Nahum 1:2-8: Murka TUHAN

Klik:

Nahum 1:2-8


Nah 1:2 TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan penuh kehangatan amarah. TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam kepada para musuh-Nya.

Nah 1:3 TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya.

Nah 1:4 Ia menghardik laut dan mengeringkannya, dan segala sungai dijadikan-Nya kering. Basan dan Karmel menjadi merana dan kembang Libanon menjadi layu.

Nah 1:5 Gunung-gunung gemetar terhadap Dia, dan bukit-bukit mencair. Bumi menjadi sunyi sepi di hadapan-Nya, dunia serta seluruh penduduknya.

Nah 1:6 Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murka-Nya yang bernyala-nyala? Kehangatan amarah-Nya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu menjadi roboh di hadapan-Nya.

Nah 1:7 TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya

Nah 1:8 dan menyeberangkan mereka pada waktu banjir. Ia menghabisi sama sekali orang-orang yang bangkit melawan Dia, dan musuh-Nya dihalau-Nya ke dalam gelap.


Tafsiran Wycliffe


2. Allah yang cemburu. Sang nabi, dengan mengingat kembali semangat Allah dahulu demi kepentingan umat-Nya, ketika diancam oleh bangsa Asyur, yakin bahwa Dia sekarang tidak akan sedikit pun berkurang kepedulian-Nya untuk melindungi, serta membela mereka.

Ketika Kitab Suci berbicara tentang Allah yang cemburu, kata yang digunakan bukanlah dalam arti yang ditujukan kepada manusia.

Di sini, kata itu lebih berarti, bahwa Allah sungguh-sungguh berusaha memelihara kekudusan-Nya, serta pemerintahan-Nya yang adil di dunia (bdg. Kel. 20:5; Bil. 25:11, 13).

Tuhan itu pembalas. Tiga kali dalam bagian ayat ini nabi menyatakan, bahwa Allah akan membalas dendam kepada musuh-musuh-Nya.

Keseriusan dan kepastian diberikan pada pernyataan itu, bahwa pada akhirnya kelak Allah yang adil sudah menetapkan untuk menjatuhkan hukuman terhadap para penentang-Nya.

3. Panjang sabar. Fakta bahwa tindakan balas dendam Allah dinyatakan dengan terus terang dan secara berulang-ulang, bukan merupakan alasan untuk menyimpulkan, bahwa keputusan Allah diambil secara tergesa-gesa; sebaliknya Ia panjang sabar.

Adalah bodoh untuk membayangkan, bahwa kesabaran Tuhan datang dari kurangnya kuasa (lih. Kel. 34:6, 7).

Tuhan tidak dapat dipengaruhi untuk menghadapi orang-orang bersalah seolah-olah mereka tidak berdosa. Ini akan berarti penyangkalan atas sifat-Nya.

Dalam puting beliung dan badai. Kemahakuasaan Allah jelas terlihat dalam fenomena alam, yaitu kekuatan-kekuatan dasar yang manusia, bahkan sampai sekarang ini, tak berdaya untuk menjinakkan atau mengekangnya (bdg. Kel. 19:16-18).

Awan adalah debu kaki-Nya. Allah memakai awan di langit sebagaimana manusia memakai debu di bumi.

Dalam tulisan-tulisan dengan huruf paku dari Ras Shamra (Ugarit) di Siria, penyair kafir berbicara mengenai dewa-dewa mereka sebagai mengendarai awan. Namun, hanya Allah sejati yang mampu melakukan perbuatan-perbuatan yang penuh kuasa dan agung seperti itu (bdg. Mzm. 104:3).

4. Menghardik laut. Atas perintah Allah, sungai-sungai dan lautan mengering, seperti dulu Laut Merah dan Sungai Yordan (Yes. 50:2).

Tuhan kita, Yesus mewujudkan kuasa ini di Sungai Galilea (Mat. 8:26).

Basan ... menjadi layu. Di tanah perjanjian, Basyan (Basan) terkenal karena padang rumputnya yang sangat banyak, Karmel karena kebun anggurnya, dan Libanon karena hutan-hutan yang megah.

Namun, semuanya bisa layu karena kekeringan sesuai dengan kehendak Tuhan (bdg. Yes. 33:9; Hos. 14:7).

5. Gunung-gunung gemetar. Gempa bumi, yang meratakan gunung-gunung dan bukit-bukit, terjadi karena perintah Allah; api juga melakukan maksud Allah yang tidak terelakkan.

Lagi pula, setiap kebijakan bumi hangus yang diterapkan mencakup orang-orang yang mendiami wilayah itu.

6. Siapakah yang tahan berdiri. Bila kemahakuasaan Allah dapat begitu menggerakkan kekuatan-kekuatan dan fenomena alam, bagaimana mungkin manusia lemah berharap untuk menahan kemarahan Tuhan?

Pertanyaan-pertanyaan retoris dari sang nabi memberikan sendiri jawabannya yang penuh kuasa.

Gunung-gunung batu menjadi roboh. Aktivitas gunung berapi memberi reaksi terhadap tangan Allah Yang penuh kuasa.

7. Tuhan itu baik. Supaya orang-orang yang sezaman dengan sang nabi tidak mendapat kesan yang salah mengenai Allah, seolah-olah Allah itu menakutkan dan keras, sekarang Nahum menekankan tiga kebenaran yang menenangkan mengenai Allah.

Pertama, Allah pada dasarnya dan pada hakikatnya baik. Dia tidak pernah dapat dikaitkan dengan sifat yang berlawanan.

Kedua, Dialah tempat pengungsian yang tidak ada bandingannya bagi orang-orang milik-Nya pada waktu kesusahan, 'benteng yang tak pernah gagal', sebagaimana dikatakan oleh Luther dalam himne Reformasinya.

Ketiga, Allah mengenal, dalam arti mengasihi, mempedulikan sesuai perjanjian, semua orang yang telah menaruh iman kepada-Nya (bdg. Mzm. 1:6; 144:3).

8. Musuh-Nya dihalau-Nya ke dalam gelap. Perhatian cermat Allah tidak pernah boleh diartikan sebagai perasaan halus yang menunjukkan kelemahan.

Tuhan tidak pernah mencemarkan kebenaran atau kekudusan-Nya; oleh karena itu, musuh-musuh-Nya akan dihadapi dengan cepat.

Ini akan merupakan pukulan yang menghancurkan.

Ayat ini mengantisipasi apa yang diungkapkan Nahum berkaitan dengan Niniwe dalam pasal-pasal berikutnya dalam kitab ini.

Alkitab memakai gambaran sungai yang meluap ke tepinya, untuk melukiskan pasukan penyerbu yang membanjiri suatu wilayah dan menebarkan kebinasaan di sepanjang jalannya (bdg. Yes. 8:8; 10:5-19).

Sebagai soal yang penting dalam sejarah, Ctesias (sejarawan Yunani pada abad kelima SM) mengisahkan, bahwa sementara pesta mabuk-mabukan sedang berlangsung di Niniwe, banjir seketika terjadi dari Sungai Tigris yang menghanyutkan pintu gerbang kota, dan membawa hanyut dasar-dasar istana, dengan demikian memungkinkan pasukan Babel untuk masuk dan membakar kota.

Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel