Ulangan 23:21-23: Tentang Nazar
Kamis, Desember 28, 2017
Edit
Tentang Nazar. |
Setelah belajar perikop Jangan Memungut Bunga Dari Seorang Saudara Sebangsa dari Kitab Ulangan, sekarang kita belajar perikop lanjutannya, yakni Tentang Nazar.
Berikut ini tampilan ayat-ayat Firman Tuhan dalam Kitab Ulangan (Deuteronomy 23:21-23 dengan judul perikop Tentang Nazar).
Kita belajar perikop Tentang Nazar ini dengan menggunakan tafsiran / catatan Wycliffe. Semua ayat dikutip dalam bentuk tulisan italic warna biru, sedangkan tafsiran / komentar dalam tulisan biasa.
Ayat Akitab dikutip dari software e-Sword, sedangkan komentarinya dari situs Alkitab.sabda.org. Yuk kita belajar.
Deu 23:21 "Apabila engkau bernazar kepada TUHAN, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya, sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi dosa bagimu.
Deu 23:22 Tetapi apabila engkau tidak bernazar, maka hal itu bukan menjadi dosa bagimu.
Deu 23:23 Apa yang keluar dari bibirmu haruslah kaulakukan dengan setia, sebab dengan sukarela kaunazarkan kepada TUHAN, Allahmu, sesuatu yang kaukatakan dengan mulutmu sendiri."
22. Apabila engkau tidak bernazar. Di luar peraturan tentang persembahan kepada Tuhan perjanjian selaku raja yang berkuasa, harta milik dari pihak yang dikuasai adalah untuk mereka sendiri.
Sekalipun demikian, hak ini tidak dimaksudkan sebagai penghalang untuk secara bebas mengungkapkan kasih dan rasa syukur secara religius, juga bukan sebuah peluang untuk meloloskan diri dari kewajiban berdasarkan nazar sukarela yang pernah diutarakan sebelumnya.
Untuk menghormati nama-Nya Yang Kudus, Allah tidak memberikan peluang untuk bersikap sembarangan atau kebebasan dari kewajiban terhadap orang-orang yang telah membuat komitmen resmi kepada-Nya (ay. 21, 23, bdg. Im. 27, Bil. 30:2 dst.).
Perikop Selanjutnya: Dari Hal Memetik Buah Anggur dan Bulir Gandum di Tanah Orang Lain.
Berikut ini tampilan ayat-ayat Firman Tuhan dalam Kitab Ulangan (Deuteronomy 23:21-23 dengan judul perikop Tentang Nazar).
Kita belajar perikop Tentang Nazar ini dengan menggunakan tafsiran / catatan Wycliffe. Semua ayat dikutip dalam bentuk tulisan italic warna biru, sedangkan tafsiran / komentar dalam tulisan biasa.
Ayat Akitab dikutip dari software e-Sword, sedangkan komentarinya dari situs Alkitab.sabda.org. Yuk kita belajar.
Tentang Nazar (Kitab Ulangan 23:21-23)
Deu 23:21 "Apabila engkau bernazar kepada TUHAN, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya, sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi dosa bagimu.
Deu 23:22 Tetapi apabila engkau tidak bernazar, maka hal itu bukan menjadi dosa bagimu.
Deu 23:23 Apa yang keluar dari bibirmu haruslah kaulakukan dengan setia, sebab dengan sukarela kaunazarkan kepada TUHAN, Allahmu, sesuatu yang kaukatakan dengan mulutmu sendiri."
Ketentuan-ketentuan: Hidup Menurut Perjanjian (5:1-26:19).
Ketika perjanjian-perjanjian tentang kekuasaan raja dibaharui, maka peraturan-peraturannya yang merupakan bagian yang panjang dan menentukan di dalam sebuah dokumen perjanjian, diulang kembali dengan sejumlah penyempurnaan, khususnya penyempurnaan yang diperlukan sesuai dengan situasi yang berubah.
Oleh karena itu, Musa merangkum dan merumuskan ulang berbagai syarat yang dikemukakan di dalam Perjanjian Sinai.
Selanjutnya, sebagaimana peraturan-peraturan perjanjian biasanya diawali dengan tuntutan yang mendasar dan umum agar si raja yang kalah tunduk sepenuhnya kepada raja pemenang, dan sesudah itu baru dilanjutkan dengan peraturan yang lebih terinci.
Demikian pula Musa saat ini menghadapkan Israel dengan tuntutan primer, yakni mengkhususkan diri sepenuhnya untuk Tuhan (ay. 5-11), dan sesudah itu barulah dengan peraturan-peraturan tambahan tentang kehidupan sesuai perjanjian (ay. 12-26).
Berbagai Perintah Pelengkap (12:1-26:19).
Setelah melukiskan semangat batin dari kehidupan teokratis (ps. 5-11), Musa melanjutkan dengan menguraikan ketetapan dan peraturan dari bentuk lahiriah teokrasi itu (ps. 12-26).
Pasal 12:1-16:17 terutama berkenaan dengan berbagai persyaratan pentahiran dengan upacara agama.
Kewenangan pemerintahan dan hukum merupakan pokok pembahasan dalam 16:18-21:23.
Luasnya hubungan antar warga teokrasi dicantumkan di 22:1-25:19.
Rangkaian peraturan ini diakhiri dengan pengakuan ritual tentang kekuasaan Tuhan dan pernyataan akhir tentang pengesahan perjanjian (ps. 26).
Kekudusan Tatanan Ilahi (22:1-25:19).
Kasih kepada Allah menuntut sikap menghormati ketetapan-ketetapan Allah di berbagai tahapan penciptaan, dan berbagai aspek kegiatan kemanusiaan.
Seorang hamba perjanjian harus mengakui kekudusan dari tatanan alam (22:5-12), pernikahan (22:13-30), dan kerajaan teokratis (23:1-25:12 -25:12).
Dengan pengecualian sebagian terhadap tatanan alam, wilayah yang dibahas adalah hubungan antar sesama hamba perjanjian.
Dengan demikian, seluruh bagian ini berisi hukum-hukum yang pada dasarnya berintikan kasih terhadap sesama seperti terhadap dirinya sendiri (22:1-4, 25:13-16).
Di dalam perjanjian-perjanjian antara raja di luar Alkitab, juga diatur hubungan di antara sesama orang-orang yang tunduk pada sang raja itu.
Perlindungan bagi yang Lemah (23:19-24:22).
Setiap hamba perjanjian Tuhan harus dihormati.
Perangkat peraturan yang diutarakan di bagian ini dirancang untuk menjamin kekudusan dari seorang warga teokratis melalui peraturan-peraturan yang menjamin kesejahteraan, kemakmuran, dan kebebasan di dalam komitmen perjanjian terhadap seluruh umat Allah, tetapi khususnya bagi kelompok-kelompok yang kesejahteraannya terusik oleh berbagai keadaan.
Peraturan tersebut tampaknya disusun dalam kelompok-kelompok sesuai dengan titah keenam hingga kesepuluh di dalam Dasa Titah, namun dengan urutan yang agak berbeda sebagai berikut: hukum tentang kemakmuran (23:19-25), tentang keluarga (24:1-5), tentang kehidupan (24:6-15), tentang keadilan (24:16-18), dan tentang perbuatan baik (24:19-22).
22. Apabila engkau tidak bernazar. Di luar peraturan tentang persembahan kepada Tuhan perjanjian selaku raja yang berkuasa, harta milik dari pihak yang dikuasai adalah untuk mereka sendiri.
Sekalipun demikian, hak ini tidak dimaksudkan sebagai penghalang untuk secara bebas mengungkapkan kasih dan rasa syukur secara religius, juga bukan sebuah peluang untuk meloloskan diri dari kewajiban berdasarkan nazar sukarela yang pernah diutarakan sebelumnya.
Untuk menghormati nama-Nya Yang Kudus, Allah tidak memberikan peluang untuk bersikap sembarangan atau kebebasan dari kewajiban terhadap orang-orang yang telah membuat komitmen resmi kepada-Nya (ay. 21, 23, bdg. Im. 27, Bil. 30:2 dst.).
Perikop Selanjutnya: Dari Hal Memetik Buah Anggur dan Bulir Gandum di Tanah Orang Lain.