Ucapan berkat kedua (15:33) mengakhiri bagian di mana Paulus mengisahkan rencana perjalanannya dan kepergiannya membawa sumbangan ke Yerusalem, dan permohonan doanya bagi sumbangan ini, dan rencana kepergiannya ke Roma.

Yang ketiga (16:20) mengikuti sebuah peringatan kepada orang-orang yang perilaku dan ucapan mereka bertolak belakang dengan apa yang diajarkan.

Paulus meyakinkan para pembacanya, bahwa Allah yang mencurahkan damai sejahtera, tidak lama lagi akan menghancurkan Iblis di kaki mereka.

Sementara itu, Paulus mengungkapkan kerinduan hatinya agar kasih karunia Tuhan Yesus dapat menjadi bagian mereka.

Ucapan berkat keempat (16:24), karena kurang memperoleh dukungan dari naskah yang ada, tidak dicantumkan di dalam semua versi modern Alkitab bahasa Inggris.

Ucapan berkat terakhir (16:25-27) adalah yang paling menarik, karena ditemukan di berbagai tempat di dalam naskah-naskah kuno.

Kelompok naskah Aleksandria dan Manuskrip D dari kelompok naskah Barat mencantumkan doksologi ini di ujung akhir pasal 16.

Memang itulah tempatnya.

Beberapa naskah lainnya menempatkan ucapan berkat ini di belakang 14:23 dan pada 16:25-27.

Sebuah naskah, G, sama sekali tidak mencantumkan ucapan berkat ini.

Naskah Papirus, P46, menempatkannya sesudah 15:33.

Beberapa pakar telah berusaha untuk menunjukkan, bahwa isi dari ucapan berkat terakhir ini memeteraikannya sebagai gubahan abad ke 11 untuk penutup liturgi (bdg. John Knox, "Romans," The Interpreter's Bible, IX, 365-368).

Dr. Hort, sekitar satu abad yang lalu, secara teliti membandingkan ungkapan-ungkapan di dalamnya dengan ungkapan-ungkapan di dalam surat-surat Paulus, serta menemukan kesamaan yang sangat banyak (F. J. A. Hort. "On the End of The Epistle to the Romans," di dalam Biblical Essays yang dikumpulkan oleh J. B. Lightfoot, hlm. 324-329).

Karena itu, terdapat bukti yang cukup kuat untuk mendukung pendapat, bahwa Pauluslah penggubah ucapan berkat yang terakhir ini, sekalipun terdapat pada bagian akhir surat Roma.

Tetapi, mengapa ucapan berkat pada akhir Kitab Roma ini muncul di tempat-tempat yang berbeda dalam naskah-naskah yang ada?

Sejumlah faktor mungkin ikut memainkan peranan.

Origen, dalam tafsirannya tentang surat Roma ini, menyatakan bahwa Marcion yang sesat (yang namanya terkenal pada tahun 138-150 M) membuang seluruh surat Roma dari 14:23 hingga akhir surat.

Para pengikut Marcion pasti menghasilkan kitab Roma yang berakhir di sini.

Demikian pula judul-judul bagian - frasa-frasa padat yang menunjukkan isi bagian - tidak ditemukan di dua pasal terakhir di dalam manuskrip Vulgata - Kodeks Amiatinus dan Kodeks Fuldensis.

Tidak dipakainya pasal-pasal ini ketika Alkitab dibacakan di hadapan jemaat, pastilah mempengaruhi penempatan ucapan berkat ini.

Selanjutnya, Paulus sendiri, atau orang-orang Kristen di Roma segera sesudah kematian Paulus, mungkin memperpendek surat ini agar dapat diedarkan kepada Gereja-gereja yang lain.

Kenyataan bahwa terdapat begitu banyak naskah lama dari surat Roma memungkinkan kita untuk melihat beberapa perubahan ini, dan mencatat apa yang telah dilakukan oleh naskah yang terbaik.

Apakah kita menilai naskah yang ada itu bermutu paling tinggi (yang paling penting) ataukah keseluruhan jumlahnya, sebagian besar naskah mencantumkan seluruh Kitab Roma terkecuali 16:24 yang jelas bukan merupakan bagian dari naskah aslinya.

Surat ini ditulis oleh Paulus pada saat perjalanan ketiganya untuk memberitakan Injil.

Karena rasul tinggal selama tiga bulan di Yunani (Kis. 20:3) dan dia memuji Febe, diaken perempuan dari Kenkrea (pelabuhan timur Korintus) yang mungkin membawa surat ini ke Roma, sangat mungkin bahwa surat ini ditulis dari Korintus.

Tetapi, mungkin juga kota Yunani yang lain, seperti Filipi, yang merupakan tempat Paulus menulis surat ini.

Tanggal penulisan surat berkisar antara tahun 53-58 M.

Tahun 55 atau 56 M rupanya merupakan tanggal penulisan yang paling mungkin untuk surat ini.

Saat dan Tujuan Penulisan.

Rasul Paulus merencanakan untuk meninggalkan Yunani, dan menuju ke Palestina membawa sumbangan yang berhasil dikumpulkan olehnya dari Gereja-gereja bukan Yahudi.

Paulus ingin menyerahkan sendiri sumbangan ini kepada orang-orang kudus yang miskin yang ada di Yerusalem.

Ia disertai oleh wakil-wakil dari Gereja-gereja yang memberikan sumbangan.

Paulus beranggapan bahwa tindakan orang percaya bukan Yahudi kepada saudara-saudara seiman mereka di Yerusalem, dapat menunjukkan kasih mereka dan membuktikan kesatuan Gereja.

Paulus kemudian bermaksud pergi ke Roma.

Dari Roma, dia ingin pergi ke Spanyol.

Sesaat sebelum Paulus menunda rencana-rencananya ke arah barat ini, Paulus menulis surat yang luar biasa ini kepada Gereja di Roma, dan mengirimnya ke barat.

Tulisan macam apakah kitab Roma ini?

Kitab ini merupakan surat yang dialamatkan kepada sekelompok (atau beberapa kelompok) orang percaya yang tinggal di Roma.

Kenyataan bahwa surat ini mengungkapkan pikiran-pikiran yang hebat, mendalam dan khidmat tentang Allah, tidak membuat Kitab ini tidak layak disebut sebuah surat.

Paulus telah mendoakan para pembacanya terus-menerus (1:9, 10) dan merindukan persekutuan dengan mereka (1:11).

Dia mengharapkan mereka mendoakan dirinya mengingat bahaya begitu banyak yang menghadang (15:30-32).

Karena itu, Kitab Roma bukan sebuah karangan tentang doktrin yang sistematis.

Pemikiran Paulus dikembangkan secara logika, tetapi jelas, bahwa dia tidak berusaha mengemukakan keseluruhan ajaran doktrinnya.

Surat Roma juga bukan sebuah karangan yang kontroversial - sebuah polemik yang membela Kekristenan gaya Paulus dan melawan Kekristenan gaya Yahudi.

Kesatuan dan persatuan orang percaya merupakan inti dalam perumpamaan pohon zaitun dalam pasal 11.

Kitab Roma merupakan surat pengarahan yang membahas kebenaran-kebenaran utama dari Injil, yang menurut Paulus harus dikenal oleh jemaat di Roma.

Karena kebutuhan orang bukan Yahudi sama saja, entah mereka tinggal di Roma ataupun di Kolose, terdapat sebuah nada universal dalam ajaran itu.

Surat Roma merupakan ringkasan kebenaran-kebenaran pokok yang diajarkan Paulus di Gereja-gereja, di mana dia tinggal untuk beberapa waktu sambil memberitakan Injil.

Sebuah alasan yang menjadikan surat ini memiliki pengaruh yang sedemikian luas ialah karena Allah telah menuntun hamba-Nya untuk menyajikan berbagai pemikiran yang luar biasa dalam sepucuk surat, sehingga pakar dan orang awam dapat memperoleh kebenaran-kebenaran yang akan membentuk nasib kekal mereka.

Cara Mengungkapkan Pikiran.

Paulus mengawali suratnya ini dengan ulasan pendahuluan untuk mempersiapkan pembaca menerima segala hal yang ia hendak tulis (1:1-17).

Jadi, dia menjalin suatu hubungan yang baik antara dirinya dengan para pembacanya.

Paulus kemudian mengemukakan pokok surat, yakni pentingnya kebenaran di dalam hubungan manusia dengan Allah (1:18-8:39).

Mula-mula, dia menunjukkan dengan jelas, bahwa manusia tidak bersifat benar, lalu ia mengajukan secara hati-hati pertanyaan: Bagaimana manusia dapat menjadi benar di hadapan Allah?

Pokok bahasan ini dipertegas lagi dengan membahas bagaimana manusia yang sudah dibenarkan, harus hidup di hadapan Allah.

Selaku orang Yahudi, Paulus memandang umat manusia sebagai terdiri atas dua golongan, yaitu Yahudi dan bukan Yahudi.

Sebagai orang Kristen, bagaimana dia harus memandang kedua golongan ini?

Paulus menjawab dengan memberikan suatu ulasan tentang rencana Allah bagi orang Yahudi dan bukan Yahudi (9:1-11:36).

Di bagian ini, Paulus meletakkan sebuah landasan yang nyata bagi filsafat sejarah Kristen.

Sesudah itu, ketika tiba di bagian penerapan, Paulus memberikan beberapa nasihat khusus bagi orang Kristen di Roma tentang penampilan, sikap dan perilaku mereka (12:1-15:13).

Sebagai penutup, dia menunjukkan betapa ia sangat menaruh perhatian terhadap orang-orang percaya di Roma (15:14-16:27).

Mereka berada di dalam wilayahnya dan dia bermaksud mengunjungi mereka.

Sampai hal itu bisa terlaksana, dia harus mengirim salam kepada mereka melalui surat, memberikan suatu peringatan terakhir, dan menyerahkan mereka kepada Allah yang adalah satu-satunya pihak yang dapat membangun mereka.

Waktu mempelajari Kitab Roma, kita tidak boleh melupakan keseluruhan Kitab, di mana setiap episode hanya merupakan bagiannya.

Mempelajari bagian tertentu terlepas dari konteksnya senantiasa berbahaya; menyangkut Kitab Roma hal itu bahkan bisa sama sekali mengubah makna yang dimaksudkan oleh Paulus.

Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel