Galatia 2:1-10 : Paulus Diakui Oleh Para Rasul
Rabu, Oktober 28, 2020
Edit
Klik:
Galatians / Galatia 2:1-10
Gal 2:1 Kemudian setelah lewat empat belas tahun, aku pergi pula ke Yerusalem dengan Barnabas dan Tituspun kubawa juga. Gal 2:2 Aku pergi berdasarkan suatu penyataan. Dan kepada mereka kubentangkan Injil yang kuberitakan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi--dalam percakapan tersendiri kepada mereka yang terpandang--,supaya jangan dengan percuma aku berusaha atau telah berusaha. Gal 2:3 Tetapi kendatipun Titus, yang bersama-sama dengan aku, adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa untuk menyunatkan dirinya. Gal 2:4 Memang ada desakan dari saudara-saudara palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan itu mereka dapat memperhambakan kita. Gal 2:5 Tetapi sesaatpun kami tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada kamu. Gal 2:6 Dan mengenai mereka yang dianggap terpandang itu--bagaimana kedudukan mereka dahulu, itu tidak penting bagiku, sebab Allah tidak memandang muka--bagaimanapun juga, mereka yang terpandang itu tidak memaksakan sesuatu yang lain kepadaku. Gal 2:7 Tetapi sebaliknya, setelah mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang-orang tak bersunat, sama seperti kepada Petrus untuk orang-orang bersunat Gal 2:8 --karena Ia yang telah memberikan kekuatan kepada Petrus untuk menjadi rasul bagi orang-orang bersunat, Ia juga yang telah memberikan kekuatan kepadaku untuk orang-orang yang tidak bersunat. Gal 2:9 Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat; Gal 2:10 hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya.Tafsiran Wycliffe
1. Perbedaan di antara kunjungannya yang pertama dengan yang kedua ini sangat jelas. Kali ini, Paulus tidak pergi sendiri, tetapi disertai Barnabas. Dan dia pergi dengan maksud untuk membahas Injil, dan lebih khusus lagi penerapan Injil bagi orang-orang bukan Yahudi. Tidak mudah untuk mencocokkan kunjungan ini dengan narasi dalam Kisah Para Rasul. Orang-orang yang cenderung beranggapan, bahwa kunjungan ini adalah yang berkaitan dengan bencana kelaparan sebagaimana tercatat dalam Kisah Para Rasul 11:27-30, dapat menunjuk kepada fakta, bahwa Barnabas ada bersama Paulus ketika itu. Mereka beranggapan, bahwa Paulus berkewajiban untuk menyebutkan setiap kontak yang dilakukannya dengan jemaat di Yerusalem. Tetapi, cara berpikir semacam ini, berbahaya. Kontak-kontak yang perlu diperhatikan hanyalah kontak-kontak yang mungkin menghasilkan komunikasi tentang Injil dengan dia. Karena hanya para penatua yang disebutkan dalam hubungan dengan penerimaan sumbangan dari jemaat di Yerusalem, tidak mungkin Paulus ada kontak dengan para rasul ketika itu. Ketika itu, mereka berada di dalam masa penganiayaan (Kis. 12:1-3), sehingga mereka mungkin tidak dapat dihubungi untuk konsultasi. Jika masalah penerimaan orang-orang Yahudi ke dalam Gereja sudah tuntas pada saat kunjungan waktu bahaya kelaparan (yang ditunjukkan dalam penyamaan Kis. 11 dengan Gal. 2), maka aneh rasanya jika masih diperlukan konferensi lainnya untuk membahas masalah yang sama (Kis. 15). Selanjutnya, adalah sangat tidak sopan bagi para rasul untuk bersikukuh, bahwa Paulus harus mengingat mereka yang miskin (Gal. 2:10), padahal dia baru saja menyerahkan sumbangan dari jemaat Antiokhia kepada orang-orang kudus di Yerusalem. Akhirnya, menyamakan Galatia 2 dengan Kisah Para Rasul 11 secara kronologis pada dasarnya adalah mustahil. Kunjungan waktu bahaya kelaparan itu berlangsung sekitar saat kematian Herodes, yang terjadi tahun 44 M. Dengan menambahkan empat belas tahun (Gal. 2:1) kepada tiga tahun dari 1:18 dan kemudian mengurangi tahun 44 dengan tujuh belas, maka kita sampai pada tahun 27 M sebagai tanggal pertobatan Paulus, suatu tanggal yang terlalu dini. Bahkan, apabila empat belas tahun dari Galatia 2:1 mengacu kepada saat pertobatan dan bukan pada kunjungan pertama ke Yerusalem sekalipun, tanggal terjadinya pertobatan tetap terlalu dini; dengan tanggal ini tidak ada masa sela di antara kebangkitan Kristus dengan pertobatan Paulus. Penyamaan Galatia 2 dengan Kisah Para Rasul 15 memiliki kekuatannya di dalam kenyataan bahwa pokok bahasan keduanya sama, dan bahwa baik Petrus dan Yakobus maupun Paulus dan Barnabas ditonjolkan di dalam kedua nas ini. Memang penyamaan ini ada kesulitannya. Kisah Para Rasul 15 memberikan kesan adanya suatu perkumpulan besar, sedangkan Galatia 2:2 melukiskan suatu pertemuan tertutup. Penyelarasan dimungkinkan berdasarkan anggapan, bahwa pertentangan yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 15:5-6 tentu bisa menyebabkan para pemimpin jemaat menunda pertemuan tersebut, dan melanjutkan pembahasan di dalam ruang tertutup sebagaimana dilaporkan dalam Galatia 2. Berlandaskan pada pengertian yang dicapai di dalam pertemuan tersebut, Petrus dan Yakobus tentu saja kemudian memainkan peranan sebagai pemimpin yang menentukan di bagian umum terakhir dari konferensi yang dilaporkan dalam Kisah Para Rasul 15:7-21. Mungkin kata mereka dalam Galatia 2:2 menunjuk kepada jemaat secara keseluruhan dan bukan para rasul, dengan siapa Paulus dan Barnabas kemudian melanjutkan pertemuan secara pribadi. Kesulitan lain yang harus dihadapi ialah, bahwa Paulus tidak menyebutkan apa yang dinamakan keputusan rasuli di dalam Galatia 2:1-10, padahal keputusan tersebut memperoleh tempat tersendiri di dalam kisah Lukas (Kis. 15:20, 28, 29; 16:4; 21:25). Sekalipun demikian, karena di dalam seluruh bagian ini, Paulus membahas Injil, dan karena keputusan tersebut tidak ada hubungan langsung dengan Injil, tetapi hanya membuka peluang terjalinnya hubungan yang baik di antara orang percaya yang Yahudi dengan yang bukan Yahudi, Paulus tidak berkewajiban untuk mencantumkan keputusan tersebut di dalam argumentasinya. 2. Kunjungan Paulus yang kedua ke Yerusalem merupakan perintah yang disampaikan melalui penyataan, selaras dengan penekanan kuat pada aspek adikodrati dalam pasal sebelumnya. Penyataan ini, mungkin disampaikan sebelum keputusan jemaat di Antiokhia untuk mengutus Paulus, atau mungkin juga sesudah keputusan tersebut dan memperkuat keputusan jemaat baginya (Kis. 15:2). Dia dan Barnabas menjumpai mereka yang terpandang. Secara harfiah, mereka yang tampaknya, istilah yang agak aneh bagi para rasul. Ungkapan yang sama dipakai lagi dua kali dalam 2:6 dan kemudian dalam 2:9 di mana ditambahkan istilah sokoguru. Mungkin, Paulus beranggapan, bahwa jemaat sedang dalam bahaya mendewakan para rasul ini dengan terlalu tunduk kepada mereka. Apakah Paulus memang memiliki ketakutan, bahwa semua usahanya sesudah pertobatan berkemungkinan percuma saja, yaitu bahwa dirinya mungkin salah tentang Injil, sehingga kini perlu diluruskan lagi? Sama sekali tidak. Tetapi, situasi mengharuskan dia menyerahkan pandangannya kepada para rasul, sebab hanya dengan cara ini, dia dapat berharap untuk membungkam para musuhnya, penganut Yudaisme, serta orang-orang yang sudah terpengaruh oleh hasutan golongan itu. 3-5. Sekarang, alasan Paulus membawa serta Titus bersamanya (ay. 1) menjadi jelas. Dia harus menjadi batu ujian dalam soal penerimaan orang-orang bukan Yahudi ke dalam Gereja. Jika dia dipaksa untuk menyunatkan dirinya, maka dengan sendirinya semua orang percaya bukan Yahudi juga harus disunat. Jika dia keluar dari konferensi tersebut tanpa disunat, maka semua orang percaya bukan Yahudi lainnya yang telah beriman kepada Kristus, dapat menikmati kebebasan mereka tanpa ada kekhawatiran akan dipersoalkan. Paulus tampaknya mengatakan, bahwa ada pihak-pihak tertentu yang memaksa agar Titus disunat (bdg. Kis. 15:5). Sangat mustahil, kalau tekanan tersebut berasal dari para rasul, sebab mereka berada di pihak Paulus (Kis. 15:19). Yang mengacau adalah saudara-saudara palsu yang telah menyusup masuk ke dalam kalangan orang-orang percaya. Mereka menamakan diri mereka Kristen, tetapi mereka menentang kebebasan yang terdapat di dalam Injil yang diberitakan Paulus, yakni kebebasan dari keterikatan kepada Hukum Taurat, termasuk bebas untuk tidak disunat. Perlawanan Paulus terhadap golongan Yudaisme tersebut, tidak bersumber pada sikap keras kepala atau pada perasaan lebih unggul. Paulus melihat, bahwa persoalan sunat ini menyangkut kebenaran Injil (2:5). Memaksakan orang bukan Yahudi menerima tanda perjanjian yang diberikan kepada Abraham dan keturunannya, berarti mengesampingkan kesederhanaan dari iman yang menyelamatkan dengan penekanan pada perlunya perbuatan tertentu. Jika perbuatan ini diperlukan untuk menjadi anggota Gereja, nanti perbuatan lain juga akin dinyatakan sebagai diperlukan. 6-8. Di dalam pembicaraan dengan Paulus, para rasul tidak dapat menjumpai kesalahan di dalam Injil yang diberitakannya. Mereka tidak memaksakan sesuatu yang lain dari penyataan yang telah diterimanya dari Tuhan. Tetapi, mereka melihat, bahwa kepadanya telah dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang-orang yang tidak bersunat. Dia bertanggung jawab atas orang-orang bukan Yahudi khususnya (Rm. 1:5). Karena itu, Tuhan tidak mengizinkan dia melayani di Yerusalem (Kis. 22:17-21). Panggilan khusus ini, tidak menutup kemungkinan bagi Paulus untuk melayani orang-orang Yahudi ketika dia berada di dalam rumah ibadat di mana orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi (mereka yang takut akan Allah) berkumpul. Petrus yang ditugaskan untuk memberitakan Injil kasih karunia yang sama, diwajibkan untuk memberitakannya di kalangan orang bersunat, orang-orang Yahudi. Nama Aramnya, Kefas, dipakai dengan tepat di sini. Keberhasilan kedua orang ini di dalam melaksanakan tugas masing-masing, membuktikan panggilan ilahi mereka. 9-10. Kehormatan bagi Paulus sebagai pemberita Injil kepada orang-orang bukan Yahudi, disebutkan sebagai kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku (bdg. I Kor. 15:9, 10; Ef. 3:2). Para pemimpin di Yerusalem mengakui kasih karunia ini melalui berjabat tangan dengan Paulus dan Barnabas. Tindakan ini bukan formalitas biasa, melainkan suatu dukungan yang berarti terhadap amanat kasih karunia bebas yang telah diberitakan kedua orang ini kepada orang-orang bukan Yahudi. Para rasul tersebut juga menyetujui pembagian tugas, yang membuat satu kelompok penginjil bertugas memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi dan kelompok lainnya kepada orang-orang bukan Yahudi. Sekalipun demikian, mereka memohon, agar para pemberita Injil kepada orang-orang bukan Yahudi itu, tidak memisahkan diri dari orang-orang percaya Yahudi -- khususnya orang-orang di Yerusalem yang sangat miskin (Rm. 15:26) -- sehingga melupakan kebutuhan mereka. Bukti bahwa Paulus sungguh-sungguh memenuhi permohonan ini ialah usahanya mengumpulkan sumbangan di kalangan jemaat-jemaat bukan Yahudi bagi jemaat di Yerusalem itu (I Kor. 16:1-4), yang kemudian diserahkan olehnya dan orang-orang yang bersama-sama dengannya ketika berkunjung untuk terakhir kalinya ke Yerusalem.Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.