Job 26: Jawab Ayub: Siapa Dapat Mengerti Kebesaran Allah?
Senin, Juli 09, 2018
Edit
Klik:
Job 26
Job 26:1 Tetapi Ayub menjawab:
Job 26:2 "Alangkah baiknya bantuanmu kepada yang tidak kuat, dan pertolonganmu kepada lengan yang tidak berdaya!
Job 26:3 Alangkah baiknya nasihatmu kepada orang yang tidak mempunyai hikmat, dan pengertian yang kauajarkan dengan limpahnya!
Job 26:4 Atas anjuran siapakah engkau mengucapkan perkataan-perkataan itu, dan gagasan siapakah yang kaunyatakan?
Job 26:5 Roh-roh di bawah menggeletar, demikian juga air dan penghuninya.
Job 26:6 Dunia orang mati terbuka di hadapan Allah, tempat kebinasaanpun tidak ada tutupnya.
Job 26:7 Allah membentangkan utara di atas kekosongan, dan menggantungkan bumi pada kehampaan.
Job 26:8 Ia membungkus air di dalam awan-Nya, namun awan itu tidak robek.
Job 26:9 Ia menutupi pemandangan takhta-Nya, melingkupinya dengan awan-Nya.
Job 26:10 Ia telah menarik garis pada permukaan air, sampai ujung perbatasan antara terang dan gelap;
Job 26:11 tiang-tiang langit bergoyang-goyang, tercengang-cengang oleh hardik-Nya.
Job 26:12 Ia telah meneduhkan laut dengan kuasa-Nya dan meremukkan Rahab dengan kebijaksanaan-Nya.
Job 26:13 Oleh nafas-Nya langit menjadi cerah, tangan-Nya menembus ular yang tangkas.
Job 26:14 Sesungguhnya, semuanya itu hanya ujung-ujung jalan-Nya; betapa lembutnya bisikan yang kita dengar dari pada-Nya! Siapa dapat memahami guntur kuasa-Nya?"
Tafsiran Wycliffe
Jawaban Ketiga Ayub kepada Bildad (26:1-14).
Ayub secara lebih mengesankan dan dengan hasil yang lebih baik mengikuti pokok yang dikemukakan Bildad, yaitu cara-cara Allah bertindak yang penuh hikmat dan menakjubkan (bdg. 9:4-10; 12:13-25).
2-4. Ayub mengikuti kecenderungan hatinya untuk mengejek, ketika dia dengan menghina berbalik meninggalkan pengulangan Bildad yang tidak ada gunanya.
Atas anjuran siapakah engkau mengucapkan perkataan-perkataan itu? (ay. 4a). Pemikiran Bildad hanya gema dari pemikiran Elifas, dan cara Bildad memakainya untuk mempersalahkan Ayub kemungkinan besar lebih diilhami oleh Iblis daripada oleh Allah.
5-14. Roh-roh di bawah menggeletar, demikian juga air dan penghuninya (ay. 5). Lebih hebat daripada kekaguman yang ditimbulkan Allah pada diri makhluk-makhluk di sekeliling takhta surgawi (25:2) adalah kekacauan yang ditimbulkan oleh hikmat dan kekuasaan-Nya atas bayang-bayang di dunia orang mati (26:5, 6).
Entah kosmologi Ayub benar-benar sesuai dengan konsep-konsep kuno atau hanya merupakan ungkapan secara kiasan saja, tidak disajikan sebagai penyataan normatif yang pasti.
Di dalam mengulas bukti-bukti dari kebesaran Allah, sang pembicara kini beralih dari dunia orang mati ke dunia ini (ay. 7-13).
Sekalipun ayat 7 bisa diartikan sebagai tindakan menciptakan, bagian ini secara keseluruhan melukiskan pengaturan alam secara umum oleh Allah.
Membentangkan utara di atas kekosongan (ay. 7a) mengacu kepada langit utara.
Ia menutupi pemandangan takhta-Nya, (ay. 9a) artinya: Dia menyelimuti langit dengan awan.
Pembatasan pada 26:10b tidak menyangkut waktu, tetapi menyangkut ruang.
Tiang-tiang langit (ay. 11) adalah gunung-gunung yang puncaknya tersembunyi di dalam awan.
Meremukkan Rahab dengan kebijaksanaan-Nya (ay. 12b) ... tangan-Nya menembus ular yang tangkas (ay. 13b). Allah mengendalikan air yang ada di atas dan di bawah untuk memperoleh tatanan iklim yang cocok.
Tentang perumpamaan mitologisnya, bandingkan dengan Yesaya 27:1; naskah Ugarit, Gordon UH 67, I:1 dan seterusnya.
Sesungguhnya, semuanya itu hanya ujung-ujung jalan-Nya; betapa lembutnya bisikan yang kita dengar dari pada-Nya (ay. 14a, b; bdg. ps. 28).
Andaikata sahabat-sahabat Ayub menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, pastilah mereka menghindari melakukan salah tafsir seperti itu.
Pujian Ayub atas kesempurnaan dari pengetahuan Allah bertolak belakang dengan pendapat mereka, bahwa Ayub termasuk orang yang tidak beriman.
Keputusan-keputusan Manusia (4:1-37:24).
Karena dialog antara Ayub dengan sahabat-sahabatnya terkait dengan keluhan Ayub dan bukan secara langsung dengan penderitaan yang dialaminya, maka misi dari para sahabat lebih merupakan usaha penghakiman daripada penghiburan pastoral, dan ini makin nyata dalam siklus pembicaraan selanjutnya (tentang struktur siklus dialog ini lihat Garis Besar).
Para sahabat tersebut mengambil kedudukan sebagai dewan penatua yang siap menghakimi seorang pelanggar yang keras hati.
Pertimbangan kesalahan Ayub mencakup pembahasan tentang aspek-aspek yang lebih luas dari masalah teodise, tetapi selalu dengan memperhatikan penghukuman dan kasus khusus Ayub.
Oleh karena itu, bagi Ayub perdebatan itu bukan merupakan penyelidikan akademis yang obyektif tentang penderitaan pada umumnya, melainkan suatu fase baru yang lebih menyakitkan dari penderitaannya.
Para sahabat itu diperdaya oleh ketaatan mereka pada teori tradisional sehingga ikut membantu serta bersekongkol dengan Iblis dalam memusuhi Allah dan menggelapkan jalan hikmat bagi hamba Allah, Ayub.
Tetapi perdebatan ini berguna untuk membungkam hikmat dunia dan dengan demikian mempersiapkan penyajian pendekatan sesuai perjanjian terhadap hikmat yang muncul dalam percakapan antara Elihu dan Tuhan sendiri.
Sekali lagi, di dalam permohonan banding Ayub kepada mahkamah tertinggi mengingat keputusan-keputusan manusia tidak sesuai dengan keadaan, yang terungkap dalam kerinduan Ayub yang mendalam untuk membela dirinya di hadapan Tuhan, perdebatan tersebut sampai membuat Allah harus menampakkan diri.
Sumber bahan: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.