Song of Solomon 8:5-7: Cinta Kuat Seperti Maut

Klik:

Song of Solomon 8:5-7


Son 8:5 Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar pada kekasihnya? --Di bawah pohon apel kubangunkan engkau, di sanalah ibumu telah mengandung engkau, di sanalah ia mengandung dan melahirkan engkau.

Son 8:6 --Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!

Son 8:7 Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.


Tafsiran Wycliffe


5a. Siapakah dia yang ... ? Pertanyaan ini diajukan sang penyair untuk menyiapkan adegan berikutnya.

Mengenai padang gurun, lihat 3:6.

Mereka berdua diketahui sedang berjalan bersama dan bercakap-cakap.

Raja mengingatkan mempelai perempuannya, tentang bagaimana dia dahulu menemukan gadis ini (barangkali pada pertemuan pertama mereka) sedang tidur di bawah pohon apel di dekat rumah ibu sang gadis, dan dia membangunkan sang gadis.

6, 7. Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu. Kata-kata itu, yang diucapkan oleh mempelai perempuan, merangkum tema dari seluruh Kidung dan merupakan klimaksnya.

Sebuah cincin cap atau meterai dikenakan pada tangan kanan (Yer. 22:24), atau digantung pada leher dengan seutas tali (Kej. 38:18).

Itu merupakan tanda, atau lambang otoritas (bdg. Kej. 41:42; I Raj. 21:8), karenanya merupakan milik yang sangat berharga.

Lambang itu menunjukkan hasrat tak tertahankan dari mempelai perempuan untuk menjadi harta paling berharga bagi mempelai laki-lakinya.

Di sini raja Salomo, yang menggubah Kidung ini dengan ilham Roh Kudus, bertindak melampaui kebiasaan-kebiasaannya sendiri, sebab dengan memenuhi keinginan gadis Sulam itu, akan berarti ia mengesampingkan praktik poligaminya.

Pernyataan cinta yang sungguh-sungguh, serta terang-terangan yang keluar dari bibir mempelai perempuan menunjuk kepada sifat perkawinan monogami.

Perkawinan adalah bersatunya cinta dari satu orang laki-laki dengan satu orang perempuan; dan setiap gangguan oleh pihak ketiga melanggar hubungan unik di antara keduanya.

Keinginan orang yang benar-benar mencintai itu begitu kuat, sehingga dia memberikan dirinya mutlak kepada yang lain, dan sebagai imbangannya dia menuntut kasih sayang eksklusif yang sama kuatnya.

Kasih semacam itu terhadap orang lain berasal dari Tuhan yang menempatkannya di dalam hati manusia, dan kasih tersebut tidak dapat dipadamkan.

Cinta kasih seperti itu juga tidak dapat dibeli.

Bahkan, Salomo dengan semua kekayaannya tidak dapat membeli cinta si gadis Sulam itu.

Sebaliknya, gadis itu memberikannya secara spontan, dan cintanya sangat melimpah.

Kasih mutlak seperti itu juga merupakan ideal rohani antara Allah dengan umat-Nya.

Kita diperingatkan untuk tidak melayani dua tuan (Mat. 6:24), dan untuk mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita (Mrk. 12:30).

Sumber bahan: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel