Habakuk 1:1: Judul | Garis Besar dan Pendahuluan Kitab Habakuk

Klik:

Habakuk 1:1


Hab 1:1 Ucapan ilahi dalam penglihatan nabi Habakuk.

Tafsiran Wycliffe


Pengantar (1:1).

Ucapan ilahi. Banyak ucapan nabi digambarkan sebagai ucapan ilahi, khususnya bila itu adalah pengumuman yang bersifat sebagai pertanda yang tidak menyenangkan atau yang bersifat mengancam.

Di sini, sang nabi menyesalkan penaklukan dan penghancuran yang akan datang atas bangsanya sendiri, sehingga ada suatu aspek ramalan yang menyangkut mereka.

Pada saat yang sama, ucapan ilahi itu menentang orang Kasdim yang sombong, yang mendewakan kekuatan mereka (1:11).

Dalam penglihatan. Kata hâzâ: lihat, sebuah istilah yang agak bersifat teknis, menunjukkan, bahwa ini adalah sebuah penyataan Allah.

Roh Allah menanamkan pesan itu pada bawah sadar dari para nabi dengan kuat dan gamblang, seolah-olah mereka telah melihat sesuatu dengan mata fisik.

Dalam I Raja-Raja 22:17, Mikha berkata: "Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai ... "

Garis Besar Kitab Habakuk


I. Pengantar. 1:1.

II. Keluhan nabi tentang kekejaman yang tak terkendali di Yehuda. 1:2-4.

III. Jawaban Tuhan: Orang Kasdim adalah alat-Nya untuk menghukum.. 1:5-11.

IV. Masalah yang kedua: Orang Kasdim lebih jahat dari orang Yehuda. 1:12-21.

V. Jawaban Kedua Tuhan: Tujuannya pasti dan iman akan mendapat upah. 2:2-4.

VI. Lima ucapan celaka atas kejahatan, entah itu dilakukan oleh orang Yahudi atau orang Kasdim. 2:5-20.

VII. Sebuah penglihatan tentang pengadilan Ilahi. 3:1-16.

VIII. Kemenangan iman. 3:17-19.

Pendahuluan Kitab Habakuk


Penulis.

Mengenai Habakuk sendiri, tidak ada yang diketahui kecuali apa yang bisa disimpulkan dari kitab ini yang memuat namanya.

Dia digambarkan sebagai nabi, dan oleh karena itu, bisa saja, bahwa dia bukan hanya memiliki karunia untuk bernubuat, melainkan adalah juga salah satu dari sekelompok nabi profesional.

Beberapa catatan musik untuk nyanyian Mazmur pada pasal 3 menunjukkan, bahwa dia mungkin bernubuat di Bait Suci, seperti orang-orang yang disebutkan dalam I Tawarikh 25:1.

Adalah sulit untuk mengatakan lebih banyak mengenai sifat sang nabi berdasarkan tulisannya.

Namanya rupanya berasal dari sebuah akar kata Ibrani yang berarti memeluk.

Jerome (abad ke 5 M) menyatakan, bahwa nabi disebut Sang Pemeluk, karena kasihnya kepada Tuhan atau karena dia bergumul dengan Tuhan.

Sebuah tradisi dari golongan para rabi, menghubungkan nama itu dengan II Raja-Raja 4:16 dan mengatakan, bahwa Habakuk adalah anak laki-laki si perempuan Sunem.

Tentu ini merupakan khayalan semata, dan kecuali jika diakui, bahwa nama sang nabi, seperti nama Yesus, diberikan sebagai antisipasi akan pelayanannya (Mat. 1:21), dugaan apa pun perihal artinya, walaupun menarik, adalah sia-sia.

Habakuk disebut dalam legenda Apokrif, mengenai Bel dan Ular Naga sebagai tokoh yang menyelamatkan Daniel dari gua singa untuk yang kedua kalinya.

Orang tidak perlu percaya pada hal ini, atau pada tradisi-tradisi lain yang menyatakan, bahwa Habakuk melarikan diri ke Arab ketika Yerusalem jatuh dan kembali ke Palestina setelah pembuangan ke Babel.

Walaupun demikian, cerita-cerita tersebut memang menunjuk pada ancar-ancar waktu di mana nabi melayani.

Tanggal.

Waktu yang tepat dari penulisan nubuatan itu, selama ini hanya merupakan dugaan semata, sama halnya dengan pribadi sang nabi.

Pengetahuan yang kompeten menunjukkan, tanggal-tanggal yang membentang dari 650 SM (C. F. Keil, Commentary on the Minor Prophets, hlm. 410) sampai 330 SM (E. Sellin, Introduction to the Old Testament, hlm. 183).

Karena berbagai alasan, tanggal pertama tampaknya agak terlalu awal, sebab terjadinya pada masa bangsa Asyur menguasai Yehuda; sementara tanggal yang belakangan berkaitan erat dengan pendapat yang menyatakan, bahwa pasukan penyerbu yang digambarkan pada pasal pertama dari nubuatan bukanlah bangsa Kasdim, melainkan pasukan Yunani di bawah pimpinan Aleksander Agung.

Kesimpulan yang paling memuaskan tampaknya adalah, bahwa nubuatan tersebut ditulis pada waktu bangsa Kasdim atau Babel mulai menjadi gelisah terhadap kekuatan bangsa Asyur dan barangkali bahkan telah mulai menunjukkan kekuatan mereka.

Menetapkan tanggal penulisan kitab ini jauh lebih belakangan dari tanggal ini tentu berarti menganggap, bahwa nubuatan tersebut sebetulnya bukan merupakan ramalan tentang penyerbuan atas Yehuda oleh bangsa Kasdim, melainkan sebuah referensi tentang apa yang telah terjadi, dan hanya merupakan penjelasan mengenai kehadiran bangsa Babel di negeri-negeri sebelah barat sebagai alat Tuhan.

Kesimpulan terbaik tampaknya adalah, bahwa nubuatan itu ditulis menjelang akhir pemerintahan Yosia (640-609 SM.), lebih disukai setelah penghancuran Niniwe oleh gabungan kekuatan dari Babel, Media, dan Skitia pada tahun 612 SM.

Waktu ini rupanya masuk akal, karena dua alasan.

Pertama adalah karena sang nabi kelihatan terkejut ketika mengetahui, bahwa bangsa Kasdim dipilih Allah untuk menghukum Yehuda yang tidak taat; bagaimanapun, tidakkah bagus raja Yosia memihak Babel dalam kebijakan politiknya karena ia berusaha menghindari barisan Firaun Nekho yang hendak berperang melawan bangsa Babel pada tahun 609 SM?

Alasan lainnya adalah, bahwa naiknya kekuatan bangsa Kasdim akan merupakan bukti yang cukup sehingga uraian sang nabi tentu memiliki arti bagi para pendengarnya.

Tentu saja kitab ini harus diberi tanggal sebelum 605 SM, ketika Nebukadnezar mengadakan penyerbuan pertamanya ke Palestina dan mengambil Daniel beserta lainnya sebagai tawanan ke Babel.

Masalah dalam pasal 3.

Kadang-kadang diperdebatkan, bahwa pasal 3, yang merupakan sebuah mazmur, tidak ditulis oleh Habakuk.

Beberapa catatan musik yang terdapat dalam pasal ini menunjukkan, bahwa ini dirancang untuk dipakai dalam ibadah di Bait Suci.

Hal ini menyebabkan beberapa pakar yang lebih suka menganggap, bahwa ibadah di Bait Suci baru mencapai kesucian komparatif dan teologi yang maju dalam periode setelah Pembuangan untuk memberi tanggal penulisan mazmur itu sebagai dalam periode pasca-Pengasingan.

Dukungan lebih lanjut pada argumen ini tampaknya terdapat dalam kenyataan, bahwa penafsiran Kitab Habakuk yang terdapat di antara Gulungan Kitab Qumran sama sekali tidak menyebut tentang pasal ketiga Kitab Habakuk.

Meskipun demikian, ketidaktahuan yang nyata tentang Habakuk 3 dapat dijelaskan oleh fakta, bahwa para penulis tafsiran tersebut waktu itu sedang berusaha menjelaskan dua pasal pertamanya bukan dalam kaitan dengan penyerbuan bangsa Kasdim, melainkan dalam kaitan dengan peristiwa-peristiwa pada masa mereka sendiri.

Waktu itu mereka tidak menganggap mazmur dalam Habakuk itu ada hubungannya dengan tujuan mereka.

Pemakaian anotasi liturgi dalam kesusastraan puitis Ibrani hampir tidak dapat menjadi bukti yang menentukan, bahwa suatu tulisan berasal dari masa pasca-Pembuangan.

Karena beberapa dari Kitab Mazmur yang paling tua berisi catatan-catatan seperti itu, tampaknya tulisan-tulisan itu merupakan bagian dari kesusastraan semacam itu yang banyak sekali ada sebelum Pembuangan.

Keunikan Kitab.

Oleh karena isi dari pasal ketiga memberikan sebuah klimaks yang penuh kemenangan dari masalah-masalah yang diajukan dalam dua pasal pertama, maka kami menemukan suatu teodise (pembenaran Allah oleh manusia) dalam keseluruhan kitab.

Struktur nubuatan ini bersifat unik dalam Perjanjian Lama, sama seperti isi teologinya.

Dalam dua pasal pertama, terdapat sebuah dialog antara Tuhan dengan sang nabi, di mana sang nabi tidak hanya mengeluh mengenai kejahatan, seperti yang dilakukan oleh beberapa penulis Mazmur, tetapi bahkan menantang Tuhan untuk menunjukkan bagaimana Dia, Yang Maha Kudus, dapat sabar terhadap kejahatan.

Dialog ini harus dianggap sebagai berlangsung dalam alam penglihatan (bdg. 1:1 dan 2:2).

Pasal ketiga adalah sebuah doa, di mana sang nabi mulai dengan meminta Tuhan untuk melaksanakan dalam sejarah maksud yang telah dinyatakan-Nya, yaitu membuat karya-Nya hidup di tengah-tengah tahun-tahun itu.

Setelah doa ini, Habakuk dianugerahi penglihatan mengenai Allah, yang sedang menggunakan kuasa-Nya dan menunjukkan kemuliaan-Nya di bumi, melalui cara yang hampir sama dengan yang diperbuat-Nya dalam pengalaman Keluaran di Gunung Sinai.

Hasil dari penglihatan itu adalah campuran antara ketakutan dan keyakinan pada pihak sang nabi.

Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel