Job 25: Pendapat Bildad, Bahwa Tidak Seorangpun Benar Di Hadapan Allah

Klik:

Job 25


Job 25:1 Maka Bildad, orang Suah, menjawab:

Job 25:2 "Kekuasaan dan kedahsyatan ada pada Dia, yang menyelenggarakan damai di tempat-Nya yang tinggi.

Job 25:3 Dapatkah dihitung pasukan-Nya? Dan siapakah yang tidak disinari terang-Nya?

Job 25:4 Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih?

Job 25:5 Sesungguhnya, bahkan bulanpun tidak terang dan bintang-bintangpun tidak cerah di mata-Nya.

Job 25:6 Lebih-lebih lagi manusia, yang adalah berenga, anak manusia, yang adalah ulat!"


Tafsiran Wycliffe


Kata-kata Nasihat Ketiga dari Bildad (25:1-6).

Bildad menghindari tantangan Ayub.

Sekalipun demikian, karena dia sangat ingin mengatakan sesuatu, Bildad mengulang kembali gagasan-gagasan yang sudah diungkapkan oleh Elifas sebelumnya (bdg. 4:17 dst.; 15:14 dst.) dan telah diterima oleh Ayub (bdg. 9:2; 14:4).

Pengulangan yang tidak pada tempatnya itu menunjukkan, bahwa para ahli filsafat itu sudah kehabisan akal.

Usaha Bildad yang singkat dan rapuh menunjukkan, bahwa mereka sudah kehabisan napas.

Kegagalan Zofar untuk berbicara sesudah ini merupakan sikap diam dari orang yang kalah (bdg. 29:22).

Ayub, cacing di dalam debu yang tidak ada artinya, menurut Bildad, dibandingkan dengan makhluk-makhluk surgawi yang penuh kemuliaan (ay. 6) jangan berharap untuk bisa membuktikan ketidakbersalahannya di hadapan Allah (ay. 4), yang kemegahan-Nya tetap secara universal (ay. 2, 3), bahkan sanggup mengalahkan kecemerlangan sinar bulan dan bintang-bintang di langit (ay. 5).

Uraian Bildad ini penuh sikap hormat namun tidak mengena.

Keputusan-keputusan Manusia (4:1-37:24).

Karena dialog antara Ayub dengan sahabat-sahabatnya terkait dengan keluhan Ayub dan bukan secara langsung dengan penderitaan yang dialaminya, maka misi dari para sahabat lebih merupakan usaha penghakiman daripada penghiburan pastoral, dan ini makin nyata dalam siklus pembicaraan selanjutnya (tentang struktur siklus dialog ini lihat Garis Besar).

Para sahabat tersebut mengambil kedudukan sebagai dewan penatua yang siap menghakimi seorang pelanggar yang keras hati.

Pertimbangan kesalahan Ayub mencakup pembahasan tentang aspek-aspek yang lebih luas dari masalah teodise, tetapi selalu dengan memperhatikan penghukuman dan kasus khusus Ayub.

Oleh karena itu, bagi Ayub perdebatan itu bukan merupakan penyelidikan akademis yang obyektif tentang penderitaan pada umumnya, melainkan suatu fase baru yang lebih menyakitkan dari penderitaannya.

Para sahabat itu diperdaya oleh ketaatan mereka pada teori tradisional sehingga ikut membantu serta bersekongkol dengan Iblis dalam memusuhi Allah dan menggelapkan jalan hikmat bagi hamba Allah, Ayub.

Tetapi perdebatan ini berguna untuk membungkam hikmat dunia dan dengan demikian mempersiapkan penyajian pendekatan sesuai perjanjian terhadap hikmat yang muncul dalam percakapan antara Elihu dan Tuhan sendiri.

Sekali lagi, di dalam permohonan banding Ayub kepada mahkamah tertinggi mengingat keputusan-keputusan manusia tidak sesuai dengan keadaan, yang terungkap dalam kerinduan Ayub yang mendalam untuk membela dirinya di hadapan Tuhan, perdebatan tersebut sampai membuat Allah harus menampakkan diri.

Sumber bahan: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel