1 Korintus 13: Kasih
Selasa, September 22, 2020
Edit
Klik:
1 Corinthians / 1 Korintus 13:1-13
1Co 13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. 1Co 13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. 1Co 13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku. 1Co 13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. 1Co 13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. 1Co 13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. 1Co 13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. 1Co 13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. 1Co 13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. 1Co 13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. 1Co 13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. 1Co 13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal. 1Co 13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.Tafsiran Wycliffe
Nasihat tentang Karunia-karunia Roh (12:1-14:40). Dengan kata peri de ("Sekarang tentang") yang terkenal itu, Paulus mengacu kepada pertanyaan lainnya yang dikemukakan oleh jemaat di Korintus. Sekalipun demikian, pokok yang baru ini, yaitu karunia Roh, terkait dengan bagian sebelumnya oleh hubungan bersama dengan ibadah umum. Penting untuk membedakan karunia Roh dengan buah-buah Roh dan jabatan rohani. Buah-buah Roh adalah ciri-ciri watak Kristen. Setiap orang percaya, berkewajiban mengembangkan semua buah Roh itu (bdg. Gal. 5:22-23). Jabatan-jabatan rohani merupakan kedudukan di dalam Gereja untuk menyelenggarakan urusan-urusannya, entah itu pengawasan rohani atas domba-domba Allah (para penatua), atau pengawasan rohani di dalam hal-hal yang bersifat sementara (para diaken: I Tim. 3:1-13). Hanya beberapa orang percaya tertentu saja, yang memegang jabatan rohani. Karunia Roh adalah berbagai kemampuan yang diberikan oleh Tuhan, yang berkaitan dengan pelayanan di Gereja lokal, baik yang resmi maupun yang tidak resmi. Setiap orang percaya, memiliki karunia Roh, tetapi tidak semua orang percaya memiliki karunia yang sama (bdg. I Kor. 12:4-11). Jemaat di Korintus, yang pasti bukan jemaat yang mati, berada dalam bahaya menyalahgunakan hak-hak istimewanya dengan cara menekankan secara berlebihan karunia-karunia spektakuler tertentu. Sang rasul, pertama-tama mengemukakan soal kesatuan dan keragaman dari semua karunia yang ada (12:1-31a), kemudian soal keutamaan kasih di atas usaha mencari karunia (12:31b-13:13), dan akhirnya soal penilaian serta pengaturan penggunaan karunia bernubuat dan karunia berbahasa roh (14:1-40).Keutamaan Kasih atas Karunia (12:31b-13:13). Kalimat terakhir dari pasal 12 [Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.], telah banyak disalahtafsirkan orang. Banyak penafsir beranggapan, bahwa di sini Paulus menunjukkan bagaimana karunia-karunia rohani itu sebaiknya dipergunakan, yaitu di dalam kasih. Sekalipun demikian, penggunaan istilah "jalan" (hodos) di dalam arti "sebuah jalan" dan bukan "jalan" (tropos) di dalam arti "cara", serta pernyataan di dalam 14:1, menunjukkan bahwa Paulus sebetulnya sedang menunjuk kepada suatu jalan kehidupan yang lebih unggul dibandingkan dengan kehidupan yang dilalui dengan mencari dan memperagakan karunia rohani. Jadi, dalam beberapa hal, terdapat sesuatu yang terputus di dalam argumentasi tersebut, tetapi yang berkaitan erat. Pokok pikirannya adalah sebagai berikut: Waktu menggunakan karunia rohanimu, pastikan kamu memahami tempat yang tepat dari karunia-karunia itu di dalam skema keseluruhan dari berbagai hal. Kasih adalah hal yang terutama (12:31b-13:3), yang mengandung hal-hal yang mulia (ay. 4-7), dan kasih tinggal tetap (ay. 8-13). Kasih memberikan jawaban pada pertanyaan sepanjang masa: Apakah yang terbaik di dalam hidup ini? 1. Bahasa manusia dan bahasa malaikat. Mungkin yang dimaksudkan adalah karunia berbahasa roh. Kasih, yaitu kasih yang juga mencakup kemurahan hati. Gong yang berkumandang (MNT, nyaring bunyinya). Yang dimaksudkan Paulus ialah, bahwa kekuatan dari sebuah pernyataan, tidak ditentukan oleh artikulasi, peristilahan maupun gaya penyampaian, tetapi ditentukan oleh ketulusan hati. 2. Paulus kemudian melanjutkan pembahasan dari bahasa roh kepada nubuat, pengetahuan dan iman (bdg. 12:8-10). Kasih lebih besar daripada iman, sebab tujuan lebih penting daripada cara (bdg. Luk 9:54). Tidak berguna. "Bukan outheis, orang yang tidak ada artinya, melainkan orang yang mutlak tidak berguna" (A. T. Robertson. op.cit, IV: 177). 3. Pembahasan berpindah dari karunia kepada tindakan yang rupanya merupakan ungkapan kasih, yang satu tindakan kedermawanan yang luar biasa, dan yang lainnya adalah tindakan mati sebagai martir. Untuk dibakar, beberapa naskah yang baik, menerjemahkan anak kalimat ini dengan: agar aku dapat memuliakan. Tetapi, secara keseluruhan, tampaknya terjemahan ini menggambarkan bacaan aslinya. Mungkin ada acuan tidak langsung di sini pada seorang tokoh Indian, Zarmano-chegas, yang membakar dirinya di hadapan umum di atas tumpukan kayu bakar, dan tulisan pada monumennya di Athena berbunyi: "Zarmano-chegas, orang Indian dari Bargosa, sesuai dengan adat istiadat bangsa Indian, telah menjadikan dirinya abadi dan berbaring di sini" (Barclay, op.cit, hlm. 132). Tindakan menonjolkan diri semacam itu adalah sekadar egoisme. Sikap mementingkan diri sendiri dapat ditunjukkan dengan tindakan-tindakan yang besar. Hal semacam ini tidak ada faedahnya. 4-7. Sebuah penggambaran tentang sifat kasih dengan ciri-cirinya yang mulia, menyusul di sini. Orang nyaris dapat mengatakan, bahwa di dalam bagian ini, kasih dipersonifikasi, sebab gambaran yang disajikan sesungguhnya merupakan gambaran kehidupan dan watak Yesus Kristus. Sekalipun demikian, gambaran ini dihubungkan langsung dengan jemaat di Korintus. Pelaksanaan kebenaran-kebenaran yang dikemukakan di dalam pasal ini, sebagaimana akan dilihat di dalam pernyataan-pernyataan berikut, tentu sudah memecahkan semua persoalan yang mereka hadapi. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati, mungkin merupakan pernyataan yang merangkum bagian ini, dengan delapan ciri berikutnya menyangkut panjang sabar dan empat ciri selanjutnya menyangkut kemurahan hati. Tidak cemburu (MNT. tidak kenal cemburu), berhubungan dengan sikap saudara-saudara seiman, yang beranggapan bahwa karunia mereka kurang berarti (12:14-17). Kasih tentu akan memecahkan persoalan mereka. Tidak memegahkan diri. Secara harfiah: Tidak bertindak sebagai pembual. Ini berkaitan dengan 12:21-26. Tidak sombong, jelas menunjuk kepada bagian pembukaan dari Kitab ini (1:10-4:21). 5. Tidak melakukan yang tidak sopan, jelas berhubungan dengan berbagai bagian di dalam Kitab ini (bdg. 7:36; 11:2-16, 17-34). Tidak mencari keuntungan diri sendiri, mungkin merupakan jawaban terhadap masalah daging yang telah dipersembahkan kepada berhala (bdg. 8:1-11:1). Tidak pemarah, tentu akan memecahkan persoalan mencari keadilan pada orang yang tidak percaya (bdg. 6:1-11). Tidak menyimpan kesalahan orang lain. Atau: tidak merencanakan kejahatan. 6. Tidak bersukacita karena ketidakadilan, mengingatkan pada masalah kedursilaan dan tidak adanya tindakan disiplin untuk hal itu di dalam 5:1-13. 7. Percaya segala sesuatu, bukan termasuk keadaan mudah ditipu. Yang dimaksudkan sesungguhnya adalah, bahwa orang percaya itu, tidak boleh serba curiga. Tetapi, jika dosa yang diperbuat memang jelas, maka orang percaya harus menyatakannya dan mendukung tindakan hukumannya. Dari penggambaran tentang kasih ini, jelas bahwa Moffatt benar ketika mengatakan: "Jadi liriknya merupakan sebuah tombak." Paulus sedang menyelidiki penyakit dosa di dalam jemaat di Korintus, dengan gambaran indah tentang satu hal ini, yaitu kasih, yang pastilah dapat menyelesaikan semua persoalan yang mereka hadapi. 8-13. Di dalam ayat-ayat yang tersisa, diuraikan mengenai keabadian kasih. Kasih tidak berkesudahan dan tidak berhenti kegiatannya. Berbeda dengan karunia bernubuat yang akan berakhir, karunia berbahasa roh yang akan berhenti dan karunia berkata-kata dengan pengetahuan yang akan lenyap. Yang dimaksudkan dengan ayat 8 ialah, bahwa semua karunia itu suatu saat akan lenyap. 9. Kata sebab mengawali penjelasan tentang mengapa karunia-karunia itu akan berakhir. Suatu masa akan datang, ketika nubuat dan pengetahuan sudah lengkap. 10. Yang sempurna, tidak mungkin mengacu kepada penggenapan kanon Alkitab; karena kalau demikian, maka berarti kita sekarang, yang hidup pada zaman kanon yang sudah lengkap, seharusnya melihat lebih jelas daripada Paulus (ay. 9). Bahkan, para teolog yang paling berpuas diri dan teguh keyakinannya sekalipun, nyaris tidak berani mengakui hal itu. Kedatangan dari yang sempurna, hanya bisa mengacu pada kedatangan Tuhan yang kedua kali. Peristiwa tersebut, akan menandai akhir dari penggunaan nubuat, bahasa roh dan pengetahuan. Kalau begitu, mengapa orang bisa mengatakan, bahwa karunia-karunia ini bersifat sementara? Ayat yang berikut akan memberi jawabannya. 11. Sangatlah penting, bahwa orang memahami pikiran Paulus, agar dapat melihat kekuatan dari ilustrasi yang dikemukakannya di sini. Ilustrasi ini dirancang untuk menunjukkan sifat dari masa di antara kedua kedatangan Kristus. Dalam kaitan dengan karunia-karunia ini, maka masa antara tersebut, dapat disamakan dengan pertumbuhan seorang dari bayi sampai dewasa. Karunia-karunia khusus yang spektakuler ini, diperlukan pada tahap-tahap awal dari pertumbuhan Gereja (bdg. Ef. 4:7-16), untuk tujuan pembuktian keaslian (bdg. Ibr. 2:3, 4) dan pembinaan (I Kor. 14:3) ketika belum ada Alkitab Perjanjian Baru yang menuntun. Semua karunia tersebut merupakan "bahasa bayi" dari Gereja. Sebagaimana banyak dibuktikan oleh sejarah, seiring dengan adanya Firman dan kedewasaan yang bertambah, karunia-karunia tersebut tidak diperlukan lagi. Aku berkata-kata (harfiah: aku berbicara, atau biasa berbicara), mungkin secara khusus mengacu kepada bahasa roh. Aku merasa (bisa juga: memiliki pengertian), mengacu kepada nubuat. Aku berpikir, mengacu kepada pengetahuan. Sekalipun demikian, kita tidak mungkin terlalu dogmatis di dalam hal ini. Aku meninggalkan (harfiah: sudah meninggalkan, bentuk waktu perfect menekankan hasil dari tindakan) sifat kanak-kanak, mengarah pada datangnya yang sempurna itu (ay. 10). 12. Karena. Paulus menjelaskan, bahwa waktu sekarang merupakan tahap bayi. Sekarang, dapat diterjemahkan dengan pada saat ini. Berdasarkan fakta bahwa jemaat di Korintus hanya melihat gambaran yang samar-samar dan dengan tidak sempurna ketika karunia-karunia tersebut dipraktikkan, mengapa pula mereka demikian bersukacita di dalam hal-hal yang sifatnya samar-samar itu? 13. Demikianlah (kata nuni pada umumnya mengacu kepada waktu tanpa mengacu pada waktu yang lain, tetapi di sini kata itu mungkin saja menyangkut logika dan bukan menyangkut waktu). Tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih. Ketiga kebajikan ini melampaui semua karunia, sehingga dengan demikian, harus dikembangkan dengan lebih bersungguh-sungguh. Bagaimana caranya iman dan pengharapan itu tetap ada? Godet telah menemukan jawabannya dengan jitu: "Hakikat yang permanen dari makhluk ciptaan adalah tidak memiliki apa-apa, senantiasa tidak berdaya dan miskin .... Bukanlah sekali untuk terakhir, melainkan terus-menerus bahwa dalam keabadian iman berubah menjadi penglihatan dan pengharapan menjadi kepemilikan. Kedua kebajikan ini dengan demikian tetap ada terus untuk selama-lamanya" (op.cit, II, hlm. 261). Kasih merupakan kekuatan yang paling besar di alam semesta ini, dan sumber sejatinya serta ungkapan paling jelasnya adalah Golgota. Seseorang yang dikuasai oleh kasih tersebut, pasti terdorong untuk menyanyi dengan penuh pemujaan: Tidak terbalas kasih-Nya yang seajaib kepadaku. Tak persembahan lain yang sah, melainkan seg'nap hatiku.
Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.