Galatia 1:11-24: Bagaimana Paulus Menjadi Rasul
Selasa, Oktober 27, 2020
Edit
Klik:
Galatians / Galatia 1:11-24
Gal 1:11 Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Gal 1:12 Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus. Gal 1:13 Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Gal 1:14 Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku. Gal 1:15 Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, Gal 1:16 berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; Gal 1:17 juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik. Gal 1:18 Lalu, tiga tahun kemudian, aku pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya. Gal 1:19 Tetapi aku tidak melihat seorangpun dari rasul-rasul yang lain, kecuali Yakobus, saudara Tuhan Yesus. Gal 1:20 Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta. Gal 1:21 Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia. Gal 1:22 Tetapi rupaku tetap tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. Gal 1:23 Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya. Gal 1:24 Dan mereka memuliakan Allah karena aku.Tafsiran Wycliffe
11. Selaku hamba Kristus, sang rasul hanya dapat memperkenalkan Injil Kristus saja. Sekalipun ia memberitakan Injil tersebut, Injil itu tidak berasal dari dirinya atau dari orang lain. 12. Karena Paulus baru belakangan memasuki kalangan rasul, orang-orang mungkin beranggapan, bahwa dia menerima Injil itu dari para pendahulunya, atau ia mempelajari Injil dengan cara belajar. Tidaklah demikian halnya. Rasul Paulus menguasai Injil melalui penyataan Yesus Kristus. Sumber ini merupakan otoritas tertinggi. Jadi, bagaimana mungkin BERITA yang disampaikannya itu dipertanyakan? 13. Tidak ada kekuatan lain selain campur tangan langsung di dalam kehidupan Paulus yang dapat membuka hatinya kepada kebenaran Injil. Cara hidupnya sebelum menjadi Kristen, cukup diketahui. Kata hidupku (anastrophe) artinya pola hidup. Segala sesuatu di dalam Yudaisme sudah ditentukan. Setiap orang yang mengenal golongan Farisi akan dapat mengetahui gaya hidup Saulus. Tetapi, di dalam kasusnya terdapat unsur khusus yang sudah menjadi terkenal. Dia adalah penganiaya dari orang-orang Kristen (tidak semua orang Farisi bertindak sejauh itu untuk menunjukkan pengabdian mereka kepada Yudaisme). Bagaikan serigala kelaparan dari Benyamin, Paulus ikut merusak jemaat, yang kemudian dikenalinya sebagai jemaat Yehovah yang sejati. 14. Tekad yang luar biasa, dan kemarahan yang berlebihan ini membuat Paulus memperoleh nama tersendiri di kalangan penganut Yudaisme. Dia terus maju dalam ketaatan kepada imannya dengan semua tradisi yang terkait, melewati rekan-rekan seusianya, dan membuktikan semangatnya dengan menganiaya orang Kristen. Pertimbangan kemanusiaan tidak ada artinya dibandingkan dengan panggilan untuk membela agamanya. Dia memandang tindakannya membunuh tersebut sebagaimana orang Yahudi memandang tindakan mereka merajam Stefanus dengan batu: mereka melakukan semua itu sebagai pelayanan kepada Allah (Yoh. 16:2; Kis. 26:9-11). Jadi, jelas bahwa Paulus tidak mungkin terpengaruh oleh sesuatu yang menguntungkan Injil sebelum ia bertobat, dan ia tidak mungkin telah menerima BERITA yang disebarkannya itu dari manusia sebagaimana dituduhkan oleh para penganut Yudaisme. 15. Pertobatan Paulus terjadi sesuai dengan maksud Allah. Sang rasul, seperti Yeremia (Yer. 1:5), sudah dipisahkan untuk karya hidupnya sejak lahir. Pertobatannya berujud penyataan Anak Allah di dalam jiwanya. Pernyataan ini bukan dimaksudkan untuk menimbulkan spekulasi tentang psikologi dari pengalaman pertobatannya, tetapi justru untuk menyatakan realitas dan kedalaman dari perubahan tersebut. Paulus sebelumnya buta mengenai keilahian Anak Allah. Prasangkanya terhadap sesama orang Yahudi yang menganggap Yesus adalah Mesias mereka disebabkan oleh keyakinannya, bahwa orang Nazaret adalah penipu. Ketiadaan Hubungan Sebelumnya dengan Rasul-rasul di Yerusalem (1:16-24). Memang bukan sama sekali tidak ada hubungan, sebagaimana dengan jujur diakui Paulus, tetapi kontak-kontak yang ada, sifatnya ringkas, pribadi dan juga jarang. 16-17. Maksud utama Tuhan dengan penyataan di dalam jiwa sang rasul tersebut ialah, agar sang rasul kemudian dapat memberitakan pengetahuan ini kepada orang lain, khususnya mereka yang bukan Yahudi. Nyata dan memuaskan perjumpaannya dengan Tuhan yang telah bangkit tersebut tampak dalam kenyataan, bahwa dia tidak berunding dengan manusia (darah dan daging; ungkapan ini secara khusus menekankan kelemahan dan ketidakmampuan manusia), baik secara lokal di Damsyik maupun di Yerusalem, pusat kehidupan Gereja di mana para rasul bermarkas. Jika Paulus merasa ragu-ragu tentang pemberitaannya, perjalanan ke salah satu pusat tersebut pastilah perlu dan wajar. Tetapi, dia adalah rasul sejati sebagaimana dua belas rasul yang lain, sepenuhnya menguasai kebenaran Injil yang diperolehnya dari Tuhan langsung. Sang rasul menyebut Arab, bukan sebagai tempat untuk memberitakan Injil, sebab meskipun memberitakan Injil tampak di dalam panggilannya, hal itu bukan merupakan pokok yang dibahas saat ini. Saat ini, Paulus sedang membahas sumber dari Injilnya. Dia menyebut Arab sebagai kontras dari Yerusalem. Di sana tidak ada rasul. Di sana tidak ada orang yang dapat memberikan informasi kepadanya tentang Tuhan dan karya penyelamatan-Nya. Mungkin, orang yang baru bertobat ini pergi ke Arab untuk menyendiri dengan Allah, dan merenungkan segenap implikasi dari Injil secara mendalam. Tidak perlu beranggapan, bahwa semua segi kebenaran diberikan dalam pikiran sang rasul ketika ia bertobat. Dari tanah Arab, Paulus kembali ke Damsyik. Sebutan secara kebetulan ini mempertegas informasi dari Kisah Para Rasul 9:3, bahwa pertobatannya terjadi di dekat kota itu. 18. Dari tiga tahun yang berlalu, berapa lama Paulus tinggal di tanah Arab dan berapa lama pula di Damsyik, tidak dapat diketahui. Tetapi, masa antara tersebut memperkuat pendirian Paulus. Jika ia tidak mengenal Injil ketika bertobat, dia tidak perlu menunggu selama itu untuk mengetahui tentang Injil. Untuk mengunjungi Kefas. Kata kerja mengunjungi merupakan kontras yang disengaja dengan minta pertimbangan (1:16), sebab istilah yang kedua ini mengandung arti berbicara dengan tujuan memperoleh kejelasan tentang suatu hal, sedangkan istilah yang pertama berarti saling berkenalan dengan seseorang atau sesuatu. Kunjungan ini singkat (lima belas hari). 19. Paulus tidak melihat rasul yang lain selain Yakobus, saudara dari Tuhan kita. Inilah Yakobus yang menjadi pimpinan jemaat di Yerusalem (bdg. Kis. 12:17). 20. Sang rasul menyatakan bersedia disumpah, bahwa ia mengatakan kebenaran. Tidak ada orang Yahudi yang berani melakukan hal itu jika yang diutarakannya palsu, sebab itu akan sama dengan mengundang murka Allah agar menimpa dirinya. Kesungguhan mendalam dari pernyataan Paulus menunjukkan sampai sejauh mana penganut Yudaisme telah menanamkan benih-benih ketidakpercayaan kepada perkataannya di hati orang-orang yang dimenangkan olehnya. 21. Tindakan Paulus selanjutnya, yang perlu karena perlawanan terhadap pemberitaannya di Yerusalem (Kis. 9:29, 30) adalah pergi ke Siria dan Kilikia. Jelas dia tidak memiliki kesempatan untuk menerima pengarahan dari para rasul di wilayah-wilayah terpencil tersebut. 22-24. Mungkin sang rasul menyebutkan jemaat-jemaat di Yudea untuk memperkuat argumentasinya. Mungkin pada saat ini para rasul berada di wilayah-wilayah terpencil, sehingga ketiadaan kontak dengan jemaat-jemaat setempat, berarti ketiadaan kontak dengan para rasul yang sedang melayani di sana. Dua Belas Rasul itu tidak mengawasi pelayanan di Siria; Barnabas yang diutus ke sana (Kis. 11:22-26). Sepanjang tahun-tahun ketika Paulus melayani di wilayah ini, yaitu tempat di mana dia dibesarkan, dia bekerja sendiri tanpa rasul yang lain. Maksud berikutnya dengan menyebut jemaat-jemaat di Yudea ialah untuk menggarisbawahi besarnya perubahan yang telah dihasilkan oleh pertobatannya. Kini dia memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya. Perubahan tersebut berarti ketenangan bagi orang-orang percaya di Palestina (Kis. 9:31).Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.