Mazmur 137: Di Tepi Sungai-sungai Babel
Jumat, Agustus 31, 2018
Edit
Klik:
Psalms 137
Psa 137:1 Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion.
Psa 137:2 Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita.
Psa 137:3 Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!"
Psa 137:4 Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing?
Psa 137:5 Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
Psa 137:6 Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku!
Psa 137:7 Ingatlah, ya TUHAN, kepada bani Edom, yang pada hari pemusnahan Yerusalem mengatakan: "Runtuhkan, runtuhkan sampai ke dasarnya!"
Psa 137:8 Hai puteri Babel, yang suka melakukan kekerasan, berbahagialah orang yang membalas kepadamu perbuatan-perbuatan yang kaulakukan kepada kami!
Psa 137:9 Berbahagialah orang yang menangkap dan memecahkan anak-anakmu pada bukit batu!
Tafsiran Wycliffe
Mazmur 137. Nyanyian Orang-orang Di Pembuangan.
Semangat balas dendam yang kuat terlihat jelas dalam ratapan umat ini.
Ayat-ayat pembukaan membangkitkan simpati kepada para tawanan, sementara ayat-ayat terakhir memberi saluran keluar bagi kemarahan yang mereka alami ketika mereka menceritakan kehancuran negeri mereka.
Kendatipun tidak jelas di mana pemazmur berada ketika menulis nyanyian ini, dia kelihatannya adalah salah satu dari orang-orang buangan yang kembali ke Yerusalem pada tahun 538 sM.
Pandangan pertamanya pada Yerusalem mungkin telah sangat mendorong dia mengutuk Edom dan Babel.
1-3. Kesedihan Orang-orang Dalam Pembuangan.
Di tepi sungai-sungai Babel ... kita ... menangis. Suara pemazmur tersedu-sedu disertai kesedihan ketika dia menggambarkan penderitaan dalam tawanan.
Tidak diragukan, bahwa orang-orang buangan itu berada di tempat-tempat khusus di sepanjang sungai Efrat atau sistem kanalnya, di mana mereka pasti meratapi keadaan mereka.
Ketika mereka diminta bernyanyi menghibur orang-orang yang menawan mereka, mereka menjawabnya dengan menggantungkan kecapi mereka pada pohon-pohon gandarusa yang berdiri berjejer di tepi-tepi sungai itu.
4-6. Kecintaan Akan Yerusalem.
Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian Tuhan. Betapapun, bagaimana mungkin mereka menyanyikan nyanyian-nyanyian kudus dari kebaktian di Bait Suci sebagai hiburan bagi orang-orang di negeri asing?
Hal itu tentu akan menajiskan perkara-perkara yang kudus dan mengkhianati Sion.
Pemazmur lebih suka kehilangan kemampuan bermain kecapi dan menyanyi daripada lupa kesucian Yerusalem.
7-9. Kebencian Terhadap Para Musuh.
Bani Edom ... puteri Babel. Intensitas emosi pemazmur terlihat pada kebencian terhadap musuh-musuhnya, juga pada kecintaannya kepada Yerusalem.
Dia mengkhususkan Edom karena membantu musuh melawan Yerusalem (bdg. Yeh. 25:12-14; 35; Ob. 10-14).
Demikianlah Babel menjadi sasaran kutukan berapi-api dari pemazmur.
Pembantaian kejam seperti dilukiskan dalam ayat 9 lazim dilakukan dalam perampokan atas kota-kota pada zaman kuno (Yes. 13:16; Nah. 3:10) dan berlaku atas Israel (II Raj. 8:12; Hos. 13:16).
JILID V. MAZMUR 107-150.
Jilid kelima dari lima bagian ini mencakup beberapa koleksi atau kelompok mazmur yang lebih kecil.
Nyanyian-nyanyian Ziarah dan Mazmur-mazmur Haleluya (111-113, 115-117, 146-150) jelas adalah bagian inti yang di sekitarnya mazmur-mazmur lain dikelompokkan bersama.
Sebelum ada pembagian menjadi lima bagian ini, mungkin ada pembabakan menjadi tiga bagian di mana Jilid IV dan V merupakan sebuah kumpulan besar.
Seluruh bagian secara nyata memperlihatkan tujuan liturgis; yang menimbulkan rasa ibadah bersama yang mendalam, yang mencapai puncak dalam kata-kata penutup Mazmur 150: "Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan. Haleluya."
Sumber bahan: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.