Isaiah 1:1: Judul

Klik:

Isaiah 1:1


Isa 1:1 Penglihatan yang telah dilihat Yesaya bin Amos tentang Yehuda dan Yerusalem dalam zaman Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia, raja-raja Yehuda.

Tafsiran Wycliffe


1. Judul: Penglihatan. Sebuah istilah (hăzôn) teknis untuk penyataan ilahi, seperti sesuatu yang diperlihatkan di depan mata hati sang nabi.

Sebenarnya, tidak ada penglihatan (menurut pengertian modern dari kata itu) dalam seluruh pasal pertama ini.

Yesaya. Bahasa Ibrani, yesha'yãhû, "TUHAN adalah keselamatan."

Amos, "kuat" atau "pemberani."

Uzia, juga dikenal sebagai Azarya, seorang raja yang baik (memerintah 767-740 sM), tetapi jatuh dalam dosa kesombongan dan akhirnya menderita kusta.

Yotam. (menjadi raja - pendamping 760-740 sM dan menjadi raja 740-736 sM).

Pengganti Uzia ialah Ahas (736-716 sM). Yang tidak takut kepada Tuhan. Dia adalah raja yang jahat, penyembah berhala dan menyesatkan rakyat.

Hizkia (menjadi raja - pendamping 726-716 sM, menjadi raja 716-698 sM). Anak laki-laki Ahas yang saleh, mengembangkan pembaharuan (reformasi) agama dan sungguh-sungguh memperhatikan pesan Yesaya, kecuali dalam soal kebijaksanaan yang pro-Mesir.

GARIS BESAR YESAYA


(Bagian-bagian pokok garis besar ini mengikuti analisis sangat bagus dari B. F. Copass dalam The Prince of the Prophets.)

JILID I. TEGURAN DAN JANJI, 1:1-6:13
Khotbah I. Pemberontakan Diperhadapkan dengan Hukuman dan Anugerah 1:1-31
Khotbah II. Hukuman atas Dosa sebagai Persiapan untuk Menyongsong Kemuliaan 2:1-4:6
Khotbah III. Hukuman dan Pembuangan yang Akan Menimpa Israel 5:1-30
Khotbah IV. Sang Nabi Disucikan dan Ditugaskan oleh Allah 6:1-13

JILID II. IMANUEL 7:1-12:6
Khotbah I. lmanuel Ditolak oleh Hikmat Duniawi 7:1-25
Khotbah II. Penyelamatan oleh Mesias Digambarkan Sebelumnya 8:1-9:7
Khotbah III. Samaria yang Congkak Dihukum dalam Pembuangan 9:8-10:4
Khotbah IV. Kerajaan Dunia Hancur; Kerajaan Mulia akan Datang 10:5-12:6
A. Alat Allah untuk Menghukum pada Gilirannya Dihukum 10:5-34
B. Mesias akan Memulihkan dan Memerintah 11:1-16
C. Nyanyian Syukur dan Kemenangan Orang-orang yang Ditebus Kristus 12:1-6

JILID III. BERBAGAI UCAPAN ILAHI TENTANG HUKUMAN ATAS BANGSA-BANGSA LAIN 13:1-23:18
Ucapan Ilahi I. Kejatuhan Babel; Rajanya Dibuang ke dalam Dunia Orang Mati 13:1-14:27
Ucapan Ilahi II. Kehancuran Filistea 14:28-32
Ucapan Ilahi III. Kehancuran Moab 15:1-16:14
Ucapan Ilahi IV. Kehancuran Damsyik dan Samaria 17:1-14
Ucapan Ilahi V. Kehancuran dan Pertobatan Etiopia 18:1-7
Ucapan Ilahi VI. Penderitaan Mesir 19:1-20:6
Ucapan Ilahi VII. Babel akan Ditaklukkan dan Berhala-berhalanya Dihancurkan 21:1-10
Ucapan Ilahi VIII. Kekalahan bagi Edom; Kemenangan bagi Israel 21:11, 12
Ucapan Ilahi IX. Dedan dan Kedar akan Dihancurkan 21:13-17
Ucapan Ilahi X. Kejatuhan Yerusalem Diramalkan; Elyakim akan Menggantikan Sebna 22:1-25
Ucapan Ilahi XI. Kehancuran serta Perbudakan atas Tirus 23:1-18.

JILID IV. TEGURAN DAN JANJI UMUM, I. (24:1-27:13)
Khotbah I. Hukuman Universal terhadap Dosa Universal 24:1-23
Khotbah II. TUHAN Dipuji sebagai Penyelamat dan Penghibur dari Sion 25:1-12
Khotbah III. Nyanyian Sukacita karena Penghiburan Yehuda 26:1-23
Khotbah IV. Para Penindas akan Dihukum, tetapi Umat Allah Diselamatkan 27:1-13

JILID V. UCAPAN CELAKA ATAS ORANG ISRAEL YANG TIDAK PERCAYA 28:1 - 33:24
Khotbah I. Hukuman Bagi Pemabuk-pemabuk Efraim dan Orang Yahudi Pencemooh 28:1-29
Khotbah II. Malapetaka yang Akan Datang bagi Orang-orang Munafik 29:1-24
Khotbah III. Mengandalkan Kekuatan Mesir versus Mengandalkan Allah 30:1-33
Khotbah IV. Allah, Bukan Mesir yang akan Merupakan Perlindungan bagi Yerusalem 31:1-9
Khotbah V. Puncak Keselamatan Israel dan Pemulihan Rohaninya 32:1-20
Khotbah VI. Hukuman bagi Para Pengkhianat dan Kemenangan Kristus 33:1-24

JILID VI. TEGURAN DAN JANJI UMUM, II. 34:1-35:10
Khotbah I. Kehancuran Total Penguasa-penguasa Dunia 34:1-17
Khotbah II. Berkat pada Jalan Kekudusan 35:1-10

JILID VII. MENGENAI HIZKIA 36:1-39:8

Yehuda Terhindar dari Kehancuran 36:1-37:38
Adegan 1. Asyur sebagai Kekuatan Dunia Menantang TUHAN 36:1-22
Adegan 2. Tuhan Menjawab dan Menghukum Asyur 37:1-38

Raja Yehuda Terhindar dari Kehancuran 38:1-39:8
Adegan 1. Hizkia Sembuh dari Penyakit Mematikan 38:1-22
Adegan 2. Kesombongan Bodoh Hizkia dan Teguran Allah 39:1-8.

JILID VIII. MENGENAI PENGHIBURAN 40:1-66:24
Bagian I. Tujuan Damai Sejahtera 40:1-48:22
Khotbah I. Keagungan Tertinggi TUHAN, Sang Penghibur 40:1-31
Khotbah II. Tantangan Allah pada Para Penyembah Berhala 41:1-29
Khotbah III. Hamba TUHAN - Pribadi maupun Bangsa 42:1-25
Khotbah IV. Bangsa Saksi Tuhan Diselamatkan dari Perbudakan Bangsa Kasdim 43:1-28
Khotbah V. Kesaksian Israel bagi Allah Melawan Berhala-berhala 44:1-28
Khotbah VI. Datangnya Pelepas dari Bangsa Lain, dan Pertobatan Orang-orang Kafir 45:1-25
Khotbah VII. Babel Runtuh dan Israel Terpelihara 46:1-47:15
Khotbah VIII. Kehormatan Allah akan Dijunjung Tinggi karena Kelepasan Israel 48:1-22

Bagian II. Raja Damai 49:1-57:21
Khotbah I. Mesias akan Memulihkan Israel dan Memberikan Terang bagi Bangsa-bangsa Lain 49:1-26
Khotbah II. Keadaan Berdosa Israel dan Ketaatan Hamba TUHAN 50:1-11
Khotbah III. Dorongan Agar Bersandar kepada Allah, Bukan Takut kepada Manusia 51:1-16
Khotbah IV. Israel Diminta untuk Bangun dan Berpaling pada Kebaikan Allah 51:17-52:12
Khotbah V. Hamba TUHAN Mengadakan Pendamaian Mengganti Orang Lain 52:13-53:12
Khotbah VI. Berkat-berkat yang Dihasilkan bagi Israel dan Gereja 54:1-17
Khotbah VII. Anugerah Allah kepada Orang-orang Berdosa, Bertobat 55:1-13
Khotbah VIII. Bangsa-bangsa Lain akan Ikut Menerima Berkat Keselamatan Israel 56:1-8
Khotbah IX. Celaan Terhadap Para Pemimpin Israel yang Fasik 56:9-57:21

Bagian III. Rencana Damai Sejahtera 58:1-66:24
Khotbah I. Ibadah Palsu Dibedakan dengan Ibadah yang Sejati 58:1-14
Khotbah II. Pengakuan Israel dan Penyelamatan oleh Allah 59:1-21
Khotbah III. Terang dan Damai Sejahtera Umat yang Ditebus Allah 60:1-22
Khotbah IV. Injil Pembawa Sukacita dari Pribadi Yang Diurapi 61:1-11
Khotbah V. Pemulihan Sion; Kebinasaan Bangsa Kafir 62:1-63:6
Khotbah VI. Permohonan Israel akan Pertolongan, Berdasarkan Kasih Setia TUHAN pada Masa Lalu 63:7-64:12
Khotbah VII. Kasih Setia Allah Disediakan bagi Israel Rohani 65:1-25
Khotbah VIII. Berkat bagi Orang Beriman Sejati pada Zaman Akhir 66:1-24

PENDAHULUAN YESAYA


Tanggal dan Kepenulisan. Yesaya bin Amos rupanya adalah orang sangat terhormat di Yerusalem yang mempunyai kebebasan untuk masuk ke istana raja, dan merupakan penasihat kepercayaan raja Hizkia.

Pelayanannya dimulai sejak raja Uzia meninggal pada tahun 740 SM (kalau tidak lebih awal lagi) sampai masa pemerintahan raja Manasye yang menyembah berhala.

Barangkali dia dianiaya dan dibunuh sebagai martir oleh raja ini.

Menurut cerita tradisi, dia dibunuh dengan digergaji hingga hancur (bdg. Ibr. 11:37).

Kelihatannya dia tidak lagi berkhotbah di muka umum setelah Manasye naik takhta tahun 698 SM, tetapi membatasi penyampaian pesannya dalam bentuk tertulis yang tersimpan dalam pasal 40 sampai 66.

Pengaruh politiknya yang menonjol terjadi pada tahun yang genting, yaitu 701 SM ketika bangsa Asyur menyerbu serta mengancam akan menghancurkan Kerajaan Yehuda dan membawa penduduknya sebagai budak ke pembuangan.

Melalui doa syafaatnya kepada Allah, bahaya mengerikan ini hilang secara ajaib. Sisa-sisa pasukan Sanherib mundur secara memalukan ke Niniwe.

Latar belakang sejarah. Selama masa genting pada separuh terakhir abad kedelapan SM inilah, Israel, yaitu Kerajaan Utara (Kesepuluh Suku) mengalami kemerosotan drastis dan menyedihkan sesudah raja Yerobeam II yang dihormati itu mangkat.

Samaria akhirnya hancur sesudah serangan hebat tahun 722 SM.

Rentetan panjang pemerintahan raja-raja yang fasik dan terus berkurangnya iman yang Alkitabiah mengakibatkan kejatuhan Israel.

Yehuda di bawah pimpinan raja Ahas yang korup dan berakhlak rendah tampaknya siap mengikuti contoh menyedihkan kemurtadan Israel, dan meminta perlindungan serta pertolongan kepada bangsa Asyur yang kafir, bukan kepada Allah perjanjian mereka, yaitu TUHAN (Yahweh).

Yesaya dan Mikha dengan tekun mengecam keras ketidaksetiaan seperti ini.

Pada tahun 726 SM, kerajaan diperintah oleh Hizkia bin Ahas yang takut akan Allah.

Dia memusnahkan sebagian besar bukit-bukit pengurbanan tempat pemujaan berhala, bahkan yang didedikasikan untuk TUHAN (bertentangan dengan Taurat-Nya) dan meningkatkan keadaan melek Alkitab pada seluruh bangsa.

Penyakit yang hampir merenggut nyawanya telah membuat Hizkia makin saleh dan gerakan pembaharuan pun berlanjut.

Tetapi, Yehuda masih mengikuti politik yang menyesatkan, dengan bersandar kepada sekutu-sekutunya yaitu bangsa kafir, walaupun Yesaya dengan tulus memberikan peringatan terhadap persekongkolan dengan Mesir.

Sebagaimana dinubuatkan sang nabi, mengandalkan kekuatan duniawi bangsa Mesir (dan bukan mengandalkan perlindungan Allah saja) terbukti nyaris fatal.

Pasukan Mesir tercerai-berai oleh serangan gencar mesin perang Sanherib, dan hanya campur tangan ilahi yang menyelamatkan kerajaan Hizkia dari kehancuran.

Pada saat yang kritis inilah, raja tersebut benar-benar berbalik dari kecenderungannya mengabaikan peringatan-peringatan Allah (yang disampaikan Yesaya kepadanya), dan bangkit mencapai tingkat iman yang demikian tinggi, serta kepercayaan yang demikian murni, sehingga Tuhan melihat layak untuk mengabulkan doanya.

Hizkia mampu mempertahankan saat mulia ini beberapa tahun saja.

Kemudian anak laki-lakinya yang keras kepala, Manasye, memegang tampuk kekuasaan.

Dia siap mendengar nasihat kaum bangsawan yang berpikiran duniawi, yang sudah lama mendongkol karena keharusan menjalani kemurnian agama yang diberlakukan oleh ayahnya; dengan semangat "berpikiran luas" dia mengizinkan lagi praktik penyembahan berhala.

Perlahan-lahan dia sendiri menyembah berhala, lalu secara kejam menyiksa orang-orang yang setia mempertahankan iman sebagaimana yang dimiliki ayahnya.

Bangsa ini menyimpang dari ajaran Tuhan dan mengalami kehancuran moral secara umum.

Raja dan para bangsawannya, yang mengeksploitasi rakyat banyak untuk kepentingan sendiri, memenuhi Yerusalem dengan pertumpahan darah dan perampasan.

Dalam keadaan moral yang bejat dan merosot ini, Yesaya diberi serangkaian penyataan luar biasa, yaitu melihat ke depan pada serbuan bangsa Babel pada abad berikutnya, dan lebih jauh kepada zaman Pemulihan, ketika Persemakmuran Bangsa Yahudi Kedua akan didirikan di Negeri Perjanjian.

Teori-teori Kritis tentang Kepenulisan. Sebagian besar berdasarkan asumsi, bahwa nubuat bersifat ramalan yang asli adalah mustahil, penganut rasionalis yang meneliti Alkitab dari segi sejarah dan sastra telah membantah keaslian dari Yesaya 40-66 sejak abad delapan belas.

Penulis pasal-pasal ini kelihatannya mengetahui tentang kejatuhan Yerusalem (satu abad sesudah Yesaya meninggal), juga tentang pemulihan atau kepulangan kembali bangsa Yahudi ke Yerusalem dari pembuangan, sesudah Babel jatuh ke tangan bangsa Persia pada tahun 539 SM.

Karena itu, bagian mengenai "Yesaya" ini pasti ditulis oleh pengarang tidak dikenal - "Deutero-Yesaya" - yang hidup setidak-tidaknya 130 tahun sesudah kematian nabi di abad delapan SM itu.

Untuk mendukung pendapat ini dikemukakan argumen:

(a) bahwa pandangan tentang masa akan datang tidak mungkin dipertahankan pada sejumlah besar pasal seperti itu;

(b) bahwa nama sebenarnya dari raja Persia yang menyerbu, yaitu Koresy, yang ditentukan untuk membebaskan bangsa Yahudi dari pembuangan tidak mungkin sudah diketahui satu setengah abad sebelum peristiwa itu sendiri.

Akan tetapi, sebetulnya pandangan tentang masa akan datang sama sekali tidak dipertahankan sepanjang dua puluh tujuh pasal ini; banyak bagian berbicara mengenai persoalan-persoalan yang sezaman dengan Yesaya yang sesuai sejarah.

Kedua, Kitab Suci tidak ragu-ragu memberitahukan sebelumnya nama-nama tertentu, bila perlu.

Seorang nabi, atau abdi Allah dari Yehuda sudah meramalkan, atau menyebutkan nama raja Yosia tiga abad sebelum zamannya (I Raj. 13:2) untuk memberikan kepastian, bahwa kehancuran yang akan terjadi atas mezbah berhala Yerobeam di Betel merupakan ketetapan Allah.

Nama Betlehem secara spesifik disebutkan sebagai tempat lahir Mesias (Mi. 5:1, 2) tujuh abad sebelum kejadiannya.

Lagi pula, harus diakui, bahwa di seluruh Kitab Yesaya yang terdiri atas enam puluh enam pasal itu, penekanan yang luar biasa diberikan pada nubuat bersifat ramalan sebagai jaminan ilham Allah.

Beberapa ramalan segera digenapi (terluputnya Yerusalem dari serbuan Sanherib melalui cara yang adikodrati - 37:33-35; penaklukan Damsyik dalam tiga tahun oleh bangsa Asyur; penghancuran Samaria selama dua belas tahun - 7:16; mundurnya bayang-bayang pada jam matahari - 38:8).

Nubuat-nubuat yang lain dimaksudkan untuk waktu akan datang yang lebih jauh (mis., kemuliaan yang pasti turun ke Galilea sehubungan dengan Mesias - 9:1, 2; bdg. Mat. 4:15, 16; penghancuran Babel oleh bangsa Media atau orang Madai sampai akhirnya hancur sama sekali sehingga menjadi tempat terkutuk dan tidak dihuni orang selamanya - 13:17, 19, 20).

Hendaknya diperhatikan, bahwa tepat pada masa pemerintahan Manasye yang fasik itulah (696-641 SM) kelangsungan hidup iman yang sejati benar-benar diuji.

Karenanya, inilah waktu yang paling tepat bagi TUHAN sang Penggenap janji untuk mendemonstrasikan kemahakuasaan-Nya dan otoritas-Nya dengan memberitahukan satu abad atau dua abad sebelumnya hukuman apa yang akan dijatuhkan-Nya kepada Yehuda yang murtad dan kepada Babel yang menentang Allah.

Tes mengenai penggenapan nubuat ini akan memberikan bukti yang tidak dapat disangkal mengenai pesan Yesaya yang mengandung otoritas ilahi: "Siapakah seperti Aku? Biarlah ia menyerukannya, biarlah ia memberitahukannya ... hal-hal yang akan datang? Apa yang akan tiba, biarlah mereka [berhala-berhala] memberitahukannya ... sebab memang dari dahulu telah Kukabarkan dan Kuberitahukan hal itu kepadamu. Kamulah saksi-saksi-Ku!" (44:7, 8). (Bdg. 41:21-23, 26; 42:9, 23; 43:9, 12.)

Diduga, bahwa "Deutero-Yesaya" hipotetis ini adalah salah seorang Yahudi dalam pembuangan sekitar tahun 550 SM, jadi ia tinggal dan menulis di Babel.

Tetapi, itu tidak mungkin cocok dengan bukti internal.

Yesaya 40 - 66 menunjukkan kalau penulisnya kurang mengenal geografi Babel, tetapi dia sangat mengenai geografi Palestina.

Pohon-pohon yang disebut adalah asli Palestina dan tidak dikenal di Babel (pohon aras, pohon saru, pohon tarbantin - 44:14; 41:19).

Sudut pandangnya adalah dari Palestina, sebab dikatakan, bahwa Tuhan menyampaikan pesan ke Babel (43:14); Israel digambarkan sebagai benih Abraham yang diambil Tuhan dari "ujung-ujung bumi" (41:9), atau dari "timur," atau dari "negeri yang jauh" (46:11).

Orang-orang yang sezaman dengan sang nabi diasumsikan tinggal di Palestina, bukan di negeri pengasingan. Misalnya: "Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk."

Kesimpulan yang tidak bisa dibantah di sini adalah, bahwa bangsa Yahudi masih mempertahankan sistem peradilan dan pengelolaan keadilan (atau ketidakadilan) mereka sebagai bangsa merdeka, bukan sebagai tawanan yang hidup di negara asing.

Beberapa kritikus yang lebih belakangan (seperti Bernhard Duhm) telah meninggalkan pendapat, bahwa bagian dari Yesaya 40-66 ditulis di Babel, tetapi tetap berpendapat, bahwa itu baru ditulis pada bagian akhir dari masa Pembuangan, atau bahkan satu abad kemudian dari masa Pembuangan.

Tetapi teori ini juga bertentangan dengan data dari teks itu sendiri.

Kejahatan-kejahatan yang disebut dalam Yesaya 1 masih tercatat merajalela dalam dua puluh tujuh pasal terakhir.

Kemunafikan berjaya dalam agama (bdg. 29:13 dan 58:2-4); pertumpahan darah dan kekerasan adalah hal biasa setiap hari (1:15 dan 59:3, 7); tipu daya, ketidakadilan dan penindasan merajalela tak terkendali (10:1, 2 dan 59:3-9).

Kemerosotan akhlak dan kebejatan moral yang sama dicatat dalam 59:1-8 sebagai ciri pemerintahan Manasye, yang "mencurahkan darah orang yang tidak bersalah ... hingga dipenuhinya Yerusalem dari ujung ke ujung" (II Raj. 21:16).

Yang paling menentukan dari semua ialah kenyataan, bahwa dalam Kitab Yesaya bagian II, penyembahan berhala muncul sebagai kejahatan yang umum dan meluas di antara orang-orang Yahudi yang sezaman dengan sang nabi.

"Tentang siapakah kamu berkelakar ... hai orang-orang yang terbakar oleh hawa nafsu dekat pohon-pohon keramat, di bawah setiap pohon yang rimbun, hai orang-orang yang menyembelih anak-anak di lembah-lembah, di dalam celah-celah bukit batu" (57:4, 5; bdg. 65:2, 3 dan 66:17 yang juga berbicara tentang kebiasaan orang Yahudi sezamannya).

Para kritikus dari berbagai aliran hampir secara universal mengakui, bahwa Yehuda terbebas sama sekali dari praktik penyembahan berhala sesudah pembuangan ke Babel.

Banyak kejahatan lain dan dosa-dosa bangsa dicela dan dibahas dalam catatan-catatan pasca-Pembuangan, Ezra, Nehemia, dan Maleakhi, seperti perkawinan dengan perempuan asing, penindasan orang miskin oleh orang kaya, pelanggaran terhadap peraturan hari Sabat, dan menahan persepuluhan.

Tetapi, penyembahan berhala tidak pernah disebut dalam bentuk apa pun, walaupun dalam catatan-catatan pra-Pembuangan banyak dibicarakan serta dicela keras sebagai dosa nomor satu Israel.

Satu-satunya kesimpulan logis yang bisa ditarik dari bukti ini adalah, bahwa bagian-bagian yang anti penyembahan berhala ini ditulis sebelum zaman Pembuangan.

Dan oleh karena bagian-bagian tersebut terdapat dalam konteks dari bagian selebihnya dari Yesaya bagian II (demikian juga 44:9-20 dan bagian-bagian lain), maka adalah benar-benar masuk akal jika diasumsikan, bahwa dua puluh tujuh pasal tersebut ditulis sebelum jatuhnya Yerusalem pada tahun 587 SM.

Tidak ada sedikitpun bukti internal yang mendukung teori mengenai Yesaya Kedua, terlepas dari prasangka filosofis yang menentang kemungkinan adanya nubuat bersifat ramalan.

Pada setiap aspek yang diteliti, satu-satunya tempat asli yang memenuhi data teks adalah Palestina; dan satu-satunya waktu penulisan yang cocok dengan bukti internal ialah tanggal sebelum pembuangan, dan secara lebih khusus adalah pada masa pemerintahan Manasye.

Gelar "Yang Mahakudus, Allah Israel," yang dipakai secara dominan oleh Yesaya untuk menyebut Allah menguatkan kesatuan penulisan dari keenam puluh enam pasal Kitab Yesaya.

Gelar, atau sebutan tersebut hanya muncul lima kali pada bagian selebihnya dari Perjanjian Lama, tetapi muncul dua belas kali dalam tiga puluh sembilan pasal pertama Kitab Yesaya dan dua puluh empat kali dalam dua puluh tujuh pasal terakhir.

Banyak frasa dan gaya bahasa kiasan yang unik yang dipakai di bagian pertama kitab tersebut muncul kembali di bagian kedua (bdg. 55:10 dan 51:11; 11:9 dan 65:25; 1:11, 14 dan 43:24).

Kesatuan ini juga dikuatkan oleh keterangan-keterangan dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam Yohanes 12:38-41, di mana Yohanes mengutip mula-mula dari Yesaya 53:1 dan kemudian dari Yesaya 6:9 lalu disusul dengan komentarnya, "Hal ini (yakni, dua kutipan ini) dikatakan Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata tentang Dia."

Seandainya yang menulis dua bagian Kitab Yesaya ini bukan pengarang yang sama, maka pasti rasul yang diilhami ini keliru, dan seluruh catatan Injilnya terbuka untuk dicurigai sebagai tidak dapat dipercaya.

Sumber bahan: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel