Hagai 2:10-14: Pembangunan Bait Suci Terancam Oleh Ikut Sertanya Orang-orang Najis

Klik:

Hagai 2:10-14


Hag 2:10 (2-11) Pada tanggal dua puluh empat bulan yang kesembilan, pada tahun yang kedua zaman Darius, datanglah firman TUHAN kepada nabi Hagai, bunyinya:

Hag 2:11 (2-12) "Beginilah firman TUHAN semesta alam itu: Tanyakanlah pengajaran kepada para imam.

Hag 2:12 (2-13) Andaikata seseorang membawa daging kudus dalam punca bajunya, lalu dengan puncanya itu ia menyentuh roti atau sesuatu masakan atau anggur atau minyak atau sesuatu yang dapat dimakan, menjadi kuduskah yang disentuh itu?" Lalu para imam itu menjawab, katanya: "Tidak!"

Hag 2:13 (2-14) Berkatalah pula Hagai: "Jika seseorang yang najis oleh mayat menyentuh semuanya ini, menjadi najiskah yang disentuh itu?" Lalu para imam itu menjawab, katanya: "Tentu!"

Hag 2:14 (2-15) Maka berbicaralah Hagai, katanya: "Begitu juga dengan umat ini dan dengan bangsa ini di hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, dan dengan segala yang dibuat tangan mereka; dan yang dipersembahkan mereka di sana adalah najis."


Tafsiran Wycliffe


2:10. Pada tanggal dua puluh empat bulan yang kesembilan. Pesan keempat dari nubuatan Hagai diberikan dua bulan setelah pesan yang sebelumnya.

Pada bulan yang kesembilan, barulah hujan awal dapat diharapkan untuk mengairi tanaman yang baru.

Setelah mengalami kekurangan dan kekecewaan pada periode sebelum ini, bangsa itu tentu secara khusus akan memperhatikan produksi dalam tahun yang berikut.

Selama periode ketidaktaatan mereka sebelumnya, mereka telah dihukum atas hal-hal yang bersifat sementara.

Akankah ada perubahan sekarang, setelah mereka mematuhi perintah Allah melalui Hagai?

Pertanyaan inilah yang sekarang dijawab oleh sang nabi.

2:11. Tanyakanlah pengajaran kepada para imam. Bangsa ini harus mencari bantuan hukum dari para imam zaman itu.

Para imam di Israel adalah para pengajar yang berwenang untuk mengajarkan Taurat Musa (lih. Ul. 17:8, 9).

Mereka ditugaskan Allah untuk menafsirkan Hukum Taurat; para nabi diutus untuk menerapkannya (mis., Hag. 2:14,15).

Dalam ayat 12 sampai 14, bangsa Israel digambarkan secara tidak langsung sebagai ketika mereka berada dalam keadaan tidak patuh, sebuah keadaan yang tidak boleh diulang lagi.

2:12. Andaikata seseorang membawa daging kudus. Dua pertanyaan yang berbeda diajukan.

Yang pertama ialah: Andaikata seseorang membawa daging (kurban) kudus, lalu ia menyentuh suatu obyek lain, akan menjadi kudus atau dikhususkan bagi TUHANkah obyek yang kontak dengan daging kudus tersebut?

Lalu para imam itu menjawab, katanya: "Tidak!" Jawaban untuk hal pertama adalah dalam bentuk negatif (bdg. Im. 22:4-6; Bil. 19:11).

2:13. Menjadi najiskah yang disentuh itu? Pertanyaan kedua ialah: Jika seseorang yang menurut agama najis karena kontak dengan mayat menyentuh suatu obyek, akan menjadi najiskah obyek tersebut oleh karena kenajisan orang itu?

Jawaban atas pertanyaan ke dua adalah mengiyakan.

Prinsipnya adalah, bahwa kekudusan moral tidak dapat ditularkan, berdasarkan peraturan Musa, namun kenajisan moral dapat.

Kenajisan dalam hukum lebih dapat ditularkan daripada kesucian dalam hukum atau Imamat.

Seseorang tidak dapat menularkan kesehatannya kepada seorang anak yang sakit, namun seorang anak yang sakit dapat menularkan penyakitnya kepada seseorang.

2:14. Begitu juga dengan umat ini. Walaupun bangsa itu telah mengabaikan pekerjaan pembangunan Bait Allah, mereka mempersembahkan kurban di atas mezbah seadanya di Yerusalem (Ezr. 3:3).

Persembahan-persembahan ini tidak menyenangkan bagi TUHAN; oleh karena itu Allah menahan berkat-Nya dari bangsa ini, sebagaimana jelas terlihat dalam pasal 1.

Yang dipersembahkan mereka di sana adalah najis. Sama seperti orang Israel yang najis menurut agama itu mencemari apa pun yang disentuhnya, demikian pula bangsa ini dalam ketidaktaatannya menularkan akibat-akibat ketidaktaatan tersebut pada pekerjaan mereka, sehingga pekerjaan mereka tidak bisa mendatangkan keuntungan.

Sebagaimana daging kudus tidak dapat menularkan kekudusannya kepada obyek lain, demikian juga berbagai perbuatan baik lahiriah bangsa itu, bahkan persembahan-persembahan yang mereka naikkan dengan hati-hati di atas mezbah Allah, tidak mungkin cukup untuk memperoleh berkat Allah serta sukacita kekudusan.

Seluruh pekerjaan lampau mereka ikut serta dalam kenajisan spiritual mereka.

Kesimpulannya jelas: Mereka tidak boleh kembali pada cara ketidaktaatan mereka dahulu, melainkan harus meninggalkannya.

Di sini, Hagai sedang menafsirkan sebab dan akibat dari sudut Taurat Musa, sama seperti yang dia jelaskan sebelumnya (1:6, 9-11) dari sudut pandang menabur dan menuai.

Persamaannya jelas antara "umat ini", "bangsa ini" di sini dengan "bangsa ini" dalam 1:2.

Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel