Job 15: Pendapat Elifas Bahwa Orang Fasik Akan Binasa
Jumat, Juli 06, 2018
Edit
Klik:
Job 15
Job 15:1 Maka Elifas, orang Teman, menjawab:
Job 15:2 "Apakah orang yang mempunyai hikmat menjawab dengan pengetahuan kosong, dan mengisi pikirannya dengan angin?
Job 15:3 Apakah ia menegur dengan percakapan yang tidak berguna, dan dengan perkataan yang tidak berfaedah?
Job 15:4 Lagipula engkau melenyapkan rasa takut dan mengurangi rasa hormat kepada Allah.
Job 15:5 Kesalahanmulah yang mengajar mulutmu, dan bahasa orang licik yang kaupilih.
Job 15:6 Mulutmu sendirilah yang mempersalahkan engkau, bukan aku; bibirmu sendiri menjadi saksi menentang engkau.
Job 15:7 Apakah engkau dilahirkan sebagai manusia yang pertama, atau dijadikan lebih dahulu dari pada bukit-bukit?
Job 15:8 Apakah engkau turut mendengarkan di dalam musyawarah Allah dan meraih hikmat bagi dirimu?
Job 15:9 Apakah yang kauketahui, yang tidak kami ketahui? Apakah yang kaumengerti, yang tidak terang bagi kami?
Job 15:10 Di antara kami juga ada orang yang beruban dan yang lanjut umurnya, yang lebih tua umurnya dari pada ayahmu.
Job 15:11 Kurangkah artinya bagimu penghiburan Allah, dan perkataan yang dengan lemah lembut ditujukan kepadamu?
Job 15:12 Mengapa engkau dihanyutkan oleh perasaan hatimu dan mengapa matamu menyala-nyala,
Job 15:13 sehingga engkau memalingkan hatimu menentang Allah, dan mulutmu mengeluarkan perkataan serupa itu?
Job 15:14 Masakan manusia bersih, masakan benar yang lahir dari perempuan?
Job 15:15 Sesungguhnya, para suci-Nya tidak dipercayai-Nya, seluruh langitpun tidak bersih pada pandangan-Nya;
Job 15:16 lebih-lebih lagi orang yang keji dan bejat, yang menghirup kecurangan seperti air.
Job 15:17 Aku hendak menerangkan sesuatu kepadamu, dengarkanlah aku, dan apa yang telah kulihat, hendak kuceritakan,
Job 15:18 yakni apa yang diberitakan oleh orang yang mempunyai hikmat, yang nenek moyang mereka tidak sembunyikan,
Job 15:19 ketika hanya kepada mereka negeri itu diberikan, dan tidak ada seorang asingpun masuk ke tengah-tengah mereka.
Job 15:20 Orang fasik menggeletar sepanjang hidupnya, demikian juga orang lalim selama tahun-tahun yang disediakan baginya.
Job 15:21 Bunyi yang dahsyat sampai ke telinganya, pada masa damai ia didatangi perusak.
Job 15:22 Ia tidak percaya, bahwa ia akan kembali dari kegelapan: ia sudah ditentukan untuk dimakan pedang.
Job 15:23 Ia mengembara untuk mencari makan, entah ke mana. Ia tahu, bahwa hari kegelapan siap menantikan dia.
Job 15:24 Ia ditakutkan oleh kesesakan dan kesempitan, yang menggagahinya laksana raja yang siap menyergap.
Job 15:25 Karena ia telah mengedangkan tangannya melawan Allah dan berani menantang Yang Mahakuasa;
Job 15:26 dengan bertegang leher ia berlari-lari menghadapi Dia, dengan perisainya yang berlapis tebal.
Job 15:27 Mukanya telah ditutupinya dengan lemak, dan lapisan lemak dikenakannya pada pinggangnya;
Job 15:28 ia menetap di kota-kota yang telah hancur, di rumah-rumah yang tidak dapat didiami orang, yang ditentukan untuk tetap menjadi reruntuhan.
Job 15:29 Ia takkan menjadi kaya dan hartanya tidak kekal, serta miliknyapun tidak bertambah-tambah di bumi.
Job 15:30 Ia tidak akan luput dari kegelapan, tunasnya akan dilayukan oleh nyala api, dan ia akan dilenyapkan oleh nafas mulut-Nya.
Job 15:31 Janganlah ia percaya kepada kesia-siaan, akan tertipulah ia, karena kesia-siaan akan menjadi ganjarannya.
Job 15:32 Sebelum genap masanya, ajalnya akan sampai; dan rantingnyapun tidak akan menghijau.
Job 15:33 Ia seperti pohon anggur yang gugur buahnya dan seperti pohon zaitun yang jatuh bunganya.
Job 15:34 Karena kawanan orang-orang fasik tidak berhasil, dan api memakan habis kemah-kemah orang yang makan suap.
Job 15:35 Mereka menghamilkan bencana dan melahirkan kejahatan, dan tipu daya dikandung hati mereka."
Tafsiran Wycliffe
Kata-kata Nasihat Kedua dari Elifas (15:1-35).
Betapa satu ronde perdebatan dapat menjauhkan hubungan sahabat.
Elifas yang sopan bahkan melupakan tata krama pembukaan pembicaraan.
Semua berupa peringatan yang bersifat menyalahkan.
Orang berhikmat itu menunjukkan kepekaannya terhadap sikap Ayub yang meremehkan (bdg. 12:2, 3, 7 dst.; 13:1, 2, 5, 12) dengan cara kembali pada hikmat relatif dirinya setiap kali ia mengutarakan tuduhan baru (bdg. ay. 1 dst., 7 dst., 17 dst.).
1-6. Pengetahuan kosong (ay. 2a). Harfiahnya, pengetahuan yang isinya angin (ay. 2b).
Berbagai klaim Ayub tentang hikmat yang dimilikinya diingkari oleh ucapan-ucapannya yang tidak berfaedah (ay. 3).
Lagipula engkau melenyapkan rasa takut dan mengurangi rasa hormat kepada Allah (ay. 4). Luapan-luapan emosional Ayub yang tidak senonoh itu lebih buruk daripada ungkapan emosional yang tidak terkendali, sebab mengurangi nilai takut akan Allah dan karenanya merusak agama.
Bahasa orang licik (ay. 5b). Mungkin kiasan untuk "kelicinan" (kata yang sama) ular pada Kejadian 3:1.
Kesalahan Ayub terungkap melalui kata-katanya (ay. 5), dan kata-katanya itu membuktikan, bahwa dirinya bersalah (ay. 6).
7-16. Para sahabat Ayub itu lebih tua dari Ayub, sehingga tentu hikmat mereka juga lebih banyak (ay. 7-10; bdg. 12:12).
Keberanian Ayub justru sebaliknya, ia tidak sezaman dengan Adam maupun makhluk purbakala lainnya (ay. 7; bdg. personifikasi hikmat di Amsal 8:22 dst.).
Ayub juga tidak memiliki pengetahuan rahasia yang khusus tentang ketetapan-ketetapan Allah (15:8; bdg. suasana di surga pada awal kitab).
Mungkin ayat 10 khusus mengacu kepada Elifas.
Kurangkah artinya bagimu penghiburan Allah? (ay. 11). Suatu gambaran yang agak baik tentang nasihat para sahabat Ayub, namun selaras dengan apa yang diduga sebagai penyataan khusus Elifas (4:12 dst.) yang sekarang dikemukakannya (ay. 14-16; bdg. 4:17-19).
Maksud dari pengulangan ini terungkap dengan membandingkan 15:16 dengan 4:19, Elifas berusaha mengungkapkan penilaian yang sudah dibaharui tentang Ayub sebagai orang yang secara menjijikkan ingin mengejar dosa.
17-35. Ketika hanya kepada mereka negeri itu diberikan (ay. 19a). Di samping pandangan pribadi rekan-rekan sezaman yang paling tua (ay. 17; bdg. ay. 10), Elifas meminta persetujuan dari tradisi yang paling murni (ay. 18, 19) untuk mendukung dogmanya mengenai hukuman dan menentang ajaran Ayub yang sesat, bahwa orang yang tidak saleh sering kali makmur hidupnya (bdg. 12:6). Kemakmuran orang fasik hanya bersifat khayal saja (ay. 20-35).
Ia tidak percaya, bahwa ia akan kembali dari kegelapan (ay. 22a). Kesejahteraannya dihancurkan oleh firasat tentang malapetaka yang tidak dapat ditolong (ay. 20-24), yaitu berbagai firasat yang menyiksa dari nurani yang tercemar oleh kenikmatan duniawi dan penghinaan kepada Allah (ay. 25-28).
Setiap usahanya yang menjanjikan kemakmuran terbukti gagal (ay. 29-34) sesuai dengan hukum pembalasan (ay. 35) yang mungkin tertunda namun tidak bisa dielakkan.
Di sini Elifas mengutarakan kunci para konselor itu untuk ronde perdebatan kedua.
Keputusan-keputusan Manusia (4:1-37:24).
Karena dialog antara Ayub dengan sahabat-sahabatnya terkait dengan keluhan Ayub dan bukan secara langsung dengan penderitaan yang dialaminya, maka misi dari para sahabat lebih merupakan usaha penghakiman daripada penghiburan pastoral, dan ini makin nyata dalam siklus pembicaraan selanjutnya (tentang struktur siklus dialog ini lihat Garis Besar).
Para sahabat tersebut mengambil kedudukan sebagai dewan penatua yang siap menghakimi seorang pelanggar yang keras hati.
Pertimbangan kesalahan Ayub mencakup pembahasan tentang aspek-aspek yang lebih luas dari masalah teodise, tetapi selalu dengan memperhatikan penghukuman dan kasus khusus Ayub.
Oleh karena itu, bagi Ayub perdebatan itu bukan merupakan penyelidikan akademis yang obyektif tentang penderitaan pada umumnya, melainkan suatu fase baru yang lebih menyakitkan dari penderitaannya.
Para sahabat itu diperdaya oleh ketaatan mereka pada teori tradisional sehingga ikut membantu serta bersekongkol dengan Iblis dalam memusuhi Allah dan menggelapkan jalan hikmat bagi hamba Allah, Ayub.
Tetapi perdebatan ini berguna untuk membungkam hikmat dunia dan dengan demikian mempersiapkan penyajian pendekatan sesuai perjanjian terhadap hikmat yang muncul dalam percakapan antara Elihu dan Tuhan sendiri.
Sekali lagi, di dalam permohonan banding Ayub kepada mahkamah tertinggi mengingat keputusan-keputusan manusia tidak sesuai dengan keadaan, yang terungkap dalam kerinduan Ayub yang mendalam untuk membela dirinya di hadapan Tuhan, perdebatan tersebut sampai membuat Allah harus menampakkan diri.
Sumber bahan: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.