2 Korintus 3:1-18: Pelayan-pelayan Perjanjian yang Baru
Kamis, Oktober 08, 2020
Edit
Klik:
2 Corinthians / 2 Korintus 3:1-18
2Co 3:1 Adakah kami mulai lagi memujikan diri kami? Atau perlukah kami seperti orang-orang lain menunjukkan surat pujian kepada kamu atau dari kamu? 2Co 3:2 Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. 2Co 3:3 Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia. 2Co 3:4 Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus. 2Co 3:5 Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. 2Co 3:6 Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan. 2Co 3:7 Pelayanan yang memimpin kepada kematian terukir dengan huruf pada loh-loh batu. Namun demikian kemuliaan Allah menyertainya waktu ia diberikan. Sebab sekalipun pudar juga, cahaya muka Musa begitu cemerlang, sehingga mata orang-orang Israel tidak tahan menatapnya. Jika pelayanan itu datang dengan kemuliaan yang demikian 2Co 3:8 betapa lebih besarnya lagi kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh! 2Co 3:9 Sebab, jika pelayanan yang memimpin kepada penghukuman itu mulia, betapa lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada pembenaran. 2Co 3:10 Sebenarnya apa yang dahulu dianggap mulia, jika dibandingkan dengan kemuliaan yang mengatasi segala sesuatu ini, sama sekali tidak mempunyai arti. 2Co 3:11 Sebab, jika yang pudar itu disertai dengan kemuliaan, betapa lebihnya lagi yang tidak pudar itu disertai kemuliaan. 2Co 3:12 Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami bertindak dengan penuh keberanian, 2Co 3:13 tidak seperti Musa, yang menyelubungi mukanya, supaya mata orang-orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya yang sementara itu. 2Co 3:14 Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya. 2Co 3:15 Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka. 2Co 3:16 Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. 2Co 3:17 Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. 2Co 3:18 Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.Tafsiran Wycliffe
1. Paulus dengan bersemangat mengungkapkan orang-orang yang mengandalkan surat-surat pujian (bdg. 5:12; 10:12, 18; 12:11). Tugas dan pelayanannya tidak memerlukan puji-pujian palsu semacam itu. 2. Justru sebaliknya, surat Paulus itu: (1) bersifat pribadi: surat pujian kami, (2) bersifat permanen: tertulis dalam hati kami, (3) bersifat terbuka untuk umum: yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. 3. Kesungguhan jemaat Korintus sebagai surat Kristus, dibuktikan melalui: (1) pelayanan mereka: oleh pelayanan kami, (2) asal-usul adikodrati mereka: dengan Roh dari Allah yang hidup, (3) kesaksian batiniah mereka: loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia (bdg. Yer. 24:7; 31:33; 32:39; Yeh. 11:19; 36:26). Dalam Dinamikanya (3:4-6). 4. Keyakinan (pepoithesis; lihat 1:15) ini adalah oleh Kristus. 5. Kesanggupan (hikanotes, yang artinya "kemampuan, kapasitas. kecakapan" - Arndt) kita adalah pekerjaan dari Allah. Kata dari (ek), menunjuk kepada sumber (seperti dalam 4:7, 18; Yoh. 10:47; 18:36, 37. Bdg. I Kor. 15:10). 6. Ialah yang membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru. Perjanjian yang baru (bdg. Mat. 26:28; Ibr. 8:8, 13) menuntut adanya "manusia baru" (Ef. 2:15; 4:24) yang adalah "ciptaan baru" (II Kor. 5:17). Orang yang telah dilahirkan kembali ini, mempunyai "nama baru" (Why 2:17), menaati "perintah baru" (I Yoh. 2:7, 8), menyanyikan suatu "nyanyian baru" (Why. 14:3), menantikan "langit yang baru dan bumi yang baru" (II Ptr. 3:13; Why. 21:1) di mana terdapat "Yerusalem yang baru" (Why. 21:2) dan segala sesuatunya "baru" (Why. 21:5). Perbedaan di antara hukum yang tertulis mematikan dengan Roh menghidupkan, bukanlah perbedaan antara cara harfiah yang ekstrem dengan penafsiran Alkitab secara bebas (seperti di dalam metode alegori). Perbedaannya justru antara Hukum Taurat sebagai sistem keselamatan yang memerlukan ketaatan sempurna (bdg. Rm. 3:19, 20; 7:1-14; 8:1-11; Gal. 3:1-14) dengan Injil sebagai pemberian kasih karunia Allah di dalam Kristus. Walaupun demikian, Hukum Taurat sekalipun dapat menuntun seseorang kepada Kristus (bdg. Gal. 3:15-29), tetapi Yudaisme yang sudah merosot telah mengubahnya menjadi bentuk-bentuk yang mati (bdg. Yes. 1:10-20; Yer. 7:21-26). Zaman baru berupa "kasih karunia dan kebenaran" (Yoh. 1:17), yang sudah dinantikan pada zaman Perjanjian Lama (bdg. Yeh. 37:1-14; 47:1-12), kini sudah digenapi sepenuhnya dalam dinamika pengaturan kasih karunia (bdg. Yoh. 4:23; 6:63; Rm. 2:28; 7:6). Dalam Tingkatannya (3:7-9). 7. Bacalah Keluaran 34:29-35 sebagai latar belakang perjanjian yang "tersurat" lebih rendah nilainya daripada perjanjian yang "tersirat" dalam hal: (1) sifat dasarnya: kematian (bdg. Rm. 7:5, 10, 11; Gal. 3:10, 21, 22), (2) bentuk lahiriahnya: terukir dengan huruf pada loh-loh batu (bdg. Kel. 24:12; 31:18), (3) manfaatnya yang tidak menetap: sekalipun pudar juga. Kata kerja (katargeo) di dalam anak kalimat terakhir, berarti "memusnahkan, menghapuskan, mengesampingkan" (Arndt); terkecuali di dalam dua ayat (Luk. 13:7k dan Ibr. 2:14) kata ini di dalam Perjanjian Baru dipakai hanya oleh Paulus (mis. II Kor. 3:1, 13, 14; I Kor. 15:24, 26; II Tim. 1:10). 8. Betapa lebih besarnya lagi (ouchi), mengharapkan jawaban yang positif (seperti dalam I Kor. 9:1; 10:16, 18). Argumentasi yang dikemukakan di sini, dinamakan argumentum a minore ad majus: jika hal yang lebih kecil saja sudah demikian, betapa lebih lagi hal yang lebih besar. 9. Perjanjian yang lama diakui memiliki kemuliaan (bdg. Rm. 9:4, 5), tetapi yang baru pasti lebih besar lagi kemuliaannya (bdg. Ibr. 8:6 dst.; 9:11-15). Di dalam Perjanjian Lama, "keadilan yang kekal" (Dan. 9:24) dijanjikan akan menyertai kedatangan Mesias (bdg. Yes. 51:5-8; 56:1; Yer. 23:5, 6). Pembenaran (keadilan) tersebut telah digenapi di dalam Kristus (bdg. II Kor. 5:21; Mat. 3:15; Rm. 10:4) dan kini dikenakan kepada semua orang yang percaya kepada-Nya (bdg. II Kor. 5:21; Rm. 3:21-31; 4:1-13). Dalam Tujuannya (3:10-11). 10. Perjanjian yang baru, unggul terhadap yang lama, sebab yang baru tidak bisa dikurangi atau dibongkar. Kemuliaan yang lama hanyalah cerminan dari yang baru: yang lama itu adalah "sebagai contoh dan bayangan" (Ibr. 8:5; 10:1) dari yang baru. 11. Yang lama sedang pudar, yang baru tetap ada. Kata pudar dan tidak pudar adalah dalam bentuk present participle. Bandingkan Ibrani 12:18-28. Dalam Diagnosanya (3:12-17). 12. Yang baru, jauh melebihi yang lama di dalam kejelasan dan transparansinya. Pemakaian kata yang demikian, memunculkan sifat melekat dari hal yang dimaksudkan (seperti dalam Mat. 19:14; Yoh. 9:16; Gal. 5:21, 23; Ibr. 13:16). Paulus memakai kata pengharapan di dalam semua suratnya, terkecuali Filemon. Dengan penuh keberanian (parresia; bdg. II Kor. 7:4), melukiskan keberanian untuk berbicara yang merupakan ciri khas orang Kristen mula-mula (bdg. Kis. 2:29; 4:13, 29, 31), dan juga ciri khas Paulus (bdg. Ef. 6:19, Flp. 1:20), ketika mereka bersaksi kepada orang-orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Orang-orang percaya itu tidak malu akan Injil, sebab mereka mengetahui, bahwa Injil memiliki kekuatan dan vitalitas di dalamnya yang tidak dapat dijumpai di tempat lain (bdg. Rm. 1:16, 17). 13. Di sini kita melihat alasan dari "keberanian" orang-orang Kristen itu. Musa biasanya menyelubungi mukanya (kata kerja ini adalah dalam bentuk waktu imperfect), sehingga orang-orang Israel tidak dapat melihat hilangnya cahaya yang sementara itu. Di dalam tafsiran Paulus atas peristiwa Perjanjian Lama tersebut, kemuliaan sementara yang memancar dari wajah Musa sesudah ia berjumpa dengan Allah, menjadi lambang dari memudarnya kemuliaan perjanjian yang lama. 14. Di dalam ayat ini, Paulus memberikan penerapan rohani pada selubung jasmaniah yang dipakai Musa itu. Selubung itu sekarang menjadi selubung yang menghalangi orang Israel untuk memahami makna sesungguhnya dari Perjanjian Lama ketika mereka membacanya. Kata noema, yang di sini diterjemahkan dengan pikiran, nyaris hanya dipakai di dalam surat ini saja (2:11; 4:4, 10:5; 11:3; bdg. Flp. 4:7). Bentuk kata kerja terkait (noeo), berarti "pemikiran rasional atau pemahaman batiniah" (Arndt; bdg. pemakaiannya di dalam Yoh. 12:40; I Tim. 1:7; Ibr. 11:3). Ungkapan telah menjadi tumpul, menunjuk kepada kebutaan hukum yang menimpa Israel, sebab mereka menolak Kristus (bdg. Yoh. 12:40; Rm. 11:7, 25). Kebutaan semacam ini, mungkin disebabkan oleh Allah (bdg. Rm. 11:7, 8), Iblis (bdg. II Kor. 4:4), atau manusia itu sendiri (bdg. Ibr. 3:8). Kata kerja menyingkapkan (bentuk pasif waktu sekarang dari katargeo; lihat II Kor. 3:7b), berarti bahwa selubung kebutaan rohani ini sedang diangkat dari hati orang-orang Israel yang percaya begitu mereka "melihat" Kristus sebagai Juruselamat mereka (bdg. Yoh. 9:40, 41). 15. Terdapat kebiasaan untuk membaca Pentateukh - setiap kali mereka membaca kitab Musa - di dalam rumah ibadah (bdg. Kis. 15:21). Paulus tidak meragukan pengarangnya (bdg. Kis. 26:22; 28:23; Rm. 10:5, 19; I Kor. 9 9). Kristus bahkan harus "membuka" pikiran dari murid-Nya sendiri tentang makna Mesias dari Perjanjian Lama (bdg. Luk. 24:25, 26, 32, 44, 45). 16. Kata apabila, harus tetap dipakai. Ini adalah partikel tidak tentu yang sama dengan yang dipergunakan dalam ayat 15 (namun tidak terdapat di bagian Perjanjian Baru lainnya). Subjek dari berbalik bisa "hati" atau "dia" (maksudnya, si orang Israel). Kata kerja berbalik (epistrepho), sering kali berarti pertobatan (bdg. Luk. 1:16, 17; Kis. 3:19; 26:20; I Tes. 1:9). Manakala jiwa menjadi percaya, maka "selubung itu terangkat" -- pengangkatan selubung itu berjalan seiring dengan tindakan iman yang menyelamatkan (bdg. Yes. 25:7; Zak. 12:10). 17. Tuhan adalah Roh. Susunan kalimat di dalam bahasa Yunani ini, dengan kata sandang tertentu mendahului subjek dan predikatnya (The Lord is the Spirit) (bdg. I Yoh. 3:4), menunjukkan persamaan sifat. Yang dimaksudkan dengan Tuhan di sini adalah Yesus Kristus (demikian hampir secara umum di dalam surat-surat Paulus; mis: II Kor. 5:6, 8, 11; 8:5; 10:8; 12:1, 8). Di sini, Paulus mengajarkan, bahwa Kristus dan Roh memiliki hakikat yang sama (bdg. Yoh. 10:30), tetapi mereka tetap Pribadi yang berbeda. Sebagaimana telah diberitakan melalui nubuat (Yes. 61:1, 2; Yoel 2:28-32), pengaturan yang baru akan ditandai dengan pencurahan Roh. Tuhan Yesuslah yang mengutus Roh (bdg. Yoh. 16:7). Di mana dan "apabila" (II Kor. 3:16) ada Roh Allah membaharui hati, pasti terdapat kemerdekaan yang nyata (bdg. Yoh. 2; Gal. 5:1, 13). Dalam Kesimpulannya (3:18). Di sinilah finalnya. Dengan menggunakan Keluaran 34:29-35 sebagai latar belakang, Paulus menyajikan suatu rangkuman tentang keuntungan yang dimiliki pengaturan yang baru: (1) kemerdekaan: dengan muka yang tidak berselubung, (2) keakraban: mencerminkan kemuliaan Tuhan (bdg. Kel. 33:17-23; I Yoh. 3:1, 2), (3) kemanjuran: diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, 4) kesempurnaan: dalam kemuliaan yang semakin besar (bdg. Yes. 66:11, 12), (5) asal usul adikodrati: datangnya dari Tuhan yang adalah Roh. Pernyataan yang terakhir menyejajarkan Kristus dengan Roh di dalam kerja sama untuk mendatangkan keselamatan (bdg. II Kor. 3:17; Yoh. 7:39; 15:26; 16:6-14).Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.