Bilangan 22:21-35: Keledai Bileam dan Malaikat TUHAN
Sabtu, November 25, 2017
Edit
Keledai Bileam dan Malaikat TUHAN. |
Setelah belajar perikop Balak Memanggil Bileam dari Kitab Bilangan, sekarang kita belajar perikop lanjutannya, yaitu Keledai Bileam dan Malaikat TUHAN.
Berikut ini tampilan ayat-ayat Firman Tuhan dalam Kitab Bilangan (Numbers 22:21-35 dengan judul perikop Keledai Bileam dan Malaikat TUHAN).
Kita belajar perikop Keledai Bileam dan Malaikat TUHAN ini dengan menggunakan tafsiran / catatan Wycliffe. Semua ayat dikutip dalam bentuk tulisan italic warna biru, sedangkan tafsiran / komentar dalam tulisan biasa.
Ayat Akitab dikutip dari software e-Sword, sedangkan komentarinya dari situs Alkitab.sabda.org. Yuk kita belajar.
Num 22:21 Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab.
Num 22:22 Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledainya yang betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia.
Num 22:23 Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tangan-Nya, menyimpanglah keledai itu dari jalan dan masuk ke ladang. Maka Bileam memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali ke jalan.
Num 22:24 Kemudian pergilah Malaikat TUHAN berdiri pada jalan yang sempit di antara kebun-kebun anggur dengan tembok sebelah-menyebelah.
Num 22:25 Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN, ditekankannyalah dirinya kepada tembok, sehingga kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Maka ia memukulnya pula.
Num 22:26 Berjalanlah pula Malaikat TUHAN terus dan berdirilah Ia pada suatu tempat yang sempit, yang tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan atau ke kiri.
Num 22:27 Melihat Malaikat TUHAN meniaraplah keledai itu dengan Bileam masih di atasnya. Maka bangkitlah amarah Bileam, lalu dipukulnyalah keledai itu dengan tongkat.
Num 22:28 Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: "Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?"
Num 22:29 Jawab Bileam kepada keledai itu: "Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang."
Num 22:30 Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: "Bukankah aku ini keledaimu yang kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?" Jawabnya: "Tidak."
Num 22:31 Kemudian TUHAN menyingkapkan mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang terhunus di tangan-Nya berdiri di jalan, lalu berlututlah ia dan sujud.
Num 22:32 Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepadanya: "Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai tiga kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandangan-Ku menuju kepada kebinasaan.
Num 22:33 Ketika keledai ini melihat Aku, telah tiga kali ia menyimpang dari hadapan-Ku; jika ia tidak menyimpang dari hadapan-Ku, tentulah engkau yang Kubunuh pada waktu itu juga dan dia Kubiarkan hidup."
Num 22:34 Lalu berkatalah Bileam kepada Malaikat TUHAN: "Aku telah berdosa, karena aku tidak mengetahui, bahwa Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka sekarang, jika hal itu jahat di mata-Mu, aku mau pulang."
Num 22:35 Tetapi Malaikat TUHAN berfirman kepada Bileam: "Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi hanyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus kaukatakan." Sesudah itu pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka Balak itu.
22. Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi. Pemakaian bentuk participle di dalam bahasa Ibraninya, menunjukkan bahwa ayat ini harus diterjemahkan sebagai berikut: Bangkitlah murka Allah pada saat dia dalam perjalanan.
Sekalipun Allah memenuhi keinginan Bileam untuk berangkat, murka-Nya bangkit karena hati nabi tersebut dikuasai oleh cinta kepada "upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat" (II Ptr. 2:15).
25. Kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Terhimpitnya kaki Bileam tercermin dari kata shepî (23:3), yang selama ini diduga, mungkin berasal dari sebuah akar kata dalam bahasa Akadia, shèpu, yang artinya: dengan langkah terhalang.
28. Tuhan membuka mulut keledai itu. Apakah keledai tersebut benar-benar mengeluarkan suara yang dapat didengar? Ataukah peristiwa ini hanya terjadi di dalam pikiran Bileam?
Kebenarannya mungkin adalah campuran dari kedua kemungkinan itu.
Sekalipun penampakan Malaikat TUHAN dan suara keledai tersebut bukan angan-angan, tampaknya semua itu hanya dapat diketahui oleh Bileam sendiri dan tidak dapat diketahui oleh orang lain yang ada bersamanya sebagaimana terjadi beberapa kali di dalam Perjanjian Baru (Kis. 9:7; 22:9; Yoh. 12:28, 29).
Ketika menuju ke Damsyik, terjadi sejumlah peristiwa alamiah yang hanya dapat dimengerti oleh rasul Paulus.
Demikian pula halnya dengan pengalaman Bileam, akibat perpaduan dari berbagai pengaruh mental dan rohani, dia tidak dapat melihat Malaikat TUHAN hingga Allah membuka matanya.
Demikian pula orang yang ikut bersama dia tidak bisa mengerti apa yang dikatakan oleh keledai itu, sebab mereka tidak memperoleh pengertian untuk mengerti.
35. Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu. Seperti dalam 22:10, Allah menyuruh Bileam untuk pergi. Oleh karena itu, Allah bukan marah sebab nabi itu pergi, melainkan sebab motivasi sang nabi untuk pergi.
Manusia tidak bisa mengetahui motivasi orang dengan mudah, namun Allah bisa.
Kita memiliki penjelasan ilahi di bagian Alkitab selanjutnya untuk menuntun kita, dan Bilangan 31:16 membuktikan bahwa Bileam adalah orang yang jahat.
Di samping itu, kisah ini tidak bisa dipahami lain, terkecuali kalau kita menggunakan pandangan meragukan, yang menyatakan bahwa kisah ini merupakan hasil tambal sulam berbagai cerita yang berbeda (bdg. ICC).
Perikop Selanjutnya: Balak Meminta Bileam Untuk Mengutuk Israel.
Berikut ini tampilan ayat-ayat Firman Tuhan dalam Kitab Bilangan (Numbers 22:21-35 dengan judul perikop Keledai Bileam dan Malaikat TUHAN).
Kita belajar perikop Keledai Bileam dan Malaikat TUHAN ini dengan menggunakan tafsiran / catatan Wycliffe. Semua ayat dikutip dalam bentuk tulisan italic warna biru, sedangkan tafsiran / komentar dalam tulisan biasa.
Ayat Akitab dikutip dari software e-Sword, sedangkan komentarinya dari situs Alkitab.sabda.org. Yuk kita belajar.
Keledai Bileam dan Malaikat TUHAN (Kitab Bilangan 22:21-35)
Num 22:21 Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab.
Num 22:22 Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi, dan berdirilah Malaikat TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledainya yang betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia.
Num 22:23 Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus di tangan-Nya, menyimpanglah keledai itu dari jalan dan masuk ke ladang. Maka Bileam memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali ke jalan.
Num 22:24 Kemudian pergilah Malaikat TUHAN berdiri pada jalan yang sempit di antara kebun-kebun anggur dengan tembok sebelah-menyebelah.
Num 22:25 Ketika keledai itu melihat Malaikat TUHAN, ditekankannyalah dirinya kepada tembok, sehingga kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Maka ia memukulnya pula.
Num 22:26 Berjalanlah pula Malaikat TUHAN terus dan berdirilah Ia pada suatu tempat yang sempit, yang tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan atau ke kiri.
Num 22:27 Melihat Malaikat TUHAN meniaraplah keledai itu dengan Bileam masih di atasnya. Maka bangkitlah amarah Bileam, lalu dipukulnyalah keledai itu dengan tongkat.
Num 22:28 Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: "Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?"
Num 22:29 Jawab Bileam kepada keledai itu: "Karena engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada pedang di tanganku, tentulah engkau kubunuh sekarang."
Num 22:30 Tetapi keledai itu berkata kepada Bileam: "Bukankah aku ini keledaimu yang kautunggangi selama hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?" Jawabnya: "Tidak."
Num 22:31 Kemudian TUHAN menyingkapkan mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang terhunus di tangan-Nya berdiri di jalan, lalu berlututlah ia dan sujud.
Num 22:32 Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepadanya: "Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai tiga kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandangan-Ku menuju kepada kebinasaan.
Num 22:33 Ketika keledai ini melihat Aku, telah tiga kali ia menyimpang dari hadapan-Ku; jika ia tidak menyimpang dari hadapan-Ku, tentulah engkau yang Kubunuh pada waktu itu juga dan dia Kubiarkan hidup."
Num 22:34 Lalu berkatalah Bileam kepada Malaikat TUHAN: "Aku telah berdosa, karena aku tidak mengetahui, bahwa Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka sekarang, jika hal itu jahat di mata-Mu, aku mau pulang."
Num 22:35 Tetapi Malaikat TUHAN berfirman kepada Bileam: "Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi hanyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus kaukatakan." Sesudah itu pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka Balak itu.
Persekongkolan Asing Menentang Israel (22:2-25:18).
Pasal 22 sampai 25 merupakan pembagian sastra antara kedua paruhan logis dari Kitab Bilangan.
Dalam pasal 22 sampai 34, kita tidak menemukan satu pun formula yang lazim ("Tuhan berfirman kepada Musa"), yang ada di semua pasal lainnya.
Bagian ini, sama seperti Kitab Ayub, mungkin berasal dari luar Israel.
Sekalipun dikatakan (Ul. 23:5), bahwa Musa mengetahui akal bulus Bileam, mustahil untuk menentukan apakah bahan dari sumber asing ini merupakan bagian dari catatan kudus di bawah pengawasan Musa atau bukan.
Bilangan 22:4b yang mengatakan "Pada waktu itu Balak ... menjadi raja Moab", menunjuk pada karya para juru tulis masa pasca Musa.
Jadi, cerita itu mungkin disisipkan di sini, di mana secara kronologis cerita itu cocok dan sekaligus menjadi engsel sastra untuk beralih dari generasi tua ke generasi baru, serta ke suatu sensus baru dan perundang-undangan baru yang menunjuk kepada ditempatinya negeri itu.
Sebagian penafsir mencoba mengurangi menonjolnya Bileam dalam cerita ini (ICC, hlm. 316; diikuti oleh JB, vol. 2, hlm. 248-263), dan melihat di dalamnya hanya konsep-konsep religius politis yang lebih besar dari budaya itu yang disajikan.
Akan tetapi, Bileam adalah satu karakter yang begitu integral dan tertanam kuat dalam ingatan, sehingga orang tidak mungkin benar-benar mengerti cerita itu tanpa berusaha memahami karakter ini.
Tentu saja maksud cerita adalah untuk menunjukkan bagaimana Allah melindungi umat-Nya dari rancangan-rancangan jahat kerajaan kafir serta nafsu tersembunyi dari seorang nabi yang menyimpang.
Namun, berbagai perbuatan cerdik Bileam dan perkataannya yang penuh kuasa, menjadikan cerita itu sebuah adikarya yang dramatis.
Balak, raja Moab, dikuasai oleh ketakutan karena ditaklukkannya orang-orang Amori oleh Israel.
Ia menyuruh orang memanggil Bileam, seorang nabi terkenal dari Mesopotanmia utara, dengan menjanjikan kepada Bileam kemasyhuran dan kekayaan bila Bileam mau mengutuk Israel.
Bileam dilarang Tuhan untuk pergi, karena itu ia menolak permintaan Balak.
Akan tetapi, ketika raja Balak memberikan janji-janji yang lebih hebat, sang nabi berharap agar Tuhan berubah pikiran.
Karena itu, Tuhan mengizinkan Bileam pergi ke Moab.
Di tengah perjalanan, Allah berusaha melalui Malaikat TUHAN untuk menyampaikan ketidaksenangan Tuhan terhadapnya.
Namun, hanya keledai Bileam yang bisa melihat Malaikat TUHAN.
Akhirnya, keledai tersebut berbicara dan menegur Bileam atas kebutaan rohaninya.
Lalu, mata sang nabi dibukakan untuk dapat melihat Malaikat TUHAN.
22. Tetapi bangkitlah murka Allah ketika ia pergi. Pemakaian bentuk participle di dalam bahasa Ibraninya, menunjukkan bahwa ayat ini harus diterjemahkan sebagai berikut: Bangkitlah murka Allah pada saat dia dalam perjalanan.
Sekalipun Allah memenuhi keinginan Bileam untuk berangkat, murka-Nya bangkit karena hati nabi tersebut dikuasai oleh cinta kepada "upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat" (II Ptr. 2:15).
25. Kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Terhimpitnya kaki Bileam tercermin dari kata shepî (23:3), yang selama ini diduga, mungkin berasal dari sebuah akar kata dalam bahasa Akadia, shèpu, yang artinya: dengan langkah terhalang.
28. Tuhan membuka mulut keledai itu. Apakah keledai tersebut benar-benar mengeluarkan suara yang dapat didengar? Ataukah peristiwa ini hanya terjadi di dalam pikiran Bileam?
Kebenarannya mungkin adalah campuran dari kedua kemungkinan itu.
Sekalipun penampakan Malaikat TUHAN dan suara keledai tersebut bukan angan-angan, tampaknya semua itu hanya dapat diketahui oleh Bileam sendiri dan tidak dapat diketahui oleh orang lain yang ada bersamanya sebagaimana terjadi beberapa kali di dalam Perjanjian Baru (Kis. 9:7; 22:9; Yoh. 12:28, 29).
Ketika menuju ke Damsyik, terjadi sejumlah peristiwa alamiah yang hanya dapat dimengerti oleh rasul Paulus.
Demikian pula halnya dengan pengalaman Bileam, akibat perpaduan dari berbagai pengaruh mental dan rohani, dia tidak dapat melihat Malaikat TUHAN hingga Allah membuka matanya.
Demikian pula orang yang ikut bersama dia tidak bisa mengerti apa yang dikatakan oleh keledai itu, sebab mereka tidak memperoleh pengertian untuk mengerti.
35. Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu. Seperti dalam 22:10, Allah menyuruh Bileam untuk pergi. Oleh karena itu, Allah bukan marah sebab nabi itu pergi, melainkan sebab motivasi sang nabi untuk pergi.
Manusia tidak bisa mengetahui motivasi orang dengan mudah, namun Allah bisa.
Kita memiliki penjelasan ilahi di bagian Alkitab selanjutnya untuk menuntun kita, dan Bilangan 31:16 membuktikan bahwa Bileam adalah orang yang jahat.
Di samping itu, kisah ini tidak bisa dipahami lain, terkecuali kalau kita menggunakan pandangan meragukan, yang menyatakan bahwa kisah ini merupakan hasil tambal sulam berbagai cerita yang berbeda (bdg. ICC).
Perikop Selanjutnya: Balak Meminta Bileam Untuk Mengutuk Israel.