Kisah Para Rasul 1:1-5: Roh Kudus Dijanjikan | Garis Besar dan Pendahuluan Kitab
Senin, Juni 29, 2020
Edit
Klik:
Act / Kisah Para Rasul 1:1-5
Act 1:1 Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus,
Act 1:2 sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya.
Act 1:3 Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.
Act 1:4 Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang--demikian kata-Nya--"telah kamu dengar dari pada-Ku.
Act 1:5 Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."
Tafsiran Wycliffe
1-2. Dua ayat yang pertama merupakan pengantar singkat yang menghubungkan Kisah Para Rasul dengan Injil Lukas.
Ayat-ayat pengantar dari Injil tersebut (Luk. 1:1-4) dimaksudkan untuk membantu memahami Injil dan juga membantu memahami Kisah Para Rasul.
Kisah Para Rasul 1:1-2 merupakan semacam pengantar kedua yang menoleh ke belakang kepada Lukas 1:1-4.
Bukuku yang pertama adalah Injil Lukas.
Kisah Para Rasul merupakan jilid kedua dari sebuah karya dua jilid, Injil Lukas dan Kisah Para Rasul.
Kitab Injilnya berisi segala sesuatu yang telah dikerjakan dan diajarkan Yesus dan Kisah Para Rasul mencatat pelayanan selanjutnya dari Kristus yang telah naik ke surga, yaitu pelayanan-Nya melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam diri para rasul.
Kita tidak mengetahui siapa Teofilus, entah dia seorang Kristen yang memerlukan pembinaan lebih lanjut, ataukah orang duniawi yang tertarik (lihat Luk. 1:3).
2. Acuan kepada Roh Kudus ini mengumandangkan pikiran teologis utama dari Kitab ini, yaitu karya Roh Kudus.
3. Pelayanan pasca-kebangkitan oleh Tuhan kita selama empat puluh hari memiliki tujuan ganda: memberikan bukti positif tentang realitas kebangkitan-Nya, dan memberikan penjelasan lanjutan mengenai ajaran-Nya tentang Kerajaan Allah.
Karena itu, kita dapat menduga, bahwa tema ini muncul kembali di dalam pelayanan para rasul.
Kabar baik tentang Kerajaan Allah merupakan isi dari pemberitaan Filipus di Samaria (8:12), isi dari khotbah dan ajaran Paulus di Efesus (20:25), dan isi pemberitaan Paulus kepada orang Yahudi dan orang bukan Yahudi di Roma ketika ia akhirnya sampai di kota itu (28:23-31).
4. Perintah dalam Lukas 24:49 diulang kembali.
Karena pelayanan para rasul akan merupakan karya Roh Kudus, maka mereka harus menunggu di Yerusalem hingga janji tentang kedatangan Roh Kudus itu - yang diberikan oleh Bapa di dalam Perjanjian Lama (Yl. 2:28; Yeh. 36:27) dan ditegaskan oleh Anak - digenapi.
Kata yang diterjemahkan dengan makan bersama-sama tidak jelas artinya dan dapat juga diterjemahkan dengan berkumpul bersama, atau tinggal bersama dengan.
5. Pelayanan Yohanes Pembaptis yang membaptiskan orang dengan air merupakan persiapan bagi Mesias yang akan datang.
Kenyataan yang lebih besar, yaitu pembaptisan dengan Roh Kudus, akan terjadi tidak lama lagi.
Garis Besar Kitab Kisah Para Rasul
PENDIRIAN DAN PERTUMBUHAN GEREJA
I. Permulaan Gereja (1:1-2:47)
A. Persiapan: pelayanan pasca-kebangkitan dan kenaikan Yesus (1:1-14)
B. Pemilihan Matias (1:15-26)
C. Kedatangan Roh Kudus (2:1-4)
D. Kehidupan gereja mula-mula (2:42-47)
II. Gereja di Yerusalem (3:1-5:42)
A. Mukjizat dan khotbah yang khas (3:1-26)
B. Perlawanan pertama dari pada pemimpin Yahudi (4:1-37)
C. Kematian Ananias dan Safira (5:1-16)
D. Perlawanan kedua dari para pemimpin Yahudi (5:17-42)
III. Perluasan Gereja di Palestina Melalui Perserakan (6:1-12:25)
A. Pemilihan tujuh diaken (6:1-7)
B. Peristiwa perserakan: Pelayanan dan kematian Stefanus sebagai martir (6:8-8:3)
C. Injil di Samaria (8:4-25)
D. Pertobatan sida-sida Etiopia (8:26-40)
E. Pertobatan Saulus (9:1-31)
F. Pelayanan Petrus di Palestina dan orang-orang bertobat pertama dari bangsa bukan Yahudi (9:32-11:18)
G. Pendirian gereja yang bukan Yahudi di Antiokhia (11:19-30)
H. Penganiayaan oleh Herodes Agripa (12:1-25)
IV. Perluasan Gereja di Asia Kecil dan Eropa (13:1-27:17)
A. Misi pertama, Galatia (13:1-14:28)
B. Persoalan di gereja bukan Yahudi dan sidang di Yerusalem (15:1-35)
C. Misi kedua, Asia Kecil dan Eropa (15:36-18:22)
D. Misi ketiga, Asia Kecil dan Eropa (18:23-21:17)
V. Perluasan Gereja di Roma (21:18-28:31)
A. Injil ditolak oleh Yerusalem (21:18-26:32)
B. Injil diterima di Roma (27:1-28:31)
Pendahuluan Kitab Kisah Para Rasul
Judul.
Judul Kitab ini sebagaimana kita ketahui tidak menyatu dengan Kitab yang aslinya, tetapi berasal dari abad kedua Masehi.
Injil Lukas dan Kisah Para Rasul merupakan dua jilid dari satu karya (lihat Commentary in.loc), dan judul apapun yang sejak semula dikenakan kepada Injil Lukas berlaku untuk Kitab kedua ini.
Ketika jilid kedua mulai beredar secara tersendiri, judul ini dipakai untuk menunjukkan isinya.
Penulis.
Baik Injil Lukas maupun Kitab ini, tidak menyebutkan nama penulisnya, tetapi sangat mungkin penulis itu adalah Lukas, sahabat dan rekan seperjalanan Paulus.
Kunci untuk mengetahui sang penulis diberikan oleh tiga bagian yang memakai sebutan "kami", di mana narasi disajikan memakai bentuk orang pertama jamak (Kis. 16:10-17; 20:5-21:18; 27:1-28:16), sehingga menunjukkan, bahwa penulisnya adalah rekan seperjalanan Paulus di dalam ketiga kesempatan ini, dan ia mempergunakan buku harian perjalanannya sebagai sumber penulisan.
Sebagian orang berpendapat, bahwa dokumen perjalanan ini ditulis oleh seorang rekan seperjalanan Paulus yang tidak dikenal dan kemudian dimasukkan ke dalam Kitab ini oleh seorang penulis tak dikenal lainnya.
Tetapi, keseragaman gaya penulisan di antara narasi perjalanan tersebut dengan sisa isi Kitab ini, serta tetap dipakainya bentuk orang pertama jamak, menjadikan pendapat ini mustahil.
Tradisi Gereja secara seragam menyebut Lukas sebagai rekan seperjalanan Paulus, dan data dari Kisah Para Rasul mendukung tradisi ini.
Tanggal Penulisan.
Tanggal penulisan Kitab ini terkait dengan masalah akhirnya yang mendadak (lihat Comrnentary in.loc).
Kita tidak tahu kapan Kitab ini ditulis, tetapi kemungkinan pada suatu tanggal tidak lama sesudah akhir narasi.
Jika memang demikian, maka Kisah Para Rasul ditulis sekitar tahun 62 M.
Sumber-sumber.
Di samping buku harian perjalanannya sendiri, Lukas mungkin telah memanfaatkan sumber-sumber tertulis, khususnya untuk pasal-pasal awal karyanya ini.
Selaku rekan seperjalanan Paulus, dia bisa memperoleh informasi tangan pertama dari sang rasul.
Lagi pula, berhubung Lukas berada di Palestina selama Paulus dipenjara di Kaisarea (21:18; 27:1), dia memiliki banyak kesempatan untuk mencari keterangan tentang masa awal Gereja dari para saksi mata.
Maksud Penulisan.
Lukas menulis untuk meyakinkan Teofilus, bahwa "segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar" (Luk. 1:4).
Teofilus mungkin adalah orang bukan Yahudi yang bertobat menjadi orang Kristen, dan Lukas menulis untuk memberikan kepadanya banyak pengetahuan tentang asal mula Kekristenan ketimbang yang sudah dimilikinya.
Termasuk di dalamnya ialah kisah tentang kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus ("Injil"), serta pendirian dan perluasan Gereja.
Sesungguhnya, Lukas bukan menulis sejarah Gereja Mula-mula.
Ini tidak berarti, bahwa narasi yang dikisahkan Lukas bersifat tidak sejarah, atau tidak sesuai dengan kejadian sesungguhnya.
Sekalipun demikian, tugas seorang "sejarawan" ialah menyajikan narasi yang komprehensif mengenai semua peristiwa penting.
Jelas hal ini bukan yang diusahakan oleh Lukas.
Dia tidak menyebutkan apa-apa mengenai jemaat-jemaat yang ada di Galilea (Kis. 9:31), atau tentang penginjilan atas Mesir dan Roma.
Kisahnya bukanlah kisah mengenai para rasul, sebab hanya tiga dari dua belas murid Yesus yang muncul di dalam narasi yang dikisahkannya, yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes; dan dua tokoh yang disebutkan belakangan itu hanya disebutkan secara sekilas saja.
Kitab ini merupakan Kisah mengenai Petrus dan Paulus.
Lagi pula, Petrus praktis hilang dari ceritera setelah pertobatan Kornelius, dan kita dibiarkan bertanya-tanya apa yang selanjutnya terjadi dengan rasul ini.
Demikian pula, Lukas tidak menjelaskan tentang munculnya para tua-tua di dalam Gereja (11:30), tentang bagaimana Yakobus dapat memperoleh kedudukan sebagai pemimpin Gereja di Yerusalem (15:13), tentang apa yang dilakukan Paulus di Tarsus sesudah pertobatannya (9:30; lihat 11:25), dan tentang banyak masalah sejarah lainnya.
Di samping itu, Lukas melampaui beberapa peristiwa dengan kata-kata yang sedikit (18:19-23), tetapi mengisahkan peristiwa lainnya dengan panjang lebar (21:17-26:32).
Dengan kata lain, Lukas mengisahkan ceritera, bukan menulis "sejarah".
Kisah yang disajikannya ialah garis besar utama penyebaran Gereja dari Yerusalem ke Roma melalui Samaria, Antiokhia, Asia dan Eropa, dan di dalam kisah ini hanya Petrus dan Paulus yang memainkan peranan menentukan.
Pelayanan para rasul di tempat lain di dunia bagian timur, tidak penting bagi Lukas.
Dua tema melandasi kisah penyebaran ini: penolakan Injil oleh orang-orang Yahudi dan penerimaannya oleh orang-orang bukan Yahudi, serta sikap terhadap Gereja mula-mula oleh para pejabat lokal dan pejabat di Roma.
Dengan demikian, di dalam karya Lukas yang terdiri atas dua Kitab (Injil Lukas dan Kisah Para Rasul) itu, maksud utamanya ialah menjelaskan kepada Teofilus, bagaimana Injil yang dibuka dengan janji pemulihan kerajaan bagi orang Israel (1:32, 33) berakhir dengan Gereja orang bukan Yahudi di Roma yang berbeda dengan Yudaisme.
Selanjutnya, Yudaisme merupakan agama yang diakui oleh Roma.
Persekutuan agama baru yang muncul dalam Yudaisme dan toh tidak sekadar merupakan suatu sekte dalam agama yang lebih lama itu, menerima pengakuan yang sama dari pemerintah Roma seperti halnya Yudaisme.
Dengan demikian, Gereja Kristen berdiri di wilayah Romawi sebagai sebuah agama sah yang berbeda dengan Yudaisme.
Kisah Para Rasul dan Surat-surat.
Masalah terbesar sepanjang sejarah penelaahan Kitab Kisah Para Rasul telah mencemaskan kelayakannya untuk dipercaya dibandingkan dengan surat-surat Paulus.
Lukas tidak mengacu kepada surat-surat Paulus, dan tidak selalu mudah untuk menghubungkan gerakan-gerakan Paulus - sebagaimana tercermin di dalam surat-suratnya - dengan catatan Lukas.
Masalah terbesar itu ialah: Bagaimana rangkaian peristiwa dalam Galatia 1:16-2:10 dapat dihubungkan dengan narasi sajian Lukas?
Para pakar yang sama-sama hebat telah berpendapat, bahwa kunjungan dalam Galatia 2:1-10 mengacu kepada (a) kunjungan akibat bencana kelaparan dalam Kisah Para Rasul 11:27-30 dan (b) kunjungan untuk sidang dalam Kisah Para Rasul 15.
Banyak pakar beranggapan, bahwa narasi dalam Kisah Para Rasul kalah apabila dibandingkan dengan surat-surat.
Aspek kedua dari masalah ini ialah kontras yang terdapat di antara gambaran tentang Paulus dalam Kitab ini dengan gambaran yang disajikan di dalam surat-surat misionaris ini sendiri.
Paulus yang disajikan Kisah Para Rasul tampaknya merupakan tokoh yang luwes dan berkelakuan baik yang bersedia untuk memperlunak prinsip-prinsipnya demi kelayakan (lihat 16:3; 21:26); sedangkan Paulus yang digambarkan dalam surat-surat adalah seorang tokoh kaku yang keyakinannya tidak dapat diubah sedikitpun (Gal. 1:8; 2:3).
Peneliti khusus Alkitab dari kelompok Tubingen yang lebih tua membangun teori mereka tentang sejarah Gereja primitif berdasarkan dugaan adanya pertentangan antara agama Kristen Paulus dengan agama Kristen Yudaistik, dan mereka berpendapat, bahwa Kitab Kisah Para Rasul mencerminkan tahap yang kemudian dalam sejarah konflik tersebut, yaitu ketika tercapai perpaduan di antara kedua pandangan yang bertentangan ini.
Jelas tidak mungkin kita membahas masalah-masalah ini secara rinci, tetapi semua masalah tersebut ada di latar belakang setiap usaha untuk mempelajari Kitab ini dan sering kali secara langsung mempengaruhi penafsirannya.
Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.