1 Korintus 3:1-9: Perselisihan
Jumat, September 11, 2020
Edit
Klik:
1 Corinthians / 1 Korintus 3:1-9
1Co 3:1 Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.
1Co 3:2 Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.
1Co 3:3 Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?
1Co 3:4 Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?
1Co 3:5 Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya.
1Co 3:6 Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.
1Co 3:7 Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
1Co 3:8 Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.
1Co 3:9 Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
Tafsiran Wycliffe
Sebab-sebab Terjadinya Perpecahan (1:18-4:5).
Pertama-tama, mereka belum memahami sifat dasar dan arti dari berita Kristen, hikmat yang sejati (1:18-3:4).
Yang kedua, sikap mengelompok mereka, menunjukkan, bahwa mereka tidak memiliki pemahaman yang benar mengenai pelayanan Kristen, yaitu bahwa pelayanan adalah suatu kemitraan di bawah pimpinan Allah, di dalam menyebarkan kebenaran (3:5-4:5).
Sebab 1: Salah Pengertian tentang Berita Kristen (1:18-3:4).
Pertama, sang rasul menunjukkan, bahwa Injil bukan sebuah berita bagi kaum intelektual (1:18-25).
Kenyataan ini dibuktikan dengan cukup kuat melalui fakta, bahwa jemaat di Korintus hampir tidak mempunyai anggota yang bijaksana menurut ukuran dunia (1:26-31), dan bahwa Paulus tidak menyampaikan berita semacam itu ketika di Korintus (2:1-5).
Sesudah itu, sang rasul menerangkan hikmat sejati Allah dengan melukiskan sifat rohaninya (2:6-12), serta persepsi rohaninya (2:13-15); lalu mengakhiri dengan sebuah pernyataan yang jujur, bahwa kedagingan merupakan penyebab terjadinya perpecahan (3:1-4).
3:1-4. Kini dibuat penerapan kepada keadaan jemaat di Korintus sebagaimana tampak dari perubahan dari kata ganti orang pertama (2:6-15) kepada kata ganti orang kedua (3:1-4).
Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu, menjadikan peralihan ini berjalan dengan lancar.
1. Ketidakdewasaan mereka, membuat Paulus tidak dapat memberikan makanan keras kepada mereka ketika berkunjung untuk pertama kali.
Kata Yunani untuk duniawi (sarkinos) secara harfiah berarti dibuat dari daging, sama dengan ungkapan di dalam daging (A-S, hlm. 402).
Di balik kata sarkinos ini terdapat pengertian lemah (bdg. Mat. 26:41), sebagaimana diperkuat dengan istilah yang belum dewasa.
Ketika Paulus berkunjung ke sana untuk pertama kalinya, orang-orang Korintus masih lemah, karena mereka baru saja menjadi orang percaya.
Sang rasul tidak menyalahkan orang-orang yang dalam kondisi demikian.
2-3. Sebuah tuduhan serius tentang ketidakmatangan rohani dilancarkan dalam kalimat: Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya (dalam bahasa Yunani, ini adalah ungkapan yang sangat keras).
Alasannya (karena) mereka masih manusia duniawi.
Sebuah perubahan kata penting, perlu diperhatikan.
Duniawi di sini bukan sarkinos tetapi sarkikos, yang secara harfiah artinya: bersifat seperti daging, yang sama dengan menurut daging (bdg. Rm. 8:4).
Di balik kata ini, terdapat pengertian sifat bandel, dan Paulus menyalahkan orang-orang yang dalam kondisi ini.
Kelemahan yang terus-menerus, menghasilkan sifat bandel.
Menolak untuk menerima susu dari Firman Allah mencegah orang untuk menerima daging dari Firman Allah.
Paulus melukiskan empat jenis orang.
Yang pertama adalah manusia lahiriah, yaitu manusia yang tanpa Roh, yang memerlukan kelahiran baru (Yoh. 3:1-8).
Yang kedua adalah manusia duniawi yang lemah (I Kor. 3:1), bayi di dalam Kristus, yang perlu bertumbuh melalui susu Firman.
Jenis ketiga ialah manusia duniawi yang bandel, yaitu orang Kristen yang lebih lama, tetapi belum dewasa, yang memerlukan pemulihan kepada persekutuan, atau keadaan sehat yang memungkinkannya menyerap gizi melalui pengakuan dosa (bdg. I Yoh. 1:9).
Keempat, manusia rohani, atau dewasa, yang telah menanggapi susu dan bertumbuh menjadi dewasa rohani, sehingga kuat dan mampu menerima makanan keras dari Firman (I Kor. 2:15; 3:2). Allah ingin semua orang Kristen menjadi seperti ini.
Bahwa Paulus menyamakan manusia dewasa dengan manusia rohani, tampak dari perbandingan 2:6 dengan 2:15 (bdg. 3:1; dia membedakan manusia duniawi, yang belum dewasa dengan manusia rohani).
Dia juga mengemukakan, bahwa hikmat Allah adalah untuk manusia rohani (2:15; 3:1), yang memiliki kemampuan tidak terbatas untuk menilai segala sesuatu.
Analogi kehidupan jasmaniah dengan semua hal ini merupakan ilustrasi yang terbaik.
Sebab Kedua: Salah Pengertian tentang Pelayanan (3:5-4:5).
Alasan kedua yang menyebabkan terjadinya perpecahan, yakni salah pengertian tentang pelayanan Kristen, sekarang dibahas.
Para pelayan itu, tidak lebih daripada hamba.
Sesungguhnya yang bekerja adalah Allah (3:5-9).
Para hamba bertanggung jawab atas penggunaan bahan yang tepat ketika mereka membangun di dalam Bait Allah, yaitu Jemaat (3:9-17).
Orang janganlah memegahkan diri atas seseorang semacam itu, sebab para pelayan Tuhan itu adalah milik semua orang percaya (3:18-23), dan mereka akan dihakimi oleh Allah sendiri (4:1-5).
5. Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pertanyaan ini mengalihkan perhatian orang dari tokoh-tokoh kepada fungsi mereka (Morris, op.cit, hlm. 64).
Paulus dan Apolos itu tidak lebih daripada pelayan-pelayan Tuhan saja.
6. Paulus menanam dan Apolos menyiram, tetapi hanya Allah yang sanggup membuat benih bertumbuh.
8-9. Di dalam melaksanakan tugas, Paulus dan Apolos itu satu, maksudnya: selaras.
Sekalipun demikian, di dalam hal upah, akan ada pembedaan.
Kawan sekerja Allah, bisa berarti bahwa mereka adalah sesama pekerja yang dimiliki oleh Allah, atau sesama pekerja dengan Allah.
Konteksnya lebih menyokong pengertian yang pertama.
Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.