1 Korintus 14:1-25: Sekali Lagi Tentang Karunia ROH
Rabu, September 23, 2020
Edit
Klik:
1 Corinthians / 1 Korintus 14:1-25
1Co 14:1 Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat. 1Co 14:2 Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. 1Co 14:3 Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur. 1Co 14:4 Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat. 1Co 14:5 Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun. 1Co 14:6 Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? 1Co 14:7 Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi--bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda? 1Co 14:8 Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang? 1Co 14:9 Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara! 1Co 14:10 Ada banyak--entah berapa banyak--macam bahasa di dunia; sekalipun demikian tidak ada satupun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti. 1Co 14:11 Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku. 1Co 14:12 Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat. 1Co 14:13 Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya. 1Co 14:14 Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. 1Co 14:15 Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku. 1Co 14:16 Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan "amin" atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? 1Co 14:17 Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya. 1Co 14:18 Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua. 1Co 14:19 Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh. 1Co 14:20 Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu! 1Co 14:21 Dalam hukum Taurat ada tertulis: "Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan." 1Co 14:22 Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman. 1Co 14:23 Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila? 1Co 14:24 Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; 1Co 14:25 segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: "Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu."Tafsiran Wycliffe
Nasihat tentang Karunia-karunia Roh (12:1-14:40). Dengan kata peri de ("Sekarang tentang") yang terkenal itu, Paulus mengacu kepada pertanyaan lainnya yang dikemukakan oleh jemaat di Korintus. Sekalipun demikian, pokok yang baru ini, yaitu karunia Roh, terkait dengan bagian sebelumnya oleh hubungan bersama dengan ibadah umum. Penting untuk membedakan karunia Roh dengan buah-buah Roh dan jabatan rohani. Buah-buah Roh adalah ciri-ciri watak Kristen. Setiap orang percaya, berkewajiban mengembangkan semua buah Roh itu (bdg. Gal. 5:22-23). Jabatan-jabatan rohani merupakan kedudukan di dalam Gereja untuk menyelenggarakan urusan-urusannya, entah itu pengawasan rohani atas domba-domba Allah (para penatua), atau pengawasan rohani di dalam hal-hal yang bersifat sementara (para diaken: I Tim. 3:1-13). Hanya beberapa orang percaya tertentu saja, yang memegang jabatan rohani. Karunia Roh adalah berbagai kemampuan yang diberikan oleh Tuhan, yang berkaitan dengan pelayanan di Gereja lokal, baik yang resmi maupun yang tidak resmi. Setiap orang percaya, memiliki karunia Roh, tetapi tidak semua orang percaya memiliki karunia yang sama (bdg. I Kor. 12:4-11). Jemaat di Korintus, yang pasti bukan jemaat yang mati, berada dalam bahaya menyalahgunakan hak-hak istimewanya dengan cara menekankan secara berlebihan karunia-karunia spektakuler tertentu. Sang rasul, pertama-tama mengemukakan soal kesatuan dan keragaman dari semua karunia yang ada (12:1-31a), kemudian soal keutamaan kasih di atas usaha mencari karunia (12:31b-13:13), dan akhirnya soal penilaian serta pengaturan penggunaan karunia bernubuat dan karunia berbahasa roh (14:1-40).Keunggulan Nubuat dan Ibadah Umum Gereja (14:1-36). Tampaknya salah satu penyebab utama dari terjadinya ketidakteraturan di Gereja itu adalah penyalahgunaan karunia berbahasa roh. Sang rasul membahas masalah tersebut di dalam pasal ini. Dia menyatakan keunggulan karunia bernubuat atas karunia berbahasa lidah (ay. 1-25), sesudah itu, dia memberikan pedoman untuk memanfaatkan karunia-karunia tersebut dengan benar (ay. 26-33), dan peraturan bagi kaum perempuan yang hadir di dalam kebaktian umum di Gereja (ay. 34-36). Sesudah itu, disajikan sebuah rangkuman dan sebuah kesimpulan (ay. 37-40). Tidak seorangpun yang telah mempelajari sifat dari karunia berbahasa roh, akan berpikir untuk bersikap dogmatis di dalam hal tersebut. Paparan yang sekarang tentang pasal ini mengikuti pandangan, bahwa karunia berbahasa roh ialah kemampuan untuk berbicara dengan bahasa yang dikenal dan bukan ucapan dalam keadaan ekstase. (Istilah unknown atau tidak dikenal di dalam versi KJV bahasa Inggris tidak dijumpai di dalam naskah-naskah Yunani yang hanya mencantumkan bahasa lidah saja). Sebagian besar penafsir masa kini, menganut pandangan, bahwa karunia ini juga mencakup ucapan dalam keadaan ekstase (bdg. MNT, hlm. 206-225; Morris, op.cit, hlm. 172, 173, 190-198). Sekalipun demikian, terdapat beberapa faktor yang membuat kebenaran penafsiran ini agak meragukan. Pertama-tama, rupanya jelas, bahwa berbahasa roh yang tercatat dalam Kisah Para Rasul adalah bahasa yang dikenal (bdg. Kis. 2:4, 8, 11). Mengingat fakta bahwa Lukas adalah sahabat dekat Paulus (mungkin dia sendiri juga di Korintus ketika itu), dan menulis Kitab Kisah Para Rasul sesudah korespondensi Korintus, rasanya logis, bila Lukas memperhatikan perbedaan di antara peristiwa yang terjadi di dalam Kisah Para Rasul dengan keadaan di Korintus, jika perbedaan itu memang ada. Dengan kata lain, I Korintus harus ditafsirkan sesuai dengan Kisah Para Rasul, yang tidak dikenal harus ditafsirkan oleh yang dikenal, sebuah prinsip hermeneutik yang bagus. Selanjutnya, peristilahan yang dipakai Paulus, identik dengan peristilahan yang dipakai Lukas di dalam Kisah Para Rasul, sekalipun Lukas mendefinisikan lebih jauh peristilahan yang dipakainya itu. Paulus menggunakan istilah Yunani glossa, yang artinya lidah; Lukas juga mempergunakan kata ini dan mendefinisikannya sebagai sebuah dialektos (Kis. 1:19; 2:6, 8; 21:40; 22:2; 26:14), sebuah istilah yang selalu mengacu kepada bahasa suatu bangsa, atau suatu daerah (bdg. Arndt, hlm. 184). Sangat kecil kemungkinan, bahwa satu fenomena yang dilukiskan oleh dua penulis dengan istilah yang sama, memiliki arti yang berbeda. Akhirnya, tujuan dari karunia ini adalah menjadi tanda bagi orang-orang Yahudi (I Kor. 14:21, 22), sebagaimana sudah dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama (bdg. Yes. 28:11), dan juga petunjuk mengenai cara memenuhi tugas di dalam Kisah Para Rasul 1:8. Pada Hari Pentakosta, dimulailah suatu karya Roh Kudus, yang akan membalik kutukan atas Babel (bdg. Kej. 11:19), ketika mana bahasa manusia (yang dikenal) dikacaukan. Jadi, di dalam penganugerahan karunia ini terdapat dua sisi. Yaitu sebagai tanda bagi orang Yahudi (setiap kali karunia ini muncul di dalam Kisah Para Rasul, selalu ada orang Yahudi yang hadir bdg. Kis. 2:4 dst.; 8:17, 18; 10:46; 19:6), dan sebagai tanda dari karya Allah yang akan mempersatukan umat tebusan di bawah panji-panji Raja Mesias dalam Kerajaan-Nya yang akan datang. Memasukkan bahasa dari orang dalam keadaan ekstase ke dalam gambaran ini, hanya akan menambah kebingungan lebih banyak. Dukungan lainnya terhadap pandangan, bahwa bahasa roh adalah bahasa yang dikenal, disajikan di dalam paparan tentang bagian tersebut. 1. Ayat pembukaan ini merupakan penegasan terhadap isi dari 12:31b-13:13, dengan maksud untuk peralihan. Kejarlah, merupakan istilah yang lebih kuat daripada usahakan. Tampak dari pernyataan ini, bahwa sekalipun karunia-karunia rohani itu dicurahkan oleh Tuhan, tidak selalu karunia itu dicurahkan setiap kali terjadi pertobatan. Terutama, menunjuk kepada evaluasi Paulus tentang bernubuat yang berbeda dengan berbahasa roh. Berbicara dengan bahasa roh, tidak membangun (ay. 2-5), tidak memberikan manfaat jika tidak ditafsirkan (ay. 5-15); sesungguhnya, karunia ini hanya membingungkan saja (ay. 16-19). 2. Tidak berkata-kata kepada manusia, berarti berbahasa roh tanpa penafsir. 3-5. Evaluasi sang rasul, jelas. Nubuat lebih berguna daripada bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya. Jika ditafsirkan, maka bahasa roh hampir bersifat seperti nubuat. (Apakah ini yang menyebabkan keduanya sering dihubungkan di dalam Kisah Para Rasul? Bdg. Kis. 10:46; 19:6). 6-15. Kesia-siaan dari bahasa roh yang tanpa penafsiran, diilustrasikan Paulus dengan berbagai fakta dari kehidupan sehari-hari. Penyataan mendahului nubuat dan pengetahuan mendahului pengajaran. 7. Bunyi yang berbeda diperlukan dalam musik dan dalam berbicara. Jika tidak, maka tidak ada pengertian. 9. Demikianlah juga kamu, mengawali penerapan dari ilustrasi. 10-11. Ilustrasi berikutnya dari dunia bahasa; dan yang dimaksudkan ialah, "Percakapan itu tidak berguna bagi pendengar jika ia tidak memahaminya" (ICC, hlm. 310). 12. Demikian pula dengan kamu, mengawali kesimpulan terhadap pokok yang dikemukakan dengan mempergunakan ilustrasi-ilustrasi ini. Membangun jemaat adalah tujuan dari pemberian karunia roh. 13-14. Orang yang memperoleh karunia berbahasa lidah, hendaknya berdoa memohon karunia untuk menafsirkannya. Jika tidak, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. Maksudnya, bahasa lidah tersebut tidak menghasilkan apa-apa di dalam pikiran para pendengar. 15. Berdoa juga dengan akal budi, berarti berdoa agar para pendengar juga memperoleh buah berupa pengertian sebagaimana ditunjukkan oleh ayat-ayat selanjutnya. Ucapan yang dapat dipahami itu penting. 16. Orang biasa yang hadir sebagai pendengar, mungkin mengacu kepada mereka yang tidak memiliki karunia berbahasa roh, atau karunia menafsirkan bahasa roh, atau mungkin orang yang hanya ingin tahu (bdg. F. F. Bruce. Commentary on the Book of Acts, hlm. 102: Morris, op.cit, hlm. 195, 196). 18-19. Yang diutamakan oleh Paulus, tampak jelas. Berapapun banyaknya seseorang mungkin mempergunakan karunia berbahasa roh di luar kebaktian (secara umum maupun pribadi), namun dalam pertemuan jemaat (bersifat menekankan di dalam kalimat bahasa Yunaninya), hendaknya orang tersebut mempergunakan kata-kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain. 20-25. Paulus telah mengemukakan keunggulan dari nubuat bagi orang dalam. Kini, dia membahas keunggulannya bagi orang luar. 21-22. Sang rasul memasukkan sebuah kutipan bebas dari Hukum Taurat (maksudnya, Perjanjian Lama), untuk menunjukkan, bahwa bahasa roh dimaksudkan sebagai tanda kehadiran Allah bersama orang-orang bukan Yahudi. Di dalam Yesaya 28:11,12, bagian yang dikutip, bangsa Asyur disebut sebagai orang-orang yang mempunyai bahasa lain. Jadi, karunia ini terutama dirancang bagi orang-orang yang belum percaya. Di dalam Kisah Para Rasul, karunia ini disebutkan sebanyak empat kali (kata "melihat" di dalam Kis. 8:18 tampaknya menunjukkan, bahwa di Samaria terdapat tanda lahiriah), dan di dalam setiap peristiwa ada orang Yahudi yang hadir. Allah bermaksud menunjukkan kepada kelompok orang yang tidak mau percaya itu, bahwa Dia ada bersama gerakan yang baru itu. Jelas bahwa bahasa-bahasa yang dikenal yang dipakai pada hari Pentakosta, merupakan satu-satunya tanda yang memadai bagi orang-orang Yahudi yang sulit diyakinkan itu. Bahasa orang yang dalam keadaan ekstase berpeluang mendapat terlalu banyak alasan alamiah, dan yang tidak kalah penting di antaranya ialah fakta historis yang sudah dikenal dan sudah sering dibicarakan oleh kelompok-kelompok non-Kristen (MNT, hlm. 208, 209). 23-25. Paulus melukiskan berbagai dampak berbeda dari bahasa roh dan nubuat pada orang luar, dengan menunjukkan keunggulan dari nubuat. Tidak ada pertentangan dengan 14:22, sebagaimana tampak jika dilihat secara sekilas (bahasa roh tidak berguna bagi orang tidak percaya, sedangkan nubuat rupanya berguna). Di dalam ayat yang terakhir, individu-individu yang telah mendengar kebenaran namun menolaknya diberi perhatian, sebagaimana ditunjukkan melalui penyamaan dengan bangsa Israel yang suka berontak, sedangkan di dalam bagian ini yang diberi perhatian adalah para pendengar baru (ICC, hlm. 319). Nubuat menuntun seseorang kepada keinsafan akan keadaan berdosanya, penghukuman, dan manifestasi dari rahasia yang terkandung di dalam hatinya. Hasil dari semua itu adalah sujud menyembah Satu-satunya Obyek Yang Layak dilayani (bdg. Mat. 14:33).
Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.