Job 3: Keluh Kesah Ayub
Senin, Juli 02, 2018
Edit
Klik:
Job 3
Job 3:1 Sesudah itu Ayub membuka mulutnya dan mengutuki hari kelahirannya.
Job 3:2 Maka berbicaralah Ayub:
Job 3:3 "Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku dan malam yang mengatakan: Seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan.
Job 3:4 Biarlah hari itu menjadi kegelapan, janganlah kiranya Allah yang di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya terang menyinarinya.
Job 3:5 Biarlah kegelapan dan kekelaman menuntut hari itu, awan-gemawan menudunginya, dan gerhana matahari mengejutkannya.
Job 3:6 Malam itu--biarlah dia dicekam oleh kegelapan; janganlah ia bersukaria pada hari-hari dalam setahun; janganlah ia termasuk bilangan bulan-bulan.
Job 3:7 Ya, biarlah pada malam itu tidak ada yang melahirkan, dan tidak terdengar suara kegirangan.
Job 3:8 Biarlah ia disumpahi oleh para pengutuk hari, oleh mereka yang pandai membangkitkan marah Lewiatan.
Job 3:9 Biarlah bintang-bintang senja menjadi gelap; biarlah ia menantikan terang yang tak kunjung datang, janganlah ia melihat merekahnya fajar,
Job 3:10 karena tidak ditutupnya pintu kandungan ibuku, dan tidak disembunyikannya kesusahan dari mataku.
Job 3:11 Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan?
Job 3:12 Mengapa pangkuan menerima aku; mengapa ada buah dada, sehingga aku dapat menyusu?
Job 3:13 Jikalau tidak, aku sekarang berbaring dan tenang; aku tertidur dan mendapat istirahat
Job 3:14 bersama-sama raja-raja dan penasihat-penasihat di bumi, yang mendirikan kembali reruntuhan bagi dirinya,
Job 3:15 atau bersama-sama pembesar-pembesar yang mempunyai emas, yang memenuhi rumahnya dengan perak.
Job 3:16 Atau mengapa aku tidak seperti anak gugur yang disembunyikan, seperti bayi yang tidak melihat terang?
Job 3:17 Di sanalah orang fasik berhenti menimbulkan huru-hara, di sanalah mereka yang kehabisan tenaga mendapat istirahat.
Job 3:18 Dan para tawanan bersama-sama menjadi tenang, mereka tidak lagi mendengar suara pengerah.
Job 3:19 Di sana orang kecil dan orang besar sama, dan budak bebas dari pada tuannya.
Job 3:20 Mengapa terang diberikan kepada yang bersusah-susah, dan hidup kepada yang pedih hati;
Job 3:21 yang menantikan maut, yang tak kunjung tiba, yang mengejarnya lebih dari pada menggali harta terpendam;
Job 3:22 yang bersukaria dan bersorak-sorai dan senang, bila mereka menemukan kubur;
Job 3:23 kepada orang laki-laki yang jalannya tersembunyi, yang dikepung Allah?
Job 3:24 Karena ganti rotiku adalah keluh kesahku, dan keluhanku tercurah seperti air.
Job 3:25 Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.
Job 3:26 Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul."
Tafsiran Wycliffe
Ketidaksabaran Ayub (3:1-26).
Di antara puncak ketabahan rohani Ayub di bagian pendahuluan dan penutup terbentang jurang penderitaan rohani Ayub.
Penurunan ke dalam dan pendakian ke luar dari jurang itu ditandai oleh beberapa perubahan sifat rohani yang dramatis dan mendadak.
Perubahan-perubahan ini dilukiskan dalam nas-nas peralihan yang singkat (ps. 3; 42:1-6).
Nas-nas peralihan yang pertama melukiskan lompatan Ayub secara tiba-tiba dan mengejutkan dari kesabaran ke dalam keputusasaan yang mendalam.
1. Mengutuki hari kelahirannya. Apakah yang mengubah madah pujian Ayub yang menunjukkan sikapnya yang tunduk kepada Allah menjadi kutukan yang tanpa kendali?
Apakah ketahanan rohaninya sudah habis akibat penderitaan jasmani yang terus-menerus menderanya siang dan malam?
Atau apakah dengan melihat rekan-rekan terhormat dari masa jayanya membuat ia mengingat kembali dengan jelas seluruh kehormatan dan kemakmuran masa lalu yang sudah sirna itu?
Ataukah karena wajah para sahabat itu, yang terperanjat dengan rasa kasihan yang tak terucapkan, menunjukkan dengan jelas sekali keadaannya yang buruk saat itu?
Bukankah kunci jawabannya terdapat di dalam identitas para sahabat Ayub tersebut sebagai "orang-orang yang mempunyai hikmat"?
Kehadiran para ahli filsafat hidup tersebut membuat Ayub mau tidak mau akhirnya juga berfilsafat tentang pengalamannya yang menyedihkan itu.
Namun makin bersungguh-sungguh Ayub mencari jawaban makin sadar dia akan tembok misteri yang meliputi dirinya.
Ketika mencari Penyebab (the Why), Ayub tahu-tahu sudah kehilangan Jalan (the Way).
Dihantui oleh kekhawatiran yang sangat, bahwa Allah telah meninggalkan dirinya, Ayub mengutuk hidupnya yang terabaikan itu.
Baik pada saat itu maupun kemudian, Ayub tidak menggenapi nubuat Iblis, bahwa dia pasti akan mengutuk Allah.
Tetapi, dengan mengutuk kehidupannya sendiri, Ayub sebenarnya mencoba berdebat dengan Yang Berdaulat, yang telah menetapkan kehidupannya itu.
Apa pun yang tidak disertai iman adalah dosa; oleh karena itu Ayub kemudian harus bertobat (bdg. 42:1-6) sebagai cara untuk berdamai kembali dengan Allah.
3-10. Kesengsaraan tak terelakkan yang dihadapi Ayub saat ini menghapus semua ingatan akan masa-masa jayanya pada saat Ayub meratapi kenyataan, bahwa dirinya telah dilahirkan.
Kiranya Yang Mahakuasa tidak menerangi hari kelahirannya (ay. 4), tetapi biarlah kegelapan dan kekelaman menuntut hari itu (ay. 5a).
Kiranya malam saat ia dijadikan dalam kandungan dihapuskan dari tarikh waktu yang ada (ay. 6), agar Lewiatan (ay. 8b; sebuah simbol mitologis dari musuh tatanan alam semesta) menelannya ke dalam kekacau-balauan.
11-19. Mengapa? Kutukan yang tiba-tiba meledak berganti dengan ratapan yang mengenaskan.
Mengapa sejak dirinya dikandung dan dilahirkan tidak terjadi keguguran atau mati waktu lahir (ay. 11, 16)?
Bahkan terkurung dalam kubur yang gelap - belum dicerahkan oleh kemuliaan kebangkitan Kristus tampaknya merupakan kehidupan yang jauh lebih baik.
Di situ Ayub, orang yang terbuang dan diejek oleh orang-orang hina serta bodoh, dapat berbagi nasib dengan para raja dan pembesar (ay. 14, 15); di sana semua orang yang menderita akibat ulah "orang jahat" dan para tuan tanah merasa bebas dari orang-orang yang mengganggu mereka (ay. 17-19).
20-26. Mengapa, setelah tidak mati waktu lahir tetapi justru disambut dan dipelihara (ay. 12), kehidupan menyedihkan ini berlanjut terus?
Pada saat keluhannya mendekati akhir, Ayub akhirnya mengutarakan inti persoalannya: mengapa Allah memberikan terang hidup kepada orang laki-laki yang jalannya tersembunyi, yang dikepung Allah? (ay. 23; bdg. ay. 20).
Kata yang dipakai oleh Iblis sebelumnya untuk melukiskan keadaan Ayub sebagai dikelilingi oleh pagar buatan Allah (1:10), kini dipakai Ayub untuk dirinya sebagai orang yang dikepung Allah dengan kegelapan dan kebencian.
Sumber bahan: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.