Filipi 2:1-11: Nasihat Supaya Bersatu dan Merendahkan Diri Seperti Kristus
Jumat, November 27, 2020
Edit
Klik:
Philippians / Filipi 2:1-11
Php 2:1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, Php 2:2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, Php 2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; Php 2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Php 2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, Php 2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, Php 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Php 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Php 2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, Php 2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, Php 2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!Tafsiran Wycliffe
Sebuah Rujukan kepada Pengalaman Kristen (2:1-4). Di salam empat anak kalimat penyebaban yang singkat, Paulus mengemukakan suatu alasan yang kuat untuk menjalin keselarasan di dalam masyarakat Kristen. Ayat 2:1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, Anak-anak kalimat penyebaban utama (jadi karena) menganggap dasar pemikiran itu benar. Dalam Kristus ada nasihat. Landasan dari rujukan sebab berada di dalam Kristus. Penghiburan kasih. Dorongan yang disediakan oleh ikatan kasih. Persekutuan Roh. Belas kasihan satu terhadap yang lain yang dihasilkan oleh Roh Allah. Kasih mesra. Sebuah rujukan kepada kebaikan hati manusiawi. Ayat 2:2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, Sukacita Paulus akan sempurna, seandainya jemaat di Filipi terus-menerus (perhatikan bentuk waktu sekarang) sehati sepikir. Kesungguhan rasul Paulus tampak di dalam perluasan yang nyaris berlebihan - dalam satu kasih, satu jiwa (sympsyche), satu tujuan. Ayat 2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; Mencari kepentingan sendiri (bdg. 1:17) dan puji-pujian yang sia-sia (kenodoxia memadukan dua kata "hampa" dan "pandangan") merupakan musuh yang keras kepala dan sangat licik dari kehidupan Gereja. Keduanya harus bersikap rendah hati (orang-orang Yunani menganggap menonjolkan diri sudah demikian biasa, sehingga perlu diciptakan sebuah istilah yang baru) dan menganggap (kata kerja, menilai) yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri (tidak harus lebih terhormat, tetapi sebagai layak untuk diutamakan). Muller melukiskan kerendahan hati sebagai "memahami tidak berartinya diri sendiri" (op. cit., hlm. 75). Ayat 2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Sebagaimana kerendahan hati (ay. 3a) merupakan lawan dari puji-pujian yang sia-sia, memperhatikan orang lain (ay. 4) merupakan lawan dari mencari kepentingan sendiri. Teladan Utama Tentang Penyangkalan Diri (2:5-11). Untuk menunjang permintaannya agar orang tidak mementingkan diri sendiri, dan hidup dengan kerelaan untuk berkorban, Paulus mengutip sebuah kidung Gereja Mula-mula, yang dengan jitu melukiskan tindakan merendahkan diri Kristus ketika Ia berinkarnasi dan mati. (Untuk melihat pembahasan yang terbaru dan bagus mengenai bagian yang banyak dibicarakan ini, lihat Vincent Taylor, The Person of Christ, hlm. 62-79). Penafsiran selanjutnya melihat perbedaan mendasar antara kedua Adam, dan memahami "pengosongan diri" Kristus dari segi Hamba yang Menderita (bdg. A. M. Hunter, Paul and His Predecessors, hlm. 45-51 untuk melihat penyajian yang bagus mengenai pembahasan ini). Jika diingat, bahwa bahasa 2:5-11 merupakan bahasa syair, bukan teologi formal, maka banyak persoalan yang ditimbulkan oleh spekulasi kenosis (harfiah: pengosongan) secara tepat akan tampak sebagai tidak sesuai dengan ajaran hakiki dari nas ini. Ayat 2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, Hendaklah ... menaruh pikiran. Lebih tepat lagi jika diterjemahkan menjadi: Pertahankan sikap batin terhadap sesamamu sebagaimana telah diteladankan (kata kerjanya harus ditambahkan) oleh Kristus Yesus. Ayat 2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, Lebih tepat jika diterjemahkan menjadi: Sekalipun di dalam keadaan-Nya sebelum berinkarnasi memiliki sifat-sifat hakiki Allah, kesetaraan dengan Allah itu tidak dianggap-Nya harga yang harus dipertahankan untuk kepentingan-Nya (menganggap harpagmos sebagai pasif). Morphe, rupa di dalam ayat 6 dan 7 menunjukkan suatu ungkapan permanen tentang sifat-sifat hakiki, sedangkan schema, keadaan (ay. 8) mengacu kepada penampilan lahiriah yang bisa berubah-ubah. Ayat 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Melainkan telah mengosongkan diri-Nya. Ekenosen bukan dimaksudkan sebagai kiasan (yaitu, bahwa Dia membuang semua sifat ilahi-Nya), tetapi sebuah "ungkapan yang jelas tentang penyangkalan diri-Nya yang mutlak" (M. R. Vincent, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistles to the Philippians and to Philemon, hlm. 59). Perhatikan penyebutan Yesaya 53:12: "Ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut." Kristus mengosongkan diri-Nya dengan mengambil rupa seorang hamba (pemakaian kata morphic, rupa di sini menunjukkan kesungguhan dari kedudukan-Nya sebagai hamba), dan menjadi sama dengan manusia. Berbeda dengan Adam pertama, yang melakukan tindakan sia-sia untuk mencapai kesetaraan dengan Allah (Kej. 3:5), Yesus, Adam terakhir (I Kor. 15:47), merendahkan diri-Nya dan di dalam ketaatan menerima peran sebagai Hamba Yang Menderita. Ayat 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Tindakan merendahkan diri secara sukarela tidak berhenti pada inkarnasi saja, tetapi berlanjut sampai pada kedalaman-kedalaman yang memalukan, yaitu mati di kayu salib. Dibuangnya partikel sebelum staurou, salib menekankan sifat yang memalukan dari kematian itu - bahkan mati di kayu salib sekalipun. (Tentang pandangan orang Romawi mengenai penyaliban, bandingkan Cicero, In Verrem, 5.66). Ia telah merendahkan diri-Nya. Dia mengesampingkan segala hak dan kepentingan pribadi untuk memastikan kesejahteraan orang lain. Ayat 2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, Akibatnya, Allah sangat meninggikan Dia (Kenaikan-Nya ke surga dan kemuliaan di sana) dan mengaruniakan kepada-Nya Nama di atas segala nama (bisa TUHAN, kurios, nama Allah dalam Perjanjian Lama atau dipahami menurut pengertian Ibrani sebagai menunjuk kepada kedudukan dan martabat). Ayat 9-11 merupakan jawaban bagi ayat 6-8, dan secara paling jelas diterangkan dalam konteks ini (nasihat yang disela dilanjutkan kembali dalam 2:12) sebagai sisa dari kidung yang pada mulanya dikutip untuk penekanan bait pertamanya. Ayat 2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, Dengan mengutip dari Yesaya 45:23, di mana Tuhan menubuatkan, bahwa ibadah universal pada suatu hari akan dipersembahkan kepada-Nya, penulis mengemukakan, bahwa dalam Nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi. Ungkapan ini merupakan suatu pernyataan tentang universalitas dan jangan dipaksakan untuk mendukung berbagai teori yang rumit mengenai penggolongan. Ayat 2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! Kata kerja majemuk dari mengaku (exomologeo), bisa berarti "mengaku dengan ucapan syukur" walaupun ini akan tampak aneh apabila segala lidah itu mencakup baik mereka yang terhilang maupun yang diselamatkan. Yesus Kristus adalah Tuhan merupakan pengakuan iman yang paling dini dari Gereja Mula-mula (bdg. Rm. 10:9; I Kor. 12:3). Ketuhanan Kristus merupakan inti Kekristenan.Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.