Yohanes 6:60-66: Murid-murid yang Mengundurkan Diri di Galilea

Klik:

Joh / Yohanes 6:60-66


Joh 6:60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"

Joh 6:61 Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?

Joh 6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?

Joh 6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

Joh 6:64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.

Joh 6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."

Joh 6:66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.


Tafsiran Wycliffe


Pemberian Makan Lima Ribu Orang dan Khotbah Tentang Roti Hidup (6:1-71).

Beberapa sarjana yang mendukung pendapat, bahwa pasal 5 dan 6 sudah diubah urutannya, telah mengemukakan beberapa keuntungan tertentu dari pengubahan tersebut.

Tetapi, tidak adanya bukti dari naskah tentang hal tersebut, merupakan halangan berat untuk menerima pandangan ini.

Mukjizat yang ada di hadapan kita saat ini merupakan satu-satunya "tanda" yang dicatat semua Injil.

Markus dan Lukas menyebutkan, bahwa Yesus mengajar kepada orang banyak sebelum terjadi mukjizat ini, tetapi Yohanes sendiri yang mencatat khotbah Yesus pada keesokan harinya.

35-65. Bagian ini merupakan khotbah sesungguhnya, disela tiga kali oleh pertanyaan dan diskusi.

60-65. Bagian ini secara khusus membahas tanggapan dari murid-murid terhadap perkataan Yesus.

Mereka harus dibedakan dengan "orang-orang Yahudi" dalam konteks sebelumnya, dan dengan Dua Belas murid dalam ayat-ayat selanjutnya.

Para murid itu merupakan pengikut, tetapi setelah mendengar ajaran Yesus, mereka merasa tidak bisa terus mengikuti Dia.

Perkataan keras yang mereka maksudkan adalah keharusan untuk memakan daging Kristus dan meminum darah-Nya.

Kenaikan-Nya ke surga, yang bagi orang percaya merupakan penegasan atas semua klaim-Nya, hanya akan memperbesar kejengkelan orang-orang yang tidak dapat menerima kemanusiaan-Nya yang dipersembahkan untuk mereka melalui kematian di kayu salib (ay. 62).

Bahkan, daging Kristus, yang dinyatakan sebagai mutlak diperlukan, tidak akan menghasilkan apa-apa terkecuali Roh telah memberi hidup.

Meskipun demikian, perkataan-perkataan Kristus sendiri juga memiliki sifat roh, maksudnya, dapat memberi hidup.

Perkataan-perkataan itu dapat menyelamatkan, bukan terlepas dari karya salib yang bersejarah, tetapi sebagai menunjuk kepada karya tersebut dan menafsirkannya.

Perlawanan terhadap perkataan-perkataan-Nya oleh para calon murid-Nya itu menunjukkan, bahwa iman mereka dangkal.

Yesus menangkap, bahwa bukan saja ada iman yang palsu, tetapi juga ada kemungkinan pengkhianatan oleh salah seorang pengikut-Nya.

66-71. Pengaruh pelajaran tersebut atas Kedua Belas murid, kini terungkap.

Ini merupakan persimpangan jalan bagi banyak orang yang telah menjadi murid selama ini (6:66).

Kepergian mereka membuat Yesus mengajukan pertanyaan kepada Kedua Belas murid tentang tujuan mereka mengikuti diri-Nya (ay. 67).

Petrus, seperti halnya batu karang, tetap tidak bergeser.

Pengakuan yang dibuatnya sama dengan yang tercatat dalam Kitab-kitab Injil Sinoptis dalam kaitan dengan peristiwa di Kaisarea, Filipi (Mat. 16:16), tetapi selaras dengan pelajaran ini, pernyataan Petrus menekankan, bahwa Yesus memiliki perkataan hidup yang kekal (bdg. Yoh. 6:63).

Orang-orang lain melihatnya hanya sebagai kata-kata biasa.

Petrus melihat, bahwa perkataan Yesus itu menghasilkan hidup yang kekal, sekalipun dirinya belum mengerti tentang salib.

Seorang lain di dalam kumpulan tersebut tidak dapat mengatakan demikian karena dia adalah Iblis (diabolos), yang artinya bukan dia merupakan alat Iblis ketika Kristus memilihnya, tetapi bahwa dia telah menjadi alat Iblis.

Yudas termasuk kelompok yang pergi meninggalkan Yesus, tetapi dia tetap tinggal.

Yudas kesal karena Yesus menolak untuk dijadikan raja, sebagaimana dapat kita ketahui dengan mempelajari kariernya dengan cermat, kelak dia akan mengkhianati Yesus, sebab Yesus dianggap tidak sesuai keyakinan orang-orang yang mengharapkan Dia untuk menuntun mereka ke dalam kemenangan Mesianis.

Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel