Song of Solomon 6:4-7:5: Mempelai Laki-laki Memuji Mempelai Perempuan

Klik:

Song of Solomon 6:4-7:5


Son 6:4 Cantik engkau, manisku, seperti kota Tirza, juita seperti Yerusalem, dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya.

Son 6:5 Palingkanlah matamu dari padaku, sebab aku menjadi bingung karenanya. Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari Gilead.

Son 6:6 Gigimu bagaikan kawanan domba, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada.

Son 6:7 Bagaikan belahan buah delima pelipismu di balik telekungmu.

Son 6:8 Permaisuri ada enam puluh, selir delapan puluh, dan dara-dara tak terbilang banyaknya.

Son 6:9 Tetapi dialah satu-satunya merpatiku, idam-idamanku, satu-satunya anak ibunya, anak kesayangan bagi yang melahirkannya; puteri-puteri melihatnya dan menyebutnya bahagia, permaisuri-permaisuri dan selir-selir memujinya.

Son 6:10 "Siapakah dia yang muncul laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan surya, dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya?"

Son 6:11 Ke kebun kenari aku turun melihat kuntum-kuntum di lembah, melihat apakah pohon anggur berkuncup dan pohon-pohon delima berbunga.

Son 6:12 Tak sadar diri aku; kerinduanku menempatkan aku di atas kereta orang bangsawan.

Son 6:13 Kembalilah, kembalilah, ya gadis Sulam, kembalilah, kembalilah, supaya kami dapat melihat engkau! Mengapa kamu senang melihat gadis Sulam itu seperti melihat tari-tarian perang?

Son 7:1 Betapa indah langkah-langkahmu dengan sandal-sandal itu, puteri yang berwatak luhur! Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan, karya tangan seniman.

Son 7:2 Pusarmu seperti cawan yang bulat, yang tak kekurangan anggur campur. Perutmu timbunan gandum, berpagar bunga-bunga bakung.

Son 7:3 Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang.

Son 7:4 Lehermu bagaikan menara gading, matamu bagaikan telaga di Hesybon, dekat pintu gerbang Batrabim; hidungmu seperti menara di gunung Libanon, yang menghadap ke kota Damsyik.

Son 7:5 Kepalamu seperti bukit Karmel, rambut kepalamu merah lembayung; seorang raja tertawan dalam kepang-kepangnya.


Tafsiran Wycliffe


4. Kota Tirza, yang terletak di timur laut kota Samaria, adalah ibu kota pertama kerajaan utara sampai zaman Omri (I Raj. 14:17; 15:21, 33; 16:8, 15, 23, 24).

Jika Salomo dianggap mengarang Kitab Kidung Agung, dia pasti tidak mengenal Tirza sebagai ibu kota. Kota ini tentu indah sekali sehingga disebut demikian di sini.

Dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya. Walaupun pikiran orang Barat modern sulit mengerti ilustrasi ini, hal tersebut menunjukkan kecantikan yang mempesona dari mempelai perempuan.

5. Palingkanlah matamu. Mempelai perempuan yang sangat cantik ini membuat raja bingung.

Mengenai ayat 5b, 6, 7, lihat tentang 4:1-3.

Jumlah seluruh permaisuri dan selir Salomo lebih besar daripada yang disebut di sini (bdg. I Raj. 11:3).

9. Tetapi, di antara semua perempuan dan gadis-gadis ini, gadis Sulam tersebut menonjol karena kecantikannya yang tanpa cacat, bahkan sang raja bisa membedakan dia di antara selaksa atau sepuluh ribu orang (5:10). Satu-satunya anak ibunya.

10. Kata-kata: Siapakah dia ... dst., paling baik jika dianggap sebagai menirukan pujian yang diucapkan oleh para permaisuri dan para selir.

11. Ke kebun kenari aku turun. Sulit memastikan siapa yang berbicara di sini, Salomo, atau mempelai perempuannya, tetapi sebaiknya kita menganggap yang berbicara di sini adalah mempelai perempuan.

Perkataan ini ia tujukan kepada perempuan-perempuan yang mengaguminya (ay. 10), yaitu bahwa ia telah turun ke kebun kenari.

12. Menempatkan aku di atas kereta orang bangsawan. Belum ada orang yang memberikan terjemahan dan tafsiran yang memuaskan untuk pernyataan ini.

Di sini mempelai perempuan mungkin sedang menceritakan, bagaimana dia secara tak terduga dan tiba-tiba terangkat harkatnya menjadi ratu.

Seperti ayat 11, ayat ini pasti merupakan jawaban mempelai perempuan atas pujian yang disampaikan para permaisuri dan para selir kepadanya.

13. Para permaisuri, perempuan-perempuan lain meminta mempelai perempuan untuk kembali, dan kembali lagi supaya mereka bisa melihatnya.

Tidak dapat dipastikan siapa yang mengajukan pertanyaan: Mengapa kamu senang melihat gadis Sulam itu?

Pertanyaan ini jelas merupakan gaya bahasa sang penyair untuk memulai gambarannya yang berikut mengenai kecantikan mempelai perempuan.

Bukan tidak mungkin, pertanyaan ini diajukan oleh perempuan-perempuan yang mendesak gadis Sulam itu untuk kembali berulang-ulang.

Sebutan gadis Sulam untuk mempelai perempuan mungkin diambil dari nama tempat, Sunem (bdg. Yos. 19:18; I Sam. 28:4; II Raj. 4:8).

Tari-tarian perang (NIV, dance of Mahanaim) pasti merupakan tarian yang sangat dikenal.

Mahanaim ialah suatu tempat yang terletak pada perbatasan suku Gad, tidak jauh dari sungai Yordan.

RAJA MEMUJI KECANTIKAN MEMPELAI PEREMPUANNYA DAN CINTA GADIS ITU KEPADANYA (7:1-13).

Ayat 1-9 merupakan sebuah syair pujian yang memuji kesempurnaan tubuh mempelai perempuan.

Allah kita, yang menciptakan keindahan alam dengan keragamannya yang nyaris tak terbatas, juga menciptakan tubuh manusia sedemikian rupa sehingga merupakan buah karya tangan-Nya yang mengagumkan.

Keindahan tubuh dan hasrat suci suami isteri (mempelai laki-laki dan perempuan) secara timbal balik merupakan karunia-karunia Allah bagi manusia.

Penyimpangan terhadap karunia-karunia inilah yang buruk (bdg. Rm. 1:26, 27) dan karenanya harus dicela.

Bagian kedua dari Kidung 6:13 merupakan pengantar kepada gambaran mengenai mempelai perempuan yang diberikan di sini.

7:1. Betapa indah langkah-langkahmu. Di sini, raja yang sedang berbicara.

Barangkali kita bisa membayangkan mempelai perempuan itu sedang menari dalam suatu peristiwa, di mana kecantikannya tampak lebih menonjol.

2. Seperti frasa, berpagar bunga-bunga bakung, frasa, yang tak kekurangan anggur campur, berfungsi untuk melengkapi gambaran itu.

3. Lihat tentang 4:5.

4. Bagaikan menara gading. Leher mempelai perempuan tampak kuning dan halus bagaikan gading dan ramping bagaikan menara.

Telaga di Hesybon, menyiratkan mata yang jernih berkilau-kilauan. Hesybon adalah ibu kota kuno bangsa Amori (Bil. 21:25, 26; Ul. 2:24).

Batrabim adalah pintu gerbang Hesybon.

Menara di gunung Libanon, mungkin adalah menara jaga. Sang penulis pasti menganggap hidung mancung sebagai sangat indah.

5. Bukit Karmel ialah gunung, yang dari puncaknya orang bisa memandang Laut Tengah dan Tanah Palestina dengan kemegahannya.

Rambut ... merah lembayung. Keindahan rambut mempelai perempuan adalah sedemikian rupa sehingga memikat sang raja.

6. Di antara semua hal yang mungkin sangat diinginkan oleh orang, tak ada yang dapat dibandingkan dengan kecantikan mempelai perempuan ini.

7. Sosok tubuhmu seumpama pohon korma. Dia adalah laksana pohon korma yang megah.

Seumpama ... gugusan. Barangkali yang dimaksud adalah gugusan korma.

8. Mempelai laki-laki menyatakan hasratnya untuk memeluk mempelai perempuan yang dicintainya, serta sepenuhnya menikmati cinta dan kecantikannya.

Sumber bahan: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel