Kisah Para Rasul 17:16-34: Paulus di Atena
Rabu, Juli 22, 2020
Edit
Klik:
Act / Kisah Para Rasul 17:16-34
Act 17:16 Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala.
Act 17:17 Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari dengan orang-orang yang dijumpainya di situ.
Act 17:18 Dan juga beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: "Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?" Tetapi yang lain berkata: "Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing." Sebab ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya.
Act 17:19 Lalu mereka membawanya menghadap sidang Areopagus dan mengatakan: "Bolehkah kami tahu ajaran baru mana yang kauajarkan ini?
Act 17:20 Sebab engkau memperdengarkan kepada kami perkara-perkara yang aneh. Karena itu kami ingin tahu, apakah artinya semua itu."
Act 17:21 Adapun orang-orang Atena dan orang-orang asing yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru.
Act 17:22 Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa.
Act 17:23 Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.
Act 17:24 Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia,
Act 17:25 dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.
Act 17:26 Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka,
Act 17:27 supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.
Act 17:28 Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.
Act 17:29 Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia.
Act 17:30 Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.
Act 17:31 Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati."
Act 17:32 Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, maka ada yang mengejek, dan yang lain berkata: "Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu."
Act 17:33 Lalu Paulus pergi meninggalkan mereka.
Act 17:34 Tetapi beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-sama dengan mereka.
Tafsiran Wycliffe
Perluasan Gereja di Asia Kecil dan Eropa (13:1-21:17).
Pasal 13 membawa kita ke bagian separuh kedua dari Kitab Kisah Para Rasul.
Di bagian separuh pertama, Yerusalem merupakan pusat cerita, dan tema utamanya ialah perluasan Gereja dari Yerusalem ke seluruh Palestina.
Sekarang, Yerusalem terdesak ke belakang, dan Antiokhia menjadi pusat cerita, karena Antiokhia menyokong perluasan Gereja di Asia dan Eropa.
Perluasan ini dilaksanakan dengan tiga perjalanan misi oleh Paulus, masing-masing dimulai dan diakhiri di Antiokhia.
Misi Kedua: Asia Kecil dan Eropa (15:36-18:22).
Lukas sekarang mencatat persiapan dari apa yang kita namakan perjalanan pemberitaan Injil yang kedua.
Sesudah jangka waktu yang tidak disebutkan, Paulus berniat mengunjungi kembali dan memperkuat Gereja-gereja yang sudah berdiri.
Waktu itulah, sayangnya, terjadi suatu perbedaan pendapat di antara Paulus dan Barnabas.
Barnabas ingin membawa Yohanes Markus, yang pernah menyertai mereka dalam perjalanan pemberitaan Injil yang pertama, tetapi meninggalkan mereka ketika tiba di dataran Asia Kecil dan kembali ke Antiokhia.
Paulus menganggap tindakan ini sebagai bukti yang begitu nyata tentang ketidakmantapan, sehingga dia menolak keinginan Barnabas.
Akibatnya adalah perpisahan di antara Paulus dengan Barnabas.
Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus untuk mengunjungi Gereja-gereja yang didirikan pada perjalanan pemberitaan Injil yang pertama.
Paulus meminta Yerusalem mengirimkan Silas, yang baru saja berkunjung ke Antiokhia, dan yang dipandang oleh sang rasul sebagai orang yang dapat diandalkan.
16. Atena bukan merupakan kota yang mempunyai kedudukan penting secara politik dan ekonomi, tetapi merupakan pusat intelektual yang paling terkenal di dunia.
Bahkan banyak pemuda Romawi pergi ke Atena untuk memperoleh pendidikan tinggi di sana.
Strategi pemberitaan Injil Paulus, tidak mencakup Atena.
Tetapi selama menanti kedatangan Silas dan Timotius, Paulus menjadi sangat tergerak melihat bagaimana kota itu penuh dengan patung-patung berhala.
Kuil-kuil terkenal di Atena merupakan karya seni yang sulit ditandingi keindahannya.
Tetapi Paulus melihat gelapnya penyembahan berhala di balik semua keindahan tersebut.
17. Karena itu, Paulus bertukar pikiran di rumah ibadah dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan dia juga memanfaatkan kesempatan untuk bertukar pikiran dengan orang-orang yang dijumpai di pasar.
18. Para pengikut dua aliran filsafat yang paling terkemuka saat itu mendengarkan pemberitaan Paulus.
Golongan Epikuros, yang namanya diambil dari nama pendiri aliran itu, yaitu Epikuros (341-270 sM), percaya bahwa para dewa memang ada, tetapi sama sekali tidak memperdulikan kesejahteraan umat manusia.
Menurut golongan Epikuros, tujuan utama dari hidup manusia ialah mencari kenikmatan yang harus dicari di dalam kehidupan yang riang gembira, bebas dari penyakit, atau bebas dari kesulitan, atau bebas dari ketakutan, khususnya ketakutan akan maut.
Golongan Stoa, yang didirikan oleh Zeno (kurang lebih 300 sM), percaya bahwa Allah adalah jiwa dunia ini yang diam di dalam segala sesuatu, dan bahwa kehidupan yang berbahagia adalah kehidupan yang dijalani sesuai dengan alam.
Karena Allah ada di dalam semua manusia, maka semua manusia adalah bersaudara.
Banyak penganut golongan Stoa memiliki kesadaran moral yang tinggi.
Bagi penganut dua golongan filsafat ini Paulus dianggap sebagai peleter.
Kata peleter di dalam bahasa aslinya dipakai untuk menunjuk kepada orang yang senang mengumpulkan berbagai percikan pengetahuan yang tidak lengkap.
Tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya. Bagi telinga orang Yunani, kata Yesus dan Anastasis (kebangkitan), mungkin terdengar seperti nama-nama dewa dan dewi.
19. Areopagus mungkin mengacu kepada bukit Mars, yang terletak di antara pasar dengan Akropolis atau tempat bertemunya dewan kota.
Ayat 22 dan 33 lebih mendukung tempat yang kedua.
Dewan ini bukanlah sebuah sidang pengadilan, tetapi sekelompok orang yang bertugas mengawasi hal-hal yang berhubungan dengan agama dan pendidikan.
Paulus tampil di hadapan dewan ini, untuk menjelaskan 'filsafat' yang dianut olehnya, rupanya untuk memungkinkan mereka menentukan apakah dia boleh mengajar di Atena atau tidak.
21. Orang-orang Atena dan orang-orang asing yang tinggal di situ terkenal karena keingintahuan mereka, ingin mengetahui "ide yang paling baru" (Lake dan Cadbury).
Ketika berdiri di tengah-tengah dewan itu, Paulus berusaha memperoleh suatu titik temu, dengan mengatakan, bahwa mereka sangat beribadah.
Terjemahan ini lebih tepat ketimbang sangat percaya takhyul, walaupun kedua terjemahan ini bisa dipakai.
23. Barang-barang pujaanmu, artinya objek-objek yang disembah.
Di dalam semangat religius mereka, orang-orang Atena tidak ingin ada dewa yang tidak sempat mereka sembah karena tidak dikenal.
Paulus mengemukakan, bahwa memang ada yang belum mereka kenal, dan Dialah yang hendak diperkenalkan olehnya.
24-25. Paulus menjelaskan, bahwa Allah itu adalah Khalik segala sesuatu, dan Tuhan atas langit dan bumi, sehingga tidak mungkin Dia dapat tinggal di dalam bangunan yang dibuat oleh manusia.
Allah juga tidak memerlukan apa-apa yang sekiranya dapat diberikan oleh manusia, sebab diri-Nya sendiri merupakan sumber dari segala kehidupan.
26. Karena Allah adalah Khalik, semua orang berasal dari sumber yang sama, dan semua orang bergantung kepada-Nya.
Allah telah memberikan bumi kepada manusia sebagai tempat tinggal, dan juga telah menentukan musim-musim untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Pikiran yang sama muncul dalam 14:17 di dalam khotbah kepada orang-orang Yunani yang ada di Listra.
27. Kemurahan Allah yang diwujudkan dalam dunia yang diciptakan-Nya, seharusnya menuntun manusia untuk mencari Dia (Rm. 1:20).
28. Tuhan adalah Allah yang transenden, yang tidak dapat disamakan dengan ciptaan-Nya, dan juga Allah yang mencipta dan menopang, yang pada-Nya semua orang bergantung untuk kelangsungan kehidupan fisik mereka.
Rasul Paulus melukiskan kenyataan ini, dengan kata-kata yang rupanya dikutip dari seorang penyair Kreta bernama Epimenides.
Dia kemudian menunjuk pada penyair Aratus yang berasal dari negerinya sendiri, yaitu Kilikia.
Paulus bermaksud mengemukakan, bahwa semua orang berasal dari Allah, dalam arti bahwa mereka adalah makhluk ciptaan-Nya dan hidup mereka bergantung kepada-Nya.
Sebagaimana tampak dari nas ini, ada doktrin dalam Alkitab, bahwa Allah adalah Bapa semua orang, dan bahwa manusia adalah saling bersaudara berdasarkan fakta, bahwa semua diciptakan Allah dan bukan berdasarkan hubungan rohani.
29. Karena Allah adalah Pencipta manusia, maka Allah pasti lebih besar dari manusia.
Sebab itu, menyamakan Allah dengan sesuatu yang dibuat atau dibayangkan oleh manusia merupakan kebodohan paling hebat dan dosa paling dalam (lihat Rm. 1:22-23).
30-31. Allah tidak memandang lagi zaman kebodohan, tetapi kini memberikan kepada umat manusia seluruh pengenalan tentang diri-Nya.
Roma 3:25 mengacu kepada masa kesabaran Allah terhadap dosa-dosa yang telah terjadi dahulu, dan Kisah Para Rasul 14:16 juga mengacu kepada masa kesabaran yang sama.
Tetapi kesabaran Allah ada batasnya, sebab seluruh pengenalan tentang diri-Nya kini telah tersingkap di dalam Kristus, Allah memerintahkan manusia untuk bertobat, dan Dia telah menetapkan suatu hari ketika mana Dia dengan adil akan menghakimi dunia melalui Pribadi itu yang di dalam-Nya terang baru ini telah disampaikan kepada manusia.
Bukti tentang hal itu diberikan berupa kebangkitan Yesus dari antara orang mati.
Sering kali dikemukakan, bahwa di Atena, Paulus mencoba menggunakan pendekatan intelektual, dan berusaha untuk menjadi seorang filsuf di antara filsuf yang lain, dan bukan memberitakan Injil Yesus Kristus yang sederhana.
Kritikan ini tidak benar, sebab inti dari pemberitaan Kristen mula-mula adalah kebangkitan Yesus Kristus, dan hal ini juga merupakan inti penekanan berita yang disampaikan Paulus di Atena.
Pasti paling sulit bagi para filsuf Yunani untuk menerima ajaran tentang kebangkitan tubuh dan adanya suatu hari penghakiman.
Berita tentang keabadian pribadi di dalam keadaan tanpa tubuh jasmani mungkin masih dapat diterima, tetapi berita tentang kebangkitan tubuh merupakan suatu berita yang "tidak bijaksana".
Paulus tidak mengurangi amanat Injil, tetapi memberitakan Injil sedemikian rupa, sehingga langsung menusuk inti filsafat Yunani.
32-34. Beberapa orang menertawakan pemberitaan Paulus, yang lain bersedia mendiskusikannya lebih lanjut.
Dengan demikian, berakhirlah pertemuan itu dan Paulus pergi meninggalkan mereka.
Dia tidak gagal secara mutlak, sebab beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dengan dia, dan menjadi percaya.
Salah seorang di antara mereka adalah anggota Areopagus itu sendiri.
Tetapi, di Atena hanya ada sedikit orang yang menjadi percaya.
Bukan hanya tidak pernah disebutkan tentang adanya Gereja di Atena, orang-orang yang pertama-tama bertobat di Akhaya (I Kor. 16:15) pun berada di Korintus, dan bukan di Atena.
Tidak ada alasan yang memadai untuk beranggapan, bahwa kegagalan Paulus ini disebabkan oleh metode pendekatan yang keliru, yang kemudian tidak dipakainya lagi.
Kegagalan ini lebih disebabkan oleh sikap orang Atena itu sendiri.
Paulus tidak pernah merencanakan suatu program pemberitaan Injil, atau program misionaris di kota itu.
Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.