Kisah Para Rasul 27:1-13: Paulus Berlayar ke Roma

Klik:

Act / Kisah Para Rasul 27:1-13


Act 27:1 Setelah diputuskan, bahwa kami akan berlayar ke Italia, maka Paulus dan beberapa orang tahanan lain diserahkan kepada seorang perwira yang bernama Yulius dari pasukan Kaisar.

Act 27:2 Kami naik ke sebuah kapal dari Adramitium yang akan berangkat ke pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Asia, lalu kami bertolak. Aristarkhus, seorang Makedonia dari Tesalonika, menyertai kami.

Act 27:3 Pada keesokan harinya kami singgah di Sidon. Yulius memperlakukan Paulus dengan ramah dan memperbolehkannya mengunjungi sahabat-sahabatnya, supaya mereka melengkapkan keperluannya.

Act 27:4 Oleh karena angin sakal kami berlayar dari situ menyusur pantai Siprus.

Act 27:5 Dan setelah mengarungi laut di depan Kilikia dan Pamfilia, sampailah kami di Mira, di daerah Likia.

Act 27:6 Di situ perwira kami menemukan sebuah kapal dari Aleksandria yang hendak berlayar ke Italia. Ia memindahkan kami ke kapal itu.

Act 27:7 Selama beberapa hari berlayar, kami hampir-hampir tidak maju dan dengan susah payah kami mendekati Knidus. Karena angin tetap tidak baik, kami menyusur pantai Kreta melewati tanjung Salmone.

Act 27:8 Sesudah kami dengan susah payah melewati tanjung itu, sampailah kami di sebuah tempat bernama Pelabuhan Indah, dekat kota Lasea.

Act 27:9 Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya:

Act 27:10 "Saudara-saudara, aku lihat, bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal, tetapi juga bagi nyawa kita."

Act 27:11 Tetapi perwira itu lebih percaya kepada jurumudi dan nakhoda dari pada kepada perkataan Paulus.

Act 27:12 Karena pelabuhan itu tidak baik untuk tinggal di situ selama musim dingin, maka kebanyakan dari mereka lebih setuju untuk berlayar terus dan mencoba mencapai kota Feniks untuk tinggal di situ selama musim dingin. Kota Feniks adalah sebuah pelabuhan pulau Kreta, yang terbuka ke arah barat daya dan ke arah barat laut.

Act 27:13 Pada waktu itu angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan. Mereka menyangka, bahwa maksud mereka sudah tentu akan tercapai. Mereka membongkar sauh, lalu berlayar dekat sekali menyusur pantai Kreta.


Tafsiran Wycliffe


Perluasan Gereja ke Roma (21:18-28:31).

Lukas telah mengisahkan perluasan Gereja dari Yerusalem hingga Yudea dan Samaria sampai berdirinya sebuah Gereja orang bukan Yahudi yang semi mandiri di Antiokhia.

Dari Antiokhia, Injil oleh Paulus disebarkan melalui tiga kali perjalanan pemberitaan Injil ke seluruh Asia dan Eropa.

Pemberitaan Injil di wilayah yang lain, pasti juga dilaksanakan oleh para rasul yang lain.

Sebagai contoh, kita tidak tahu apa-apa tentang pemberitaan Injil di Mesir, dengan pusatnya yang besar, yaitu Aleksandria.

Lukas hanya tertarik untuk menelusuri garis-garis utama dari penyebaran yang ia anggap paling penting, yaitu ke Roma.

Sekarang dia hanya tinggal mengisahkan misi Paulus yang membawa Injil ke Roma.

Jelas Lukas tidak mempunyai maksud untuk mengisahkan awal pemberitaan Injil di Roma, atau awal pendirian Gereja di sana, sebab dia menceritakan bagaimana saudara-saudara seiman di sana menyambut Paulus ketika sang rasul tiba di kota itu (28:15).

Kita mengetahui, bahwa Paulus telah menulis sebuah surat kepada jemaat di Roma (Rm. 1:7), tetapi Lukas tidak mencatat, bagaimana Injil pada mulanya tiba di Kota Kerajaan tersebut.

Karena Lukas tidak bermaksud melukiskan awal penginjilan di Roma, mungkin Lukas bermaksud untuk menunjukkan, bahwa sekalipun Paulus pertama-tama memberitakan tentang Kerajaan Allah kepada orang Yahudi, dia berbalik dan memberitakannya kepada orang bukan Yahudi ketika orang Yahudi menolak pemberitaannya (28:24-31).

Perluasan Gereja secara geografis bukan merupakan perhatian utama Lukas, yang lebih diutamakan olehnya ialah gerakan sejarah penebusan dari orang Yahudi ke orang bukan Yahudi.

Sesuai dengan maksud ini, Lukas memakai cukup banyak tempat untuk menceriterakan kisah kunjungan Paulus yang terakhir ke Yerusalem, bukan karena kunjungan itu sendiri penting, tetapi karena kunjungan tersebut menunjukkan penolakan terakhir terhadap Injil oleh Yerusalem.

Injil Diterima di Roma (27:1-28:31).

Lukas sekarang mengisahkan perjalanan Paulus dari Palestina ke Italia dan penerimaan dirinya di Roma.

Kenyataan bahwa Lukas mengisahkan perjalanan ini secara rinci, menunjukkan betapa peristiwa ini penting bagi tujuan Lukas.

Motif dari perjalanan ini, menurut kisah Lukas, bukanlah permulaan pemberitaan Injil di ibu kota Romawi itu, melainkan penolakan oleh orang Yahudi di Roma, dan penerimaan oleh orang bukan Yahudi.

Kenyataan ini membawa salah satu motif pokok dari keseluruhan Kitab ini kepada puncaknya, yakni penolakan atas Israel dan munculnya Gereja bukan Yahudi.

27:1-2. Kisah perjalanan Paulus ini diawali dengan bagian 'kami' yang ketiga.

Ayat berisi kami yang terakhir sebelumnya adalah 21:18, ketika Paulus yang didampingi oleh Lukas tiba di Yerusalem.

Dan kita harus beranggapan, bahwa selama pemenjaraan Paulus sepanjang dua tahun, Lukas tinggal di wilayah Kaisarea.

Sekarang Lukas mendampingi Paulus bersama dengan Aristarkhus (lihat 19:29; 20:4), yang telah datang bersama Paulus dari Tesalonika ke Yerusalem.

Para pejabat Romawi menyerahkan Paulus ke tangan seorang perwira yang bernama Yulius.

Perwira ini bertugas untuk menjamin, bahwa Paulus dan beberapa orang tahanan lainnya tiba di Roma dengan aman.

Tempat mereka berangkat tidak disebutkan, mungkin mereka berangkat dari Kaisarea.

Di sini, mereka menjumpai sebuah kapal dari Adramitium, yang sedang berlabuh.

Jalur yang harus dilalui, mengharuskan kapal ini berlabuh di semua kota pelabuhan yang terletak di sepanjang pantai Asia hingga tiba di pelabuhannya sendiri.

3. Pelabuhan yang pertama adalah Sidon di Fenisia.

Perwira Yulius memperlakukan Paulus dengan keramahan khusus, dan memberikan kepadanya kebebasan untuk turun ke darat ketika kapal itu sedang bongkar muatan, dan juga mengunjungi sahabat-sahabatnya yang merupakan masyarakat Kristen di tempat itu, serta menerima pelayanan mereka.

4. Karena angin musim panas bertiup dari barat atau barat laut, kapal tersebut berlayar di antara Siprus dan daratan utama, tidak langsung mengikuti arus angin.

5. Sekarang daratan perlu ditinggalkan, dan mereka harus berlayar mengarungi laut terbuka ke arah barat di bawah Kilikia dan Pamfilia.

Mira di daerah Likia merupakan tempat berlabuh kapal-kapal besar, khususnya yang mengangkut gandum, yang berlayar di antara Mesir dan Roma, yang tidak mungkin berlayar langsung melintasi lautan, karena bertiupnya angin barat laut.

6. Di Mira mereka berganti kapal, meninggalkan kapal sebelumnya, dan menaiki kapal pengangkut gandum yang berlayar dari Aleksandria menuju Italia.

Mesir merupakan sumber utama persediaan gandum bagi Roma, dan pengangkutan gandum di antara Aleksandria dan Roma merupakan bisnis penting yang langsung ditangani oleh negara.

7. Perjalanan dari Mira ke wilayah yang dihembusi angin barat adalah sulit.

Tetapi, sesudah beberapa hari, dengan susah payah mereka akhirnya sampai di Knidus, sebuah tanjung yang terletak di ujung barat daya dari Asia Kecil.

Dari sana, mereka harus memilih di antara menunggu angin yang lebih baik dan berlayar langsung ke barat, atau berlayar ke selatan langsung menuju Kreta.

Sebab angin tetap tidak baik, menurut penulis, mereka memilih alternatif kedua, dan berlayar ke selatan melewati Salmone yang terletak pada ujung timur Kreta, dan kemudian berlayar sepanjang pantai menuju ke barat.

8. Sesudah berlayar sepanjang pantai dengan susah payah, mereka tiba di sebuah pelabuhan yang dinamakan Pelabuhan Indah di tengah-tengah pulau itu.

9. Di bagian barat dari Pelabuhan Indah pantai Kreta langsung menjorok ke utara, sehingga dari sana sebuah kapal akan sepenuhnya terkena angin barat laut.

Kapal-kapal layar yang dipakai di dunia Mediterania Kuno waktu itu kurang besar, atau kurang kokoh untuk menghadapi badai musim dingin.

Musim yang berbahaya untuk berlayar mulai sekitar 14 September dan sesudah 11 November, semua pelayaran dihentikan sepanjang musim dingin.

Puasa yang disebutkan Lukas ialah Hari Pendamaian, yang jatuh pada akhir September, atau awal Oktober.

10-11. Paulus yang adalah seorang tukang bepergian yang berpengalaman (II Kor. 11:25 mengatakan bahwa ia pernah mengalami karam kapal sebanyak tiga kali), mengusulkan agar mereka tidak melanjutkan perjalanan, sebab akan mengakibatkan hilangnya banyak jiwa dan muatan.

Usulnya itu ditentang oleh jurumudi yang juga merupakan nakhoda (di dalam berbagai versi bahasa Inggris diterjemahkan sebagai pemilik kapal).

Perwira yang mengawal para tahanan dan memiliki pangkat paling tinggi serta bertindak selaku pimpinan kapal, ternyata lebih percaya kepada jurumudi dam nakhoda ketimbang kepada Paulus, dan ia memutuskan untuk tidak tinggal di Pelabuhan Indah.

12. Pelabuhan Indah bukan tempat berlabuh yang baik pada musim dingin, karena merupakan pelabuhan yang cukup terbuka.

Rupanya seluruh penumpang di atas kapal itu dimintai pendapat, dan kebanyakan dari mereka mengusulkan agar mereka berlayar meninggalkan Pelabuhan Indah, dan mencoba untuk mencapai pelabuhan kota Feniks, yang terletak lebih ke barat di pulau Kreta, menghadap ke arah barat daya dan barat laut.

13. Ketika meninggalkan Pelabuhan Indah, mereka mendapat tiupan angin yang sepoi-sepoi dari selatan, sehingga dapat berlayar dekat dengan garis pantai.

Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel