Yoel 1:2-2:11: Tulah Belalang Sebagai Hukuman TUHAN
Rabu, Maret 06, 2019
Edit
Klik:
Joel / Yoel 1:2-2:11
Joe 1:2 Dengarlah ini, hai para tua-tua, pasanglah telinga, hai seluruh penduduk negeri! Pernahkah terjadi seperti ini dalam zamanmu, atau dalam zaman nenek moyangmu?
Joe 1:3 Ceritakanlah tentang itu kepada anak-anakmu, dan biarlah anak-anakmu menceritakannya kepada anak-anak mereka, dan anak-anak mereka kepada angkatan yang kemudian.
Joe 1:4 Apa yang ditinggalkan belalang pengerip telah dimakan belalang pindahan, apa yang ditinggalkan belalang pindahan telah dimakan belalang pelompat, dan apa yang ditinggalkan belalang pelompat telah dimakan belalang pelahap.
Joe 1:5 Bangunlah, hai pemabuk, dan menangislah! Merataplah, hai semua peminum anggur karena anggur baru, sebab sudah dirampas dari mulutmu anggur itu!
Joe 1:6 Sebab maju menyerang negeriku suatu bangsa yang kuat dan tidak terbilang banyaknya; giginya bagaikan gigi singa, dan taringnya bagaikan taring singa betina.
Joe 1:7 Telah dibuatnya pohon anggurku menjadi musnah, dan pohon araku menjadi buntung; dikelupasnya kulitnya sama sekali dan dilemparkannya, sehingga carang-carangnya menjadi putih.
Joe 1:8 Merataplah seperti anak dara yang berlilitkan kain kabung karena mempelai, kekasih masa mudanya.
Joe 1:9 Korban sajian dan korban curahan sudah lenyap dari rumah TUHAN; dan berkabunglah para imam, yakni pelayan-pelayan TUHAN.
Joe 1:10 Ladang sudah musnah, tanah berkabung, sebab gandum sudah musnah, buah anggur sudah kering, minyak sudah menipis.
Joe 1:11 Para petani menjadi malu, tukang-tukang kebun anggur meratap karena gandum dan karena jelai, sebab sudah musnah panen ladang.
Joe 1:12 Pohon anggur sudah kering dan pohon ara sudah merana; pohon delima, juga pohon korma dan pohon apel, segala pohon di padang sudah mengering. Sungguh, kegirangan melayu dari antara anak-anak manusia.
Joe 1:13 Lilitkanlah kain kabung dan mengeluhlah, hai para imam; merataplah, hai para pelayan mezbah; masuklah, bermalamlah dengan memakai kain kabung, hai para pelayan Allahku, sebab sudah ditahan dari rumah Allahmu, korban sajian dan korban curahan.
Joe 1:14 Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah TUHAN, Allahmu, dan berteriaklah kepada TUHAN.
Joe 1:15 Wahai, hari itu! Sungguh, hari TUHAN sudah dekat, datangnya sebagai pemusnahan dari Yang Mahakuasa.
Joe 1:16 Bukankah di depan mata kita sudah lenyap makanan, sukaria dan sorak-sorai dari rumah Allah kita?
Joe 1:17 Biji-bijian menjadi kering di dalam tanah, lumbung-lumbung sudah licin tandas, rengkiang-rengkiang sudah runtuh, sebab gandum sudah habis.
Joe 1:18 Betapa mengeluhnya hewan dan gempar kawanan-kawanan lembu, sebab tidak ada lagi padang rumput baginya; juga kawanan kambing domba terkejut.
Joe 1:19 Kepada-Mu, ya TUHAN, aku berseru, sebab api telah memakan habis tanah gembalaan di padang gurun, dan nyala api telah menghanguskan segala pohon di padang.
Joe 1:20 Juga binatang-binatang di padang menjerit karena rindu kepada-Mu, sebab wadi telah kering, dan apipun telah memakan habis tanah gembalaan di padang gurun.
Joe 2:1 Tiuplah sangkakala di Sion dan berteriaklah di gunung-Ku yang kudus! Biarlah gemetar seluruh penduduk negeri, sebab hari TUHAN datang, sebab hari itu sudah dekat;
Joe 2:2 suatu hari gelap gulita dan kelam kabut, suatu hari berawan dan kelam pekat; seperti fajar di atas gunung-gunung terbentang suatu bangsa yang banyak dan kuat, yang serupa itu tidak pernah ada sejak purbakala, dan tidak akan ada lagi sesudah itu turun-temurun, pada masa yang akan datang.
Joe 2:3 Di depannya api memakan habis, di belakangnya nyala api berkobar. Tanah di depannya seperti Taman Eden, tetapi di belakangnya padang gurun tandus, dan sama sekali tidak ada yang dapat luput.
Joe 2:4 Rupanya seperti kuda, dan seperti kuda balapan mereka berlari.
Joe 2:5 Seperti gemertaknya kereta-kereta, mereka melompat-lompat di atas puncak gunung-gunung; seperti geletiknya nyala api yang memakan habis jerami; seperti suatu bangsa yang kuat, teratur barisannya untuk berperang.
Joe 2:6 Terhadapnya bangsa-bangsa gemetar, segala muka bertambah menjadi pucat pasi.
Joe 2:7 Seperti pahlawan mereka berlari, seperti prajurit mereka naik tembok; dan mereka masing-masing berjalan terus dengan tidak membelok dari jalannya;
Joe 2:8 mereka tidak berdesak-desakan, mereka berjalan terus masing-masing di jalannya; mereka menerobos pertahanan dengan tombak, mereka tidak membiarkan barisannya terputus.
Joe 2:9 Mereka menyerbu ke dalam kota, mereka berlari ke atas tembok, mereka memanjat ke dalam rumah-rumah, mereka masuk melalui jendela-jendela seperti pencuri.
Joe 2:10 Di depannya bumi gemetar, langit bergoncang; matahari dan bulan menjadi gelap, dan bintang-bintang menghilangkan cahayanya.
Joe 2:11 Dan TUHAN memperdengarkan suara-Nya di depan tentara-Nya. Pasukan-Nya sangat banyak dan pelaksana firman-Nya kuat. Betapa hebat dan sangat dahsyat hari TUHAN! Siapakah yang dapat menahannya?
Tafsiran Wycliffe
Malapetaka Tiga Rangkap: Belalang, Kekeringan dan Kebakaran (1:2-20).
Di tengah malapetaka yang dahsyat, sang nabi menghimbau umat untuk meratap secara universal.
Ia menafsirkan kondisi waktu itu sebagai pertanda awal dari Hari Tuhan (1:2-12).
Untuk menghindari kengerian itu, ia menghimbau seluruh lapisan masyarakat untuk kembali kepada Allah dengan bertobat (1:13, 14).
Sang nabi menandaskan kembali keadaan waktu itu dan mengakhiri dengan doa untuk pembebasan (1:16-20).
2. Dengarlah ini. Permohonan yang sungguh-sungguh untuk memperhatikan apa yang akan terjadi (bdg. Am. 3:1; 4:1; 5:1).
Para tua-tua. Bukan tua-tua pejabat, tetapi orang-orang yang berusia lanjut yang meneruskan adat masa lampau kepada generasi berikut.
Dalam zaman nenek moyangmu. Di antara bangsa-bangsa di Timur, kenangan waktu lampau diceritakan dari generasi ke generasi.
3. Jawaban atas pertanyaan ayat 2 tidak dinyatakan. Jawabannya hanya bisa TIDAK.
Ceritakanlah. Kata Ibrani sãppēru (sebuah akar kata intensif) berasal dari akar kata yang sama dengan akar kata untuk kitab. Di sini, kata kerjanya berarti pemberian informasi yang cermat dan rinci.
(Mengenai transmisi catatan tentang pembebasan oleh Allah dan penyataan-Nya dalam hal ini, lih. Ul. 4:9; 6:6, 7; 11:8; Mzm. 78:5.)
Sekarang prosedur yang sama harus mencatat malapetaka yang tidak ada bandingannya ini.
4. Belalang pengerip ... belalang pindahan ... belalang pelompat ... belalang pelahap -- menggambarkan empat dari delapan puluh atau sembilan puluh jenis belalang di Timur.
5. Bangunlah, hai pemabuk. Sudah waktunya untuk bangun dari tidur karena mabuk.
Para pemabuk mewakili golongan-golongan mewah, yang di sini didesak untuk menangis dan meratap karena kehancuran ladang-ladang anggur telah menghabiskan persediaan mereka.
6, 7. Penyebab kesulitan tersebut ialah amat banyaknya musuh, senjata-senjata mengerikan yang mereka miliki serta akibat-akibat buruk serangan mereka.
Bangsa (Ibr.: gôy). Kawanan belalang itu bagaikan suatu bangsa.
Mereka merusak tanah seperti bala tentara yang menyerbu.
Maju menyerang. Sebuah istilah militer yang digunakan untuk kedatangan musuh (bdg. I Raj. 20:22; Yes. 21:2).
Taringnya. Taring beberapa jenis belalang seperti gergaji. Dengan taring seperti itu mereka dapat mengunyah kayu, kulit dan daun.
Buntung. Ini gaya bahasa hiperbola.
Belalang tidak dapat membuat pohon ara menjadi buntung, tetapi mereka dapat mengurangi nilai pohon ara itu menjadi seperti serpih.
Dengan mengunyah bunga-bunga, daun-daun dan kulit kayunya, belalang dapat membuatnya gundul.
Akibatnya tidak tampak seperti desa yang terbakar, tetapi seperti tanah yang ditutupi salju, karena warna putih pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan kering.
8. Merataplah (Ibr. `ĕlî). Kata kerja ini hanya dipakai di sini, tetapi maknanya jelas dari bahasa Aram dan Siria.
Bentuk kata ini feminin, karena seluruh komunitas disapa.
Seperti anak dara (Ibr. Betûlâ). Harfiahnya: Seorang yang terpisah dari semua orang lain, orang yang belum mengenal seorang pria pun (Kej. 24:16).
Kekasih masa mudanya. Ditinggalkan menjanda sebelum menikah.
9. Pembenaran bagi himbauan untuk ratapan universal.
Korban sajian dan korban curahan. Keduanya berarti kurban sehari-hari (bdg. Bil. 15:5; 28:7; Kel. 29:38).
Dalam Yudaisme yang belakangan, tidak ada yang lebih ditakuti daripada penghentian persembahan kurban (lih. Dan. 8:11; 11:31; 12:11).
Yosephus berpendapat, bahwa pemutusan persembahan kurban sehari-hari adalah malapetaka paling mengerikan dan tidak pernah terjadi sebelumnya dalam pengepungan Yerusalem (Antiq xiv. 16.2; Wars vi. 2.1).
11, 12. Sang nabi menggambarkan keadaan para petani serta tukang-tukang kebun anggur.
Para petani menjadi malu. Yoel melukiskan manusia, hasil bumi dan ladang-ladang sebagai sedang meratap bersama-sama.
Yerome memahaminya di sini sebagai alegori dan berpendapat, bahwa para petani dan tukang kebun anggur adalah imam-imam dan pengkhotbah-pengkhotbah.
Pohon ara adalah tanaman asli Asia Barat dan amat banyak di Palestina.
Pohon itu dihargai tinggi dan sering disebut bersama dengan pokok anggur (bdg. Ul. 8:8; Yer. 5:17).
"Duduk di bawah pohon anggur dan di bawah pohon ara" adalah symbol kemakmuran dan keamanan (I Raj. 4:25; Mi. 4:4).
Buah ara dikeringkan lalu diadakan pengepresan menjadi kue dan digunakan untuk makanan (I Sam. 25:18) dan sebagai tapal (II Raj. 20:7; Yes. 38:21).
Buah ara dan buah anggur diacu oleh Yosephus sebagai buah-buahan pokok negeri itu. (Wars iii. x. 8).
Sekarang pun, banyak rumah di Timur Dekat seluruhnya tertutup oleh pokok-pokok anggur dan tersembunyi di balik pohon-pohon ara.
Pohon delima. Ada sejumlah ayat dalam Alkitab yang mengacu pada pohon ini (mis. Bil. 13:23; 20:5; Ul. 8:8; I Sam. 14:2; Kid. 4:3, 13).
Pohonnya berbentuk semak atau pendek, dengan tinggi dari sepuluh sampai lima belas kaki dan daunnya kecil, berwarna hijau tua.
Buahnya hampir sebesar jeruk, sebagian manis dan sebagian asam. Rasanya segar. Sarinya yang asam dimaniskan dan dipakai sebagai minuman (Kid. 8:2). Juga dipakai untuk salad.
Pohon korma. Pohon korma telah ada sejak zaman prasejarah di daerah luas di zona panas dan kering, yang merentang dari Senegal sampai lembah sungai Hindus - khususnya antara lintang lima belas dan tiga puluh derajat.
Pohon ini sangat umum di Palestina.
Mata uang koin yang ditempa untuk memperingati perebutan kota Yerusalem tahun 70 M, bergambar bentuk perempuan sedang menangis (simbol negeri itu) duduk di bawah pohon korma. Pada koin itu tertulis: Judaea capta.
Pohon apel. Bermacam-macam pendapat diberikan tentang identifikasi pohon ini, yakni quince, citron, jeruk, apricot dan apel.
Menurut Kitab Kidung Agung, pohon ini agung bentuknya, cocok untuk duduk berteduh di bawahnya. Cabang-cabangnya menaungi tenda atau rumah, buahnya sedap, baunya menarik dan menyegarkan bagi orang-orang yang letih.
Mengering ... melayu. Harfiahnya: Menjadi malu. Kata kerja yang sama terdapat dalam ayat-ayat 10, 11, 12.
Seringnya kata 'malu' diulangi merupakan himbauan tak langsung untuk bertobat seperti pada ayat 13. Apabila sukacita lenyap, maka waktu untuk bertobat telah tiba.
13. Pemikirannya kembali ke ayat 9.
Di sini, para imam ditegur berdasarkan prinsip yang sama seperti untuk para pemabuk pada ayat 5.
Dengan gagalnya panen, pelayanan mereka akan berakhir, karena tidak akan ada buah-buah sulung, dan berbagai persembahan kurban akan segera berhenti.
Lilitkanlah kain kabung. Pemakaian kain kabung oleh para imam menambah khidmatnya peristiwa itu.
Mengeluhlah. Kata ini khusus dipakai untuk ratapan bagi orang mati - ungkapan kesedihan yang dalam (LXX: Pukullah dirimu pada dada).
Allahku ... Allahmu. Suatu kontras yang tajam. Allah sang nabi menghendaki pertobatan; Allah para imam menghendaki persembahan kurban curahan dan kurban sajian.
14. Yoel menghimbau para imam untuk mengadakan perkumpulan raya, di mana semua orang ikut.
Para tua-tua. Meskipun mereka pejabat, mereka tunduk pada para imam dalam hal-hal agamawi.
Rumah TUHAN: Bait Suci.
15. Hari TUHAN. Manusia memiliki masa jayanya dan berjalan menuruti kemauannya, tetapi akhirnya Hari TUHAN harus tiba.
Dipandang dari segi dosa manusia, Hari TUHAN pasti merupakan waktu pembalasan.
Yang Mahakuasa. Kata Ibrani 'Shadday' dipakai sebagai nama Allah, dengan acuan jelas kepada kuasa Ilahi (dipakai tiga puluh satu kali dalam Kitab Ayub).
16. Di depan mata kita. Orang-orang Yudea tak berdaya mencegah kehancuran.
Sukaria dan sorak-sorai. Sukaria pertemuan agamawi dan penyajian hasil pertama. Ini dipersembahkan di Bait Suci dengan sukacita (Ul. 26:1-11).
18. Bahkan hewan-hewan yang tidak berakal digambarkan sebagai menjerit dalam kesedihan besar.
Mengeluh (terisak). Kawanan lembu ikut berduka bersama manusia.
Gempar. Hewan-hewan yang malang, tak bersalah dan tak berdaya harus menanggung kesalahan dosa manusia.
19, 20. Kalau hewan-hewan hanya dapat mengeluh dan menderita, jiwa-jiwa manusia dapat berseru kepada Tuhan.
Tanah gembalaan di padang gurun (Tanah yang tidak digarap, tempat domba-domba makan rumput; bdg. Am. 1:2).
Nyala api. Hawa panas dan kekeringan yang menyertai wabah belalang.
Bencana yang Mengawali Hari Penghakiman (2:1-17).
Sang nabi melihat wabah yang lebih mengerikan datang. Dengan istilah puitis yang tinggi, ia menggambarkan kawanan belalang seperti bala tentara musuh, yang datang sebagai pasukan Tuhan untuk menghukum (2:1-11).
Tetapi pintu belas kasihan, katanya, masih terbuka.
Jikalau umat Allah mau kembali kepada Allah mereka dengan hati yang sedih karena merasa berdosa, malapetaka itu bisa dicegah (2:12-14).
Nabi menghimbau seluruh masyarakat untuk berkumpul dan berdoa puasa di rumah TUHAN (2:15-17).
1. Tiuplah sangkakala. Suatu pengumuman bahaya (lih. Yer. 6:17; Yeh. 33:3; Hos. 8:1).
Gemetar. Sudah waktunya untuk bangun dari sikap acuh tak acuh yang ceroboh.
Himbauan-himbauan itu adalah agar bertobat waktu menghadapi hajaran itu.
2, 3. Suatu gambaran yang lebih efektif mengenai kengerian Hari itu sebagaimana ditunjukkan oleh malapetaka yang sedang terjadi.
Hari gelap gulita ... kelam kabut ... berawan ... kelam pekat. Empat sinonim dipakai untuk penekanan, menunjukkan kegelapan yang amat pekat, tak tertembus oleh cahaya (bdg. Zef. 1:15; Yeh. 34:12).
Tiga dari kata-kata itu dipakai dalam Ulangan 4:11, tentang kegelapan yang melingkupi Sinai ketika TUHAN turun ke atasnya dalam api.
Kata keempat dipakai dalam Keluaran 10:22 kepada tulah kegelapan.
Fajar di atas gunung-gunung terbentang. Kawanan belalang dibandingkan dengan fajar, karena rupanya yang kemerah-merahan atau karena fajar ditelan oleh banyaknya awan dan kabut, sehingga cahaya siang hari menjadi tertutup.
Seorang yang pernah bepergian ke sana, pernah melihat kawanan belalang yang membentang mencapai satu mil panjangnya, dan setengah mil lebarnya, dan tampak dari jauh seperti awan gelap.
Api memakan habis. Semua habis. Negeri yang indah telah menjadi padang gurun yang tak berguna.
Negeri itu tampak seakan-akan dikeringkan, dibakar atau dihancurkan menjadi abu coklat.
Taman Eden. Hanya di sini dan dalam Yehezkiel 36:26-35 ada sebutan tentang Taman ini di luar Kitab Kejadian.
Sebelum penghancuran, tanah itu penuh tumbuh-tumbuhan, indah dilihat; sekarang menjadi padang gurun yang sepi seperti Mesir dan Edom.
4. Dengan jelas, sang nabi menggambarkan munculnya kerumunan belalang dan gerakan maju yang tampak mengerikan dari hewan-hewan itu.
Seperti kuda. "Pada belalang terdapat ... wajah seperti kuda, mata seperti gajah, leher seperti lembu jantan, tanduk seperti rusa, dada seperti singa, perut seperti kalajengking, sayap seperti elang, paha seperti unta, kaki seperti burung unta, ekor seperti ular" (sebuah pepatah Arab, dikutip dalam karya Pusey, The Minor Prophets, I, 174).
5. Suara yang mengiringi majunya kuda yang tak terhitung banyaknya itu, disamakan dengan suara gemertaknya kereta-kereta, yaitu kendaraan beroda dua yang dipakai untuk perang.
Suara belalang yang menakjubkan, dapat terdengar sampai sejauh enam mil.
Suara itu dapat disamakan dengan suara air terjun, arus, angin, atau nyala api yang berkobar-kobar.
7. Yoel mulai mengibaratkan kumpulan ini dengan balatentara yang diperlengkapi dengan baik.
Gerak maju mereka tak dapat ditahan.
Tidak ada kekeliruan dalam pangkat para prajurit itu.
Mereka merobohkan tembok-tembok paling tinggi sekalipun.
Mereka menembus ceruk-ceruk rumah yang paling dalam.
Mereka berlari menyerang. Mereka tidak membelok dari jalannya. Setiap regu tetap menyatu, seperti resimen tentara.
8. Tombak dan alat-alat perang lain tidak dapat mengusir bala tentara belalang.
Jumlah mereka begitu banyak, sehingga meskipun berjuta-juta telah dimusnahkan, masih cukup banyak sisanya berbondong maju seperti tak terjadi apa-apa.
Belalang hanya dapat dimusnahkan melalui penghancuran telur-telur mereka.
9. Seperti pencuri. Pintu-pintu tertutup, tetapi penyerbu itu menerobos melalui jendela-jendela tanpa kaca.
Gambaran ini menunjukkan, bahwa sang nabi tidak berpikir tentang suatu pasukan yang sedang menyerang, tetapi hanya tentang belalang-belalang yang sebenarnya.
Gambaran yang sama dipakai dalam Perjanjian Baru tentang kedatangan Tuhan kita (Mat. 24:43, 44; Luk. 12:39; I Tes. 5:2; II Ptr. 3:10).
11. Suara-Nya. Dalam badai yang menakutkan yang digambarkan dalam 2:10, sang nabi mendengar suara Allah (bdg. I Sam. 12:18; Mzm. 18:14; 46:8).
Siapakah yang dapat menahannya? (RSV). Di balik perusakan-perusakan oleh belalang, gempa bumi dan badai, terbayang Hari TUHAN, yang mendatangkan pasukan yang lebih tak terkalahkan, gerombolan yang lebih tak bisa ditahan, dan hukuman besar dan dahsyat.
Siapa yang dapat tetap bertahan pada hari kedatangan-Nya?
Jelas tidak seorangpun.
Tetapi, tetap ada harapan.
Pintu belas kasihan terbuka.
Jika orang mau berpaling kepada Allah dalam roh pertobatan yang sejati, Ia masih mau mengampuni.
Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.