Kolose 3:5-17: Manusia Baru
Jumat, Desember 11, 2020
Edit
Klik:
Colossians / Kolose 3:5-17
Col 3:5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, Col 3:6 semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka). Col 3:7 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. Col 3:8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Col 3:9 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, Col 3:10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; Col 3:11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Col 3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Col 3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Col 3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Col 3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Col 3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Col 3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.Tafsiran Wycliffe
Ketuhanan Kristus Dalam Kehidupan Kristen (3:5-4:6). Di dalam pola tulisan Paulus (bdg. Rm. 12:1; Ef. 4:1), sekarang terjadi peralihan dari modus menunjukkan doktrin kepada modus memerintahkan soal etika. Tentu saja tidak ada pembedaan mutlak dalam urutan doktrinetika. Jika Paulus ingin mengatakan sesuatu dengan memakai bentuk penulisan ini, maka itu adalah, bahwa doktrin merupakan landasan bagi etika: Apa yang diyakini seseorang banyak menentukan caranya berperilaku. Ayat 3:5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, Yang dimaksudkan dengan matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, mungkin adalah berbagai sikap dan tindakan jasmaniah yang merupakan ungkapan "manusia lama" (Bruce; bdg. Rm. 7:23; 8:13), bukan organ-organ tubuh secara harfiah yang dimanfaatkan untuk melakukan hal-hal yang dursila, (Moule; bdg. I Kor. 6:15). Dengan demikian, yang termasuk seperti halnya percabulan adalah dosa keserakahan; keinginan memiliki yang tak terkendali atau pengutamaan diri. Mungkin, yang paling diperlukan oleh kalangan Kristen ialah janji untuk tidak memiliki apa-apa dan doa agar dilepaskan dari ikatan materi dan dari ambisi (pikiran ini berasal dari A. W. Tozer). Menyebut keserakahan sebagai penyembahan berhala, tidak terlalu keras jika diingat, bahwa pada saat kita sangat ingin memiliki sesuatu, maka hal itu sebetulnya memiliki sebagian dari diri kita. Ayat 3:6 semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka). Murka (orge; bdg. TWNT, V, khususnya hlm. 419-448) sering kali dikaitkan dengan kemarahan (thymos), kadang-kadang bisa dikaitkan dengan Allah (Rm. 2:8; bdg. Why. 16:19; 19:15). Bagi manusia, murka bukan sesuatu yang dilarang secara mutlak, berbeda dengan doktrin apatheia dari golongan Stoa (lihat Ef. 4:26; bdg. I Kor. 14:20; Yoh. 2:13-17; Yak. 1:19, 20). Sekalipun demikian, Paulus melukiskannya secara ciri khas dari "manusia lama" (3:8; Ef. 4:31; bdg. Rm. 12:19). Konsep Murka Allah, bukan merupakan sisa dari ideologi Perjanjian Lama yang primitif. Murka Allah merupakan dasar dari takut akan Allah (Ibr. 10:31; Yak. 4:12; Mat. 10:28); dan murka di sini juga jangan dipandang sebagai perasaan yang bersifat sementara, tetapi sebagai watak yang tetap, sebuah prinsip retribusi (Rm. 1:18; 3:5; 9:22; bdg. Yoh. 3:36; Ibr. 3:11), tidak jauh berbeda dengan murka seorang penguasa di dunia (Rm. 13:4, 5; I Tes. 1:10). Murka Allah sama sekali bukan meniadakan kasih-Nya, melainkan justru menegaskannya. Sebab, tanpa keadilan, maka kemurahan hati kehilangan makna (bdg. R. V. G. Tasker, The Biblical Doctrine of the Wrath of God). Ayat 3:7-8 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Yang keluar dari mulutmu, mungkin mengacu kepada semua dosa yang terdaftar. Dosa yang kelihatan itu menular, dan kemampuan untuk mengendalikannya merupakan langkah yang panjang menuju kelepasan darinya. Ayat 3:9-10 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; Menanggalkan (apekdysamenoi), mengacu kepada saat pertobatan, mengandung arti melepaskan, seperti melepas gaun, dan menghukum manusia lama, yaitu dengan mengidentifikasikan diri dengan Kristus dalam kematian-Nya (lih. taf. 2:15). Neon (baru), atau seperti di bagian lain, kainos (mis. Ef. 4:24), ditafsirkan menurut frasa sesudahnya yang terus-menerus diperbaharui. Maksudnya, kehidupan bersama "di dalam Kristus" makin teraktualisasikan di dalam diri individu Kristen. Dengan demikian, gambar Allah, yang gagal direalisasikan oleh Adam pertama, kini sedang digenapi di dalam putra-putra Adam Kedua (bdg. Kej. 1:26; Ibr. 2:5 dst.; Rm. 8:29; I Kor. 15:45 dst.). Ini berarti, bahwa orang-orang percaya, bukan saja telah mengenakan sifat-sifat yang baru, namun sedang mengalami suatu perubahan psikologis yang pada saat parousia Kristus, yakni pada kedatangan-Nya yang kedua kali, akan kelihatan dalam kesempurnaannya (Rm. 12:2; I Kor. 15:53). Orang-orang Kristen, sebagaimana diungkapkan dalam Surat kepada Diognetus pada abad kedua, merupakan anggota suatu "bangsa baru". Ayat 3:11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Skit. Budak liar yang paling hina. Di dalam Kristus, semua perbedaan ditiadakan; di kaki salib, tanah tempat berpijaknya rata. Sekalipun demikian, yang dimaksudkan bukanlah seperti dalam pandangan sosialis modern yang hanya mungkin menimbulkan "kalangan baru". Yang dimaksudkan bukan keseragaman status di dunia sekarang ini, tetapi sebuah perubahan sikap melalui mana tanda-tanda pembedaan dianggap tidak ada, karena kasih. Itu adalah "kesatuan di dalam keragaman, suatu kesatuan yang lebih penting dari berbagai perbedaan dan bekerja di tengah-tengah perbedaan, tetapi tidak pernah merupakan kesatuan yang mengabaikan atau yang menolak perbedaan-perbedaan atau secara sadar berusaha untuk menghapuskannya" (E. E. Ellis, "Segregation and the Kingdom of God," Christianity Today, I, 12. Maret 18, 1957, hlm. 8). Jadi, sang rasul, yang menyatakan bahwa di dalam Kristus "tidak ada laki-laki atau perempuan", "tidak ada orang Yunani atau orang Yahudi", pada saat yang sama juga memerintahkan para perempuan untuk diam waktu ibadah dan melaksanakan terus upacara-upacara Yahudi yang tidak boleh dilaksanakan oleh orang-orang bukan Yahudi (Gal. 3:28; I Kor. 11:3 dst.; 14:34; Kis. 16:3; 18:18; Rm. 14; Gal. 5:2, 3). Lihat tafsiran 3:18 dst. Ayat 3:12-14 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Jemaat, yaitu Israel sejati, adalah pemilik dari semua nama yang diberikan kepada Israel Perjanjian Lama: pilihan, dikuduskan, dikasihi-Nya (bdg. Rm. 2:29; 9:6; Gal. 3:29; 6:16; Flp. 3:3). Kebajikan-kebajikan yang terdaftar di sini, yang menekankan berbagai hubungan orang Kristen di tengah-tengah situasi yang sarat perpecahan, mencerminkan watak Kristus, yang dikutip teladan-Nya (bdg. II Kor. 8:9; Mat. 6:12). Kebajikan yang merangkum, memberi makna kepada dan mengaitkan semua kebajikan lainnya adalah kasih (Rm. 13:9, 10). Ayat 3:15-16 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Damai sejahtera Kristus. Damai sejahtera yang Kristus sebagai Pengantara berikan kepada orang-orang yang bersatu dengan diri-Nya (bdg. Yoh. 14:27; Rm. 5:1). Damai sejahtera tersebut memerintah dalam arti menjadi wasit manakala di dalam tubuh Kristus timbul berbagai perbedaan pendapat (Bruce). Demikian pula, perkataan Kristus yang diam di antara mereka, yakni ajaran-Nya, berpengaruh sebagai pengubah kehidupan orang percaya. Sudah sejak awal sekali, orang-orang Kristen memberikan kesaksian, bahwa "Kristus menempatkan nyanyian di dalam hatiku". Bukan berlebih-lebihan, jika dikatakan, bahwa nyanyian telah mengajarkan teologi secara lebih banyak kepada orang-orang yang baru percaya dibandingkan dengan buku teks. Di Gereja-gereja yang didirikan Paulus, ucapan-ucapan hikmat sering kali dilaksanakan dalam bentuk lagu (I Kor. 14:15), dan sejumlah nas Perjanjian Baru mungkin berasal dari lagu pujian (bdg. Flp. 2:5-11; Ef. 5:14: E. G. Selwyn, The First Epistle of Peter, hlm. 273 dst.). Ayat 3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. Hidup di dalam nama Tuhan Yesus meniadakan perlunya peraturan; motivasi batiniah menggantikan norma-norma lahiriah. Dengan demikian, KeTuhanan Kristus atas seluruh bidang kehidupan menjadi nyata. KeTuhanan-Nya bukan hanya menunjukkan sebuah cara bertingkah laku, tetapi suatu sikap terhadap hidup: dengan secara sadar memikirkan kehendak Kristus, tindakan orang menjadi ungkapan ucapan syukur kepada Kristus. Peraturan-peraturan lahiriah walaupun baik, tidak akan pernah memadai untuk semua situasi: "peraturan" Kristus yang ada di dalam hati merupakan satu-satunya pedoman yang memadai (bdg. I Kor. 10:31; Gal. 5:18).Sumber ayat Alkitab / tafsiran: Software e-sword dan Alkitab.sabda.org.