Mazmur 90: Allah, Tempat Perlindungan Yang Kekal
Rabu, Agustus 15, 2018
Edit
Klik:
Psalms 90
Psa 90:1 Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun.
Psa 90:2 Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.
Psa 90:3 Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"
Psa 90:4 Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.
Psa 90:5 Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh,
Psa 90:6 di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.
Psa 90:7 Sungguh, kami habis lenyap karena murka-Mu, dan karena kehangatan amarah-Mu kami terkejut.
Psa 90:8 Engkau menaruh kesalahan kami di hadapan-Mu, dan dosa kami yang tersembunyi dalam cahaya wajah-Mu.
Psa 90:9 Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemas-Mu, kami menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh.
Psa 90:10 Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.
Psa 90:11 Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu?
Psa 90:12 Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Psa 90:13 Kembalilah, ya TUHAN--berapa lama lagi? --dan sayangilah hamba-hamba-Mu!
Psa 90:14 Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami.
Psa 90:15 Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka.
Psa 90:16 Biarlah kelihatan kepada hamba-hamba-Mu perbuatan-Mu, dan semarak-Mu kepada anak-anak mereka.
Psa 90:17 Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu.
Tafsiran Wycliffe
JILID IV. Mazmur 90-106.
Bagian pokok keempat dari Kitab Mazmur sebenarnya merupakan bagian dari sebuah koleksi yang lebih besar, mencakup Mazmur 90-150.
Pemutusan pada Mazmur 106 kelihatannya dibuat untuk memudahkan, sebab gagasan menonjol yang sama dilanjutkan dalam Mazmur 107.
Kendatipun mazmur-mazmur dalam Jilid I terutama bersifat pribadi dan mazmur-mazmur dalam Jilid II dan III pada umumnya untuk bangsa, bagian selebihnya dari Mazmur pada dasarnya bersifat liturgis, atau berhubungan dengan tata ibadah.
Penekanannya adalah pada ibadah umat Allah ketika mereka mempersembahkan pujian-pujian dan ucapan syukur, yang bentuknya cocok untuk ibadah di Bait Suci.
Nama perjanjian untuk Allah, yakni Yahweh, menonjol.
Nama itu muncul pada setiap mazmur dalam Jilid IV, dan tidak muncul hanya pada dua mazmur dalam Jilid V.
Mazmur 90. Pertolongan Kita Pada Masa-masa Lalu.
Kendatipun mungkin mazmur ini merupakan renungan (meditasi) pribadi, tujuannya jelas menyuarakan permohonan satu kelompok umat.
Penulis mazmur ini melihat sejarah yang panjang di belakang untuk sampai pada konsepnya tentang murka Allah.
Mengingat, bahwa manusia itu lemah dan hidupnya pun singkat, dia memohon agar Allah memulihkan kebaikan-Nya.
1-6. Kehidupan Manusia Diperbandingkan dengan Kekekalan Allah.
Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami. Pemazmur mulai dengan menyebut keyakinannya akan kekekalan Allah (bdg. Ul. 33:27).
Sesungguhnya, semua angkatan (versi LAI, turun-temurun) mengetahui, bahwa hal itu benar.
Tuhan bersifat kekal; sedang manusia bersifat fana.
Tuhan tidak terikat pada waktu; manusia selalu terikat pada waktu.
Tuhan ada dari kekal sampai kekal; manusia, seperti rumput, hidupnya singkat.
Gaya bahasa kiasan pada ayat 4-6 bukan hanya menonjolkan betapa singkatnya, atau rapuhnya hidup ini, melainkan juga ketergantungan manusia kepada Yang Kekal.
Nasib manusia pasti ada di tangan Allah, kembali kepada debu atas perintah-Nya dan hilang bagaikan tersapu oleh air bah.
7-12. Manusia Habis Lenyap Oleh Murka Allah.
Sungguh, kami habis lenyap karena murka-Mu. Pemazmur kini menjelaskan alasan dari hidup manusia yang fana, serta penderitaannya.
Melalui sejarah dan pengalaman pribadi, dia menyadari, bahwa cahaya wajah Allah seperti matahari, menyelidiki kehidupan manusia yang terdalam.
Dibanding sifat Allah yang tidak mengenal waktu, rentang hidup tujuh puluh, atau delapan puluh tahun kelihatannya sungguh pendek.
Lagi pula, tahun-tahun itu diisi oleh kesedihan dan penderitaan.
Dari pandangan hidup pesimis ini, muncul jeritan sayu mengharapkan pengajaran dan hikmat untuk menolong manusia mengerti arti hidup sebenarnya.
13-17. Manusia Mencari Kebaikan Allah.
Kembalilah, ya Tuhan ... Kenyangkanlah kami. Permohonan dalam ayat 12 diteruskan pada seluruh bagian syair ini.
Pemazmur ingin Allah memberikan kepada bangsanya kebahagiaan yang seimbang dengan penderitaan yang mereka alami karena murka-Nya.
Mazmur ini diakhiri dengan permohonan, agar Allah melalui kasih sayang atau kemurahan-Nya memelihara dan meneguhkan bangsanya (bdg. Ef. 2:10) dalam semua tugas sehari-hari (yakni, perbuatan tangan kami; bdg. Ul. 2:7; 14:29; 16:15; 24:19).
Sumber bahan: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.